Yuda memang belum pernah 'bercinta' dengan siapapun. Paling-paling untuk menumpahkan spermanya dilakukannya dengan ngocok di kamarnya atau di kamar mandi.
"Duh jadi ingin ngocok nih," tiba-tiba Stefanus nyeletuk.
"Gue juga," sambung Ivan.
"Ke kamar dulu ah. Mau ngocok," kata Stefanus. Teman-temannya tertawa.
"Ngapain di kamar sih. Disini aja. Kok mesti malu sih. Cowok semua kan. Sama-sama punya penis," kata Darwin.
"Iya juga ya. Ya sudah deh disini aja," Stefanus tanpa malu-malu langsung mengeluarkan penisnya dari balik celana pendeknya.
Mata Yuda langsung melotot melihat penis Stefanus yang hitam dan besar seperti Pisang Ambon itu. Dengan santai si Ambon menggenggam batang itu kemudian mengocoknya, sambil matanya tetap menatap layar televisi. Ivan kemudian mendekati Stefanus. Duduk disebelah cowok itu, iapun kemudian mulai mengocok batang penisnya sendiri.
"Enggak ikutan Yud?" tanya Ali.
Yuda hanya menggeleng. Ia benar-benar tak percaya melihat teman-teman barunya yang sepertinya baik-baik itu ternyata tak malu-malu ngocok di depan orang. Tiba-tiba Darwin mendekatinya. Tubuh kekar cowok ganteng itu sangat rapat pada tubuh Yuda.
"Kok malu-malu sih Yud. Keluarin aja. Atau perlu gue bantu," katanya.
Tangan Darwin langsung meremas tonjolan penis Yuda yang tercetak membesar di selangkangannya. Di dekatnya, dilihatnya Ali juga sudah mulai mengocok penisnya sendiri. Bibirnya tersenyum pada Yuda.
"Ayo Yud," katanya kemudian.
Yuda berusaha menyingkirkan tangan Darwin dari selangkangannya. Namun cowok berotot itu tak memperdulikan. Dengan paksa ditariknya celana pendek Yuda sehingga penis besar milik cowok ganteng itu menyembul ke luar.
"Win, jangan," kata Yuda.
Tangannya menepis tangan Darwin yang mulai menggenggam penisnya yang besar dan kemerahan itu. Namun Darwin tak peduli. Dengan lembut diremasnya penis Yuda.
"Jangan menolak. Entar gue patahin nih penis," jawab Darwin dingin.
Yuda mengkeret juga mendengar ancaman Darwin. Meskipun tak rela, akhirnya Yuda membiarkan Darwin memainkan penisnya. Tangan Darwin yang menggenggam batang penisnya kemudian bergerak naik turun mengocok batang penis milik cowok Makassar itu.
"Penis lo bagus ya Yud, besar dan merah. Merahnya kayak penis gue deh. lihat nih," tangan Darwin yang satu lagi langsung mengeluarkan penisnya sendiri.
Penis yang besar dengan kepalanya yang mirip jamur, besar dan merah. Batangnya gemuk dan berurat. Yuda terperangah melihatnya. Ia sudah pernah melihat penis Darwin saat masih tidur, rupanya kalau sudah bangun penis Darwin benar-benar dahsyat bentuknya. Yuda kemudian melirik ke arah Ivan dan Stefanus. Mata Yuda terbelalak melihat apa yang dilakukan oleh kedua cowok ganteng itu. Di depan matanya dilihatnya Stefanus sedang asyik menjilat-jilat kepala penis Ivan yang besar. Sementara Ivan merem melek sambil terus mengocok penis Stefanus. Ivan tak menyangka Stefanus mau melakukan itu pada Ivan.
"Kenapa Yud? Mau digituin juga?" tanya Darwin. Yuda menggeleng lemah.
"Enak kok. Coba aja. Ali sini lo. Jilat nih pala penis Yuda," perintah Darwin pada Ali.
Si ganteng Ali kemudian mendekati Yuda. Dengan tersenyum dipandanginya wajah Yuda. Sesaat kemudian kepalanya sudah menyusup ke selangkangan Yuda. Lidahnya tanpa permisi segera menjilati celah lobang kencing Yuda yang sudah basah oleh precum.
"Ohh.." desah Yuda tanpa sadar.
Kepala penisnya terasa hangat dan basah oleh lidah Ali.
"Enak kan Yud?" bisik Darwin di telinganya.
Kurang ajarnya lagi, Darwin menggelitik daun telinga Yuda dengan ujung lidahnya. Kontan saja cowok yang baru lulus SMU itu menggelinjang. Yuda ingin melawan, dan melepaskan dirinya dari kedua cowok itu. Namun saat ini ia benar-benar terangsang hebat. Tak pernah ia merasakan lidahnya dijilati seperti itu sebelumnya. Ditambah lagi dengan kocokan tangan Darwin pada batang penisnya dan jilatan-jilatan Darwin pada telinganya. Tubuhnya menggelihat. Bulu kuduknya dirasakannya berdiri. Ia tak sanggup menahan gairahnya yang bangkit menggelora. Gairahnya mengalahkan akal sehatnya.
Selama ini ia tak pernah merasa memiliki penyimpangan dalam orientasi seksual. Yuda tak pernah merasa terangsang secara seksual pada laki-laki. Saat melihat cowok-cowok itu hanya bercelana dalam saja ke kamar mandi ia tak merasa tertarik. Saat melihat cowok-cowqok itu mandi bareng telanjang bulat ia merasa jengah. Namun ternyata saat ini, ia terangsang hebat oleh perlakuan kedua cowok itu padanya. Penisnya mengeras dan berdenyut-denyut dalam genggaman Darwin dan jilatan lidah Ali.
Diantara rangsangan yang dialaminya, Yuda merasa bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Kedua cowok itu terus mengerjai Yuda. Sementara itu Ivan dan Stefanus malah semakin meningkatkan aktifitas mereka. Keduanya sudah telanjang bulat dan saling menjilat penis temannya. Mereka melakukan 69 diatas karpet. Suara kecipak dari mulut mereka terdengar keras. Keduanya rupanya sedang asyik melakukan seruputan batang penis. Diselengkangannya, Ali semakin agresif memuluti batang penis Yuda. Batang penis Yuda asyik dikulum dan dihisapnya. Darwin tak lagi melakukan kocokan pada penisnya. Tangan cowok itu bergerilya meremas pahanya, sambil mulutnya asyik menetek di dada Yuda yang sudah telanjang.
Kaos yang dipakai oleh Yuda tadi sudah dilepaskan Darwin. Dan Yuda rela saja ditelanjangi oleh cowok ganteng itu. Kelakuan Ali semakin binal. Paha Yuda kini dikuaknya lebar-lebar. Mulut dan lidahnya menyerbu buah pelir Yuda. Dan yang lebih nakal lagi sesekali lidahnya menjilat dan menyedot celah pantat Yuda. Cowok Makassar itu benar-benar keenakan. Ia belum pernah ngentot dengan siapapun. Diperlakukan Ali seperti itu tentu saja membuatnya tergila-gila. Apa yang dilakukan Ali padanya tak dihiraukannya lagi. Termasuk saat cowok asal Magelang itu mulai menyodok-nyodok celah lobang pantatnya dengan jari.
Saat Ali berkonsentrasi di daerah celah pantat dan buah pelir Yuda, Darwin menggantikan posisi Ali memuluti batang penis Yuda. Cowok ganteng yang sangat jantan itu dengan lahap menghisap batang penis Yuda. Tanpa ragu atau merasa jengah melakukannya pada makhluk yang sama-sama sejenis dengannya. Darwin sangat menikmati penis Yuda yang besar dalam mulutnya. Saking seriusnya memuluti batang Yuda tak diperdulikannya lagi ludahnya yang sudah membanjir, meleleh dari batang besar itu.
"Van, entot gua dong," tiba-tiba terdengar Stefanus ngomong dalam desahannya.
Seperti tadi, Yuda kembali kaget. Tak disangkanya pergumulan para cowok ganteng dan jantan ini akan sampai ke sana juga. Dikiranya tadi para cowok ini hanya sekadar saling membantu mengeluarkan sperma dengan melakukan kocokan penis atau melumat penis temannya. Rupanya tak hanya itu. Pondok Jejaka rupanya tempat kos para homo. Tempat para cowok bermain cinta dengan sejenisnya. Pantas saja dalam selebaran pengumuman kos mereka terdapat kata-kata dijamin bebas dari narkoba en pergaulan bebas mahasiswa-mahasiswi. Rupanya mereka melakukan pergaulan bebas tidak dengan mahasiswi disini. Tapi dengan sesama mahasiswa. Cowok bercinta dengan cowok. Tak perlu cewek disini.
Lalu mengapa tadi mereka mengaku ngapel ke tempat ceweknya pada Yuda tadi? Apakah itu hanya sekadar kebohongan semata? Yuda tak tahu jawabnya. Yang pasti saat ini Yuda sedang menungging pasrah di lantai dengan bertumpu pada kedua tangan dan kakinya. Dibelakangnya Ali sibuk menjilati lobang pantatnya. Sementara dibawahnya Darwin terus menyelomoti batang penisnya. Tepat dibawah muka Yuda, paha mulus dan berotot milik Darwin mengangkang lebar. Penis besarnya berdiri tegak bergoyang-goyang. Berkali-kali Yuda melirik batang besar segeda timun itu. Ia merasa tergoda untuk merasakan batang itu dalam mulutnya.
Namun perasaan jengahnya masih ada. Ia masih merasa aneh bila penis milik cowok lain masuk ke dalam mulutnya. Akhirnya dibiarkannya saja penis itu tetap mengacung tegak disana. Diantara merem meleknya ia masih sempat memandangi Ivan dan Stefanus yang kini sedang asyik bersenggama melalui anus. Duduk diatas pangkuan Ivan yang juga duduk di sofa, dengan penuh semangat Stefanus menggoyangkan pantatnya naik turun dengan cepat dan keras. Mengeluar masukkan penis Ivan yang sebesar terong dalam lobang pantatnya yang penuh bulu itu. Yuda benar-benar tak percaya, penis Ivan yang sebesar terong itu bisa masuk seluruhnya dalam celah lobang pantat Stefanus yang sempit.
Dalam pandangan Yuda, sepertinya Stefanus sangat menikmati entotan penis Ivan dalam lobang pantatnya itu. Erangan-erangannya menunjukkan ia sangat keenakan saat Ivan yang memeluk pinggangnya dengan erat itu menggoyang-goyangkan pantatnya membalas goyangan Stefanus. Selangkangan Stefanus yang meski hitam namun mulus itu terlihat sangat kontras dengan batang penis dan selangkangan Ivan, si Arab, yang putih mulus berbulu lebat itu. Racauan Stefanus dan Ivan diantara erangan mereka, menjawab pertanyaan Yuda tentang cowok-cowok itu.
"Gimanah Vanhh. Enakhh.. Sshh.." kata Stefanus.
"Ouhh.. Enak banget. Ahh.. Ahh.." "Enak mana sama vagina Fanny, cewek elo? Ohh.."
"Enak ini dong.. Ahh.. Lebih sempit. Lebih njepit.. Shh.. Lebih keras cengkeramannyahh.. Ouhh.. Ada penis ama pelernya lagihh.. Ihh.. Gue kocok nih penis elohh.. Ohh.." racau Ivan.
Ternyata mereka ini bukan homo tulen rupanya. Penghuni Pondok Jejaka ini rupanya rombongan cowok biseks, yang bisa menikmati vagina cewek tapi lebih doyan silit cowok yang memang lebih menjepit dan memiliki kemampuan mencengkeram batang penis lebih kuat. Mendengar racauan Ivan dan Stefanus, Yuda jadi ingin untuk bisa merasakan juga bagaimana nikmatnya dubur.
"Winhh.. Ouhh.. Boleh enggak gue entot elohh?" tanya Yuda pelan.
Ia tak yakin Darwin mendengar permintaannya. Namun ternyata keyakinannya salah. Dalam keadaan masih mengulum penis Yuda cowok Palembang itu menjawab
"Mmmbolehhmmbb.." katanya.
Selanjutnya mereka merubah posisi. Tubuh berotot Darwin tetap mengangkang lebar di lantai. Yuda berjongkok diantara selangkangan Darwin. Tangannya memegang kedua paha Darwin yang mengangkang itu. Batang penisnya yang besar dan basah berkilat oleh ludah Darwin siap terhunus mengarah ke celah pantat Darwin yang terkuak. Yuda dapat melihat jelas pintu lorong celah lobang pantat Darwin yang kemerahan dan dikelilingi oleh bulu-bulu halus. Ali jongkok disamping Yuda. Tangannya membantu mengarahkan batang penis Yuda yang siap memasuki celah pantat Darwin. Yuda mendorong pantatnya maju.
Dengan bantuan arahan tangan Ali, batang besar Yuda perlahan-lahan menyusup ke celah pantat Darwin. Telentang di lantai, Darwin melebarkan lengannya dan meletakkan telapak tangannya di belakang kepala. Memamerkan otot bisep dan trisepnya yang gempal berotot. Bulu ketiaknya yang halus dan lebat terlihat indah dalam keadaan basah oleh keringatnya sendiri. Yuda meringis. Batang penisnya terasa dicengkeram kuat oleh lorong celah pantat dalam Yuda yang seperti cincin.
"Ouhh.." katanya mendengus.
Tak ada kenikmatan yang melebihi dari kenikmatan yang dirasakan saat 'bercinta'. Dan itulah yang dirasakan Yuda saat ini. Matanya merem melek, mulutnya manyun atau sesekali digigitnya bibir bawahnya, menahan nikmatnya persetubuhan yang dilakukannya bersama dengan cowok sejantan Darwin. Onani dan kuluman mulut pada penisnya ternyata tak ada apa-apanya dibandingkan lobang pantat Darwin yang saat ini dientotnya. Pantas saja Ivan meracau keenakan pada Stefanus tadi. Ternyata rasanya benar-benar nikmat.
Seperti kata Timbul Srimulat, "Uenak tenan. "
Bersambung . . . .
Komentar
0 Komentar untuk "Pondok jejaka - 3"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.