Sebuah kesalahan - 2

0 comments

Temukan kami di Facebook
Padahal yang pantas berbuat itu adalah suamiku tercinta namun aku telah tertutup mata hatiku oleh nafsu dan gairah yang menuntut pelampiasan. Aku lalu dibimbingnya kekamar dan merebahkanku di ranjang yang biasa aku gunakan untuk bercinta dengan suamiku, namun kini yang berada di sini, disampingku bukanlah suamiku tapi serang laki-laki tukang ojek yang notabene tidak pantas untukku yang sepantaran ayahku. Aku terlarut dalam gairah yang menghentak. Pak Sitor menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam. Sedang lampu di luar tadi telah ia matikan. Aku diam menanti apa yang akan di perbuatnya padaku.

Padahal selama ini aku tidak sekalipun memberi hati jika ada laki-laki lain yang iseng merabaku dan mencolekku. Aku termasuk wanita yang menjunjung tinggi kesucian dan kehormatan sesuai yang selalu diajarkan orangtua dan agamaku. Tapi semua musnah oleh keangkuhanku sendiri. Aku terbaring tak berdaya dan Pak Sitorpun berusaha melepaskan pakaianku satu persatu, mulai dari kaosku lalu celana panjang dan akhirnya bra dan celana dalam kremku terlempar kebawah lantai. Aku hanya memejamkan mataku, akupun semakin buta oleh nafsuku yang mulai naik. Selesai menelanjangi aku, lalu iapun melepaskan pakaiannya hingga lapis terakhir. Aku memperhatikan tubuhnya yang hitam meskipun sudah tua namun ototnya masih ada dan ada gambar tatto tengkorak di lengannya. Aku tau dia adalah laki-laki yang biasa keras dan jarang ada kelembutan. Itu aku ketahui saat ia mulai merabaiku dan menelanjangiku.

Iapun mulai memelukku dan menciumiku dari leher hingga belahan dadaku dengan kasar. Rabaan tangannya yang kasar membuatku kesakitan, suamiku dalam merabanya cukup hati-hati, namun Pak Sitor watak kasarnya terlihat. Tampaknya ia sudah lama tidak berhubungan badan dengan wanita maka akulah yang menjadi sarana pelampiasan nafsunya. Aku tak kuasa atas tindakannya. Air mataku menetes karena ada penyesalan dan aku telah menodai perkawinanku, namun percuma Pak Sitor asyik dengan tindakannya. Tiap jengkal tubuhku di jamahnya tanpa terlewatkan seincipun. Tubuhkupun berkeringat tidak tahan dan geli bercampur gairah.

Lalu mulutnya turun ke selangkanganku dan ia sibakkan kedua kakiku yang putih bersih itu. Di situ lidahnya bermain menjilat klitorisku. Kepalaku miring kekiri kanan menahan gejolak yang melandaku. Pegangannku hanya kain sprei yang aku tarik karena desakan itu. Kedua kakikupun menerjang dan menghentak tidak tahan atas gairah yang melandaku. Beberapa menit kemudian aku orgasme dan mulutnya menelan air orgasmeku itu. Badanku lemas tak bertenaga. Matakupun terpejam, lalu aku kembali di bangkitkan lagi Pak Sitor dengan meciumi balik telingaku hingga liang kehormatanku. Di sana jarinya ia masukan dan mulai mengacak acak liang kewanitaanku lalu mempermainkan celahnya, tampaknya Pak Sitor telah lama merencanakan ini dan juga mungkin telah lama ia berobsesi untuk meniduriku. Berarti ia telah melanggar amanat suamiku.

Akupun akhirnya orgasme untuk yang kedua kalinya oleh tangan Pak Sitor, Badanku telah basah oleh keringat kami berdua. Aku lemas dan Pak Sitor minta izin padaku untuk memasukan penisnya ke lubang kehormatanku. Aku menggeleng tidak setuju sebab aku tahu konsekwensinya, liang kehormatanku akan cemar oleh cairan laki-laki lain dan aku merasa terlalu jauh berkhianat pada suamiku. Bagiku cukuplah tindakannya tadi dan tidak usah diteruskan lagi hingga penetrasi. Iapun mau menerima pendapatku dan aku lihat ada rasa kecewa dimatanya yang telah terobsesi menyenggamaiku. Aku liat penisnya telah siap memasuki diriku jika aku izinkan. Panjangnya melebihi milik suamiku dan agak bengkok dengan diameter yang melebar. Pak Sitor minta aku untuk membantunya klimaks dengan mengulum penisnya.

Aku kembali menggeleng karena aku dan suamiku selama ini tidak pernah melakukan oral sex baik suami kepadaku juga sebaliknya, meskipun aku slalu menjaga kebersihan wilayah sensitif kami. Pak Sitor mohon sebab ia merasa tersiksa sebab ia belum klimaks. Aku kasihan juga tidak adil rasanya aku yang telah dibantunya sampai 2 kali orgasme membiarkannya seperti itu. Akhirnya aku beranikan diri mengulumnya. Dengan sedikit jijik aku buka mulutku, namun tidak muat seluruhnya dan hanya sampai batangnya saja. Mulutku serasa mau robek karena besarnya penis Pak Sitor. Baru beberapa kali kulum aku serasa mual dan mau muntah oleh aroma kelamin Pak Sitor itu. Aku maklum saja karena ia kurang bersih dan seperti kebiasaan laki-laki batak ini penisnya tidak ia sunat hingga membuatnya agak kotor serta makanan yang tidak beraturan barangkali. Aku lalu menyerah dan melepaskan penis Pak Sitor dari mulutku. Aku heran Pak Sitor ini sampai sekian lama koq tidak juga klimaks, aku salut akan staminanya dan sikapnya yang menghargai wanita dengan tidak memaksakan kehendak, padahal aku saat ini bisa saja ia paksa namun tidak ia lakukan.

Aku merasa bersalah pada diriku dan ingin membantunya saat itu, dalam pikiranku berperang antara birahi dan moral. Namun karena terlanjur basah dan tidak ingin menambah masalah antara aku dan Pak Sitor. Jika aku larang terus nantinya Pak Sitor bisa saja memperkosaku sebab seorang laki-laki yang telah berbirahi di ubun ubun sering bertindak nekad dan lagi pula aku sendirian di pulau ini. Akhirnya dengan pertimbangan demi kebaikan kami berdua maka aku izinkan dia melakukan penetrasi di dalam rahimku. Pak Sitorpun tampaknya merasa gembira sebab tadi sempat kulihat wajahnya tegang sekali. Aku lalu berbaring dan membuka kedua pahaku memberinya jalan memasuki rahimku. Tubuh kami berdua saat itu telah sama sama berkeringat dan rambutku telah kusut.

Dari temaran lampu dinding aku lihat Pak Sitor bersiap siap mengarahkan penisnya. Posisinya pas di atas tubuhku. Tubuhnya telah basah oleh keringat hingga membuat badannya hitam berkilat mungkin karena ia masih menahan untuk ejakulasi. Diluaran saat ini hujanpun seakan tidak mau kalah oleh gelombang nafsu kami berdua. Pak Sitor dengan hati-hati menempelkan kepala penisnya, ia tau jika tergesa gesa akan membuatku kesakitan sebab punyaku masih kecil dan belum pernah melahirkan. Akupun berusaha memperlebar kedua pahaku hingga mudah dimasuki kejantanan Pak Sitor, sebab aku melihat kejantanannya panjang dan agak bengkok jadi aku bersiap siap agar aku jangan kesakitan.

Akupun sempat bilang kepadanya untuk jangan cepat-cepat. Dengan bertahap ia mulai memasukan penisnya, aku memejamkan mata dan merasakan sentuhan pertemuan kemaluan kami. Untuk melancarkan jalannya, kakiku ia angkat hingga bahunya, lalu langsung penisnya masuk kerahimku dengan lambat. Aku terkejut dan merasakan nyilu di bibir rahimku, aku meracau kesakitan lalu Pak Sitor membungkam mulutku dengan mulutnya. Tidak lama kemudian seluruh penisnya masuk kerahimku dan ia mulai melakukan gerak maju mundur. Aku merasakan tulangku bagai lolos, sama seperti saat aku dan suamiku melakukan hubungan intim saat kegadisanku aku serahkan pada malam penganten dulu. Dan tidak lama kemudian aku merasakan kenikmatan. Mulut Pak Sitorpun lepas dari mulutku karena aku tidak kesakitan lagi. Kekuatan laki-laki ini amat membuatku salut, sampai membuat ranjangku dan badanku bergetar semua seperti kapal yang terserang badai.

Kurang lebih 15 menit kemudian Pak Sitor gerakannya bertambah cepat dan tubuhnya menegang hebat, aku merasakan di dalam rahimku basah oleh cairan hangat. Tubuhnya lalu rebah di atas tubuhku tanpa melepaskan penisnya dari dalam rahimku. Akupun dari tadi pun telah sempat kembali orgasme, kamipun tertidur sementara di luar hujan masih saja turun. Butiran keringat kami membuat basah sprei yang kusut di sana sini. Saat itu tidak ada lagi batas diantara kami, namun aku merasa telah berdosa kepada suamiku.

Hingga tengah malam Pak Sitorpun kembali menggauliku sepuasnya dan akupun tidak merasa segan lagi karena kami tidak lagi merasa asing satu sama lain. Akupun tidak merasa jijik jika melakukan oral sex dengan Pak Sitor. Bagi wanita sangat sulit untuk melepaskan diri dari kejadian ini. Penyesalanpun tiada gunanya. Bagiku yang tampak diluarnya keras dan berwibawa juga penuh kesombongan, namun semuanya tiada arti lagi jika laki-laki telah berhasil menggaulinya. Kehormatan dan perkawinan yang aku junjungpun luntur sudah, namun aku bisa bilang pada siapa dan Pak Sitorpun kini telah merasa jadi pemenang dengan kemampuannya menaklukanku hingga aku tidak berdaya. Dan aku semakin tidak berdaya jika ia telah berada di dalam kamarku, untuk bersebadan dengannya.

Dari awal kesalahan yang kubuat ini aku merasakan telah terperdaya oleh gelombang gairah yang di pancarkan oleh Pak Sitor. Sangat aneh bagiku jika Pak Sitor yang seusia dengan ayahku ini masih mampu mengalahkanku dan membuatku orgasme berkali kali tidak seperti suamiku yang hanya bisa membuatku orgasme sekali saja begitu juga aku. Aku akui aku mendapatkan pengalaman baru dan mengaburkan pendapatku selama ini bahwa laki-laki paro baya akan hilang keperkasaannya. Selama kami berhubungan badan aku sempat bertanya padanya bagaimana ia bisa sekuat itu, dan Pak Sitorpun bercerita bahwa ia sering mengosumsi makanan khas Batak yang menurutnya dapat menjaga dan menambah vitalitas pria. Aku bergidik jijik dan mau muntah mendengarnya, aku jadi ingat pantas saja saat bersebadan dengannya bau keringatnya lain juga saat aku mengulum kemaluannya terasa panas dan amis.

Selama aku bertugas di pulau itu hampir 1 tahun kami telah sering melakukan hubungan sex dengan sangat rapi. Tidak ada seorangpun yang mengetahuinya, dan untunglah perbuatan kami ini aku tidak hamil sebab sebelumnya aku telah ber KB dan Pak Sitor pun bebas menumpahkan spermanya di rahimku. Kapanpun, kamipun sering melakukannya di rumahku kadang di rumah Pak Sitor yang kalau aku pikir alangkah bodohnya aku mau digauli di atas dipan kayu yang cuma beralaskan tikar usang. Namun bagiku hasrat terpenuhi dan Pak Sitorpun bisa memberinya. Pernah suatu hari setelah kami bersebadan di rumahnya, Pak Sitor minta kepadaku untuk mau hidup dengannya di pulau itu.

Permintaan Pak Sitor ini tentu mengejutkanku, rasanya tidak mungkin sebab aku terikat perkawinan dengan suamiku dan akupun tidak ingin menghancurkannya, lagi pula Pak Sitor seusia dengan ayahku apa jadinya jika ayahku tahu, dan keyakinan kamipun berbeda karena Pak Sitor seorang protestan meskipun ia mau pindah ke agamaku asal aku mau kawin dengannya.

Bagiku ini masalah baru, rupanya Pak Sitor mulai mencintaiku sejak ia dengan bebas dapat menggauliku. Pak Sitorpun pernah menanyakan padaku kenapa aku tidak hamil padahal setiap ia menyebadani aku spermanya slalu ia tumpahkan di dalam. Aku tidak memberitahu dia jika aku berKB. Dan diapun sebenarnya mengiinginkan agar aku hamil agar memuluskan langkahnya memilikiku. Akupun menyiasatinya agar ia tidak lagi bermimpi untuk mengawiniku. Namun bagiku hubungan ini hanyalah sebagai pelarianku dari kesepian selama jauh dari suamiku. Akupun menjelaskannya kepada Pak Sitor dengan baik-baik saat kami usai berhubungan badan. Ia akhirnya mengerti dan mau menerima alasanku dan akupun bilang jika kelak aku pindah hubungan ini harus putus dan selama aku dinas di pulau ini ia aku beri kebebasan untuk memilikiku saat suamiku tidak ada dan jangan berbuat macam macam didepan teman kantorku yang kebetulan semuanya penduduk asli pulau itu.

Akhirnya ia mau mengerti dan berjanji akan menutup rapat rahasia kami jika aku pindah dan iapun menerima persyaratanku selama aku ditugaskan di pulau ini. Selama aku tugas di pulau itu, Pak Sitorpun terus memberiku kenikmatan ragawi tanpa kenal batas antara kami. Bagiku cinta hanya untuk suamiku, Pak Sitor adalah terminal persinggahan yang harus aku singgahi. Dan dalam hatiku aku berjanji untuk menutup rapat rahasia ini. Ada penyesalan dalam diriku karena aku mengganggap diriku kotor dan merusak keutuhan perkawinan kami.

Tamat




Sebuah kesalahan - 1

0 comments

Temukan kami di Facebook
Pengirim cerita adalah Ibu Reni sendiri, dengan pertimbangan bagi para pembaca jika memiliki istri yang bekerja dan terpisah biar kejadian yang menimpa dirinya tidak terulang lagi.

*****

Namaku Reni, usia 27 tahun, kulit kuning langsat dan rambut sebahu dengan tinggi 165 cm berat 51 kg, dan telah menikah setahun lebih. Aku berasal dari keluarga Minang yang terpandang. Aku bekerja pada sebuah Bank Pemerintah yang cukup terkenal. Sedang suamiku Ikhsan adalah seorang staf pengajar pada sebuah perguruan tinggi swasta di kota Padang ia memiliki beberapa usaha perbengkelan. Kami pun menikah setelah sempat berpacaran kurang lebih 3 tahun. Perjuangan kami cukup berat dalam mempertahankan cinta dan kasih sayang. Diantaranya ketidak setujuan orangtuaku dan orangtua suamiku, juga sebelumnya aku telah di jodohkan oleh orangtuaku dengan seorang pengusaha, namun kami dapat melaluinya dengan keyakinan hingga kami bersatu. Lalu kami memutuskan menikah dan kamipun sepakat untuk menunda dulu punya anak karena aku dan Bang Ikhsan cukup sibuk takut nanti tak dapat mengurus anak.

Kehidupan kami sehari-hari cukup mapan dengan keberhasilan kami memiliki sebuah rumah yang asri di sebuah lingkungan yang elite dan juga memiliki 2 unit mobil sedan keluaran terbaru hasil usaha kami berdua. Begitu juga dalam kehidupan sex tiada masalah diantara kami. Ranjang kamipun cukup hangat dengan 4-5 kali seminggu kami berhubungan suami istri. Aku memutuskan untuk memakai program KB dulu agar kehamilanku dapat aku atur. Akupun rajin merawat kecantikan dan kebugaran tubuhku agar suamiku tidak berpaling dan kehidupan sex kami lancar.

Atas loyalitas dan prestasi kerjaku yang dinilai bagus maka pimpinan menunjukku untuk menempati kantor baru di sebuah kabupaten baru yang merupakan sebuah ke pulauan. Aku tidak berani memutuskannya sendiri. Aku harus merundingkannya dulu dengan suamiku, sebab bagiku naik atau tidak statusku sama saja, yang penting bagiku adalah keluarga dan perkawinanku.

Suamikupun tanpa aku duga sangat mendorongku agar tidak melepaskan kesempatan ini, sebab inilah saatnya bagiku untuk meningkatkan kinerjaku yang biasa biasa saja selama ini. Aku bahagia sekali rupanya suamiku orangnya amat bijaksana dan pengertian. Namun orang tuaku kurang suka begitu juga mertuaku, namun mereka akhirnya dapat diatasi oleh suamiku dengan baik dan mereka mendorongku agar maju dan tegar. Suamikupun minta agar aku setiap minggu pulang ke Padang, agar dapat berkumpul, akupun setuju dan berterima kasih padanya.

Kemudian aku mulai pindah ke pulau yang dari Padang ditempuh dengan naik kapal motor selama 5 jam itupun jika cuaca bagus. Suamiku turut serta mengantar aku dan ia sediakan waktu untuk bersamaku di pulau selama seminggu. Di pulau itu aku disediakan sebuah rumah dinas lengkap dengan prasarananya terkecuali kendaraan. Jarak antara kantor dan rumahku hanya dapat ditempuh dengan naik ojek karena belum adanya angkutan di sana. Hari pertama kerja aku diantar oleh suamiku dan sorenya dijemput. Di pulau ini suamiku ingin agar aku betah dan dapat secepatnya menyesuaikan diri karena memang belum lengkap prasarananya dan rumah dinas yang lain masih banyak yang kosong. Selama di pulau itupun suamiku tidak lupa memberiku nafkah bathin karena nantinya kami akan bertemu seminggu sekali. Akupun menyadarinya dan kamipun mereguk kenikmatan badaniah selama suamiku di pulau ini.

Suamikupun dalam tempo yang singkat telah dapat berkenalan dengan beberapa tetangga yang jaraknya lumayan jauh. Ia juga mengenal beberapa tukang ojek, hingga tanpa kusadari suatu hari ia menjemputku pakai sepeda motor, rupanya ia dapat meminjamnya dari tukang ojek itu. Salah satu tukang ojek yang di kenal suamiku adalah Pak Sitorus. Pak Sitorus ini adalah laki-laki berusia 65 tahun dan ia tinggal sendirian di pulau itu sejak istrinya meninggal dan kedua anaknya pergi mencari kerja ke Jakarta. Maka laki-laki asal tanah Batak itu harus memenuhi sendiri hidupnya di pulau itu dengan kerja sebagai tukang ojek.

Pak Sitorus biasa dipanggil Pak Sitor, orangnya sekilas terlihat kasar dan keras namun jika telah kenal ia cukup baik. Menurut suamiku yang sempat bicara panjang lebar dengan Pak Sitor dulunya ia pernah tinggal di Padang yaitu di Muara Padang sebagai buruh pelabuhan namun karena suatu sebab ia ingin merubah nasibnya dengan berdagang namun bangkrut. Untunglah ia masih punya sepeda motor hingga menjadi tukang ojek.

Hampir tiap akhir minggu aku pulang ke Padang untuk berkumpul dengan suamiku. Yang namanya pasangan muda tentu saja kami tidak melewatkan saat kebersamaan di ranjang. Rumah dinaskupun aku titipkan pada Pak Sitor karena suamiku bilang ia dapat di percaya. Akupun mengikuti kata kata suamiku. Kadang kadang aku diberi kabar oleh suamiku bahwa aku tidak usah pulang karena ia yang akan ke pulau. Sering kali suamiku bolak balik ke pulau hanya karena kangen padaku. Dan sering kali iapun memakai sepeda motor Pak Sitor dan memberinya uang lebih.

Suamiku telah menganggap Pak Sitor adalah bagian dari sahabatnya karena sesekali setiap ia ke pulau Pak Sitor diajak makan ke rumah dan Pak Sitorpun sering mengajak suamiku jalan-jalan di pantai yang cukup indah itu. Suamikupun sering memberinya uang lebih karena Pak Sitor akan menjaga ku dan rumahku jika aku tinggal. Mulai sejak saat itu akupun rutin di antar jemput Pak Sitor jika kekantor, tidak jarang ia membawakanku penganan asli pulau itu. Akupun menerimanya dengan senang hati dan berterima kasih, kadang akupun sering membawakannya oleh-oleh jika aku pulang ke Padang.

Setelah beberapa bulan aku tugas di pulau itu dan melalui rutinitas seperti biasanya, suamiku datang dan memberiku kabar bahwa ia akan di sekolahkan ke Australia selama 1,5 tahun. Ini merupakan beasiswa untuk menambah pengetahuannya. Aku tahu bea siswa ini merupakan obsesinya sejak lama. Aku menerimanya, aku pikir demi masa depan kami juga dan kebahagian kami nanti tidak masalah bagiku. Suamiku sebelum berangkat sempat berpesan agar aku jangan segan minta tolong kepada Pak Sitor sebab suamiku telah meninggalkan pesan pada Pak Sitor untuk menjagaku. Suamikupun titip uang yang harus aku serahkan pada Pak Sitor.

Sejak suamiku di luar negeri, kami sering telpon-telponan dan kadang aku bermasturbasi bersama suamiku lewat telpon, itu sering kami lakukan maklum untuk memenuhi libido kami berdua, hingga tagihan telpon meningkat. Aku tidak memperdulikannya selagi dengan suamiku sendiri dan aku menghayalkan suamiku ada dekatku tidak masalah dan kami berjauhan. Akupun mulai jarang pulang ke Padang karena suamiku tidak ada dan paling aku pulang sekali sebulan itupun aku kerumah orang tuaku. Rumahkupun aku titip dengan saudaraku.

Akupun melewatkan hari-hariku dengan kesibukan seperti biasanya. Begitu juga Pak Sitor rutin mengantar jemputku. Sesekali saat aku pulang Pak Sitor mengajakku jalan-jalan keliling pantai. Aku tolak dengan halus sebab aku merasa tidak enak apa nanti kata teman kantorku jika melihatnya dan saat itupun aku sedang tidak mood dan aku lebih tenang dirumah saja.

Dirumah aku beres-beres dan berbenah pekerjaan kantor. Aku merasakan juga bahwa Pak Sitor akhir-akhir ini amat memperhatikanku, tidak jarang ia sore datang sekedar memastikan aku tidak apa-apa sebab di pulau itu ia amat di segani dan berpengaruh. Aku sadari juga kadang dalam berboncengan tanpa sengaja dadaku terdorong ke punggung Pak Sitor saat ia menghindari lubang dan saat ia mengerem. Bagiku itu biasa saja maklum dan resiko aku berboncengan dengan sepeda motor dan itu sering terjadi, sesekali aku juga merangkul pinggangnya karena aku duduknya belum pas di atas jok motornya. Aku rasa Pak Sitorpun sempat merasakan kelembutan payudaraku yang bernomer 34b ini. Bagiku ini biasa saja sebab di pulau ini mana ada angkuta dan kalau di Padang aku kekantor terbiasa menyetir sendiri, jadi aku harus bisa menganggapnya biasa dan harus aku jalani.

Pada suatu senja saat hari kerja habis yaitu Jumat sore Pak Sitor datang kerumahku, seperti biasanya ia dengan ramah menyapaku dan menanyakan keadaanku. Lalu ia aku silahkan masuk dan duduk di ruang tamu. Sore itu aku telah selesai mandi dan sedang menonton televisi. Pak Sitor mengajakku jalan kepantai. Aku keberatan sebab aku masih agak capai dan kesal dengan kesibukan suamiku saat ku telpon tadi, ia tidak bisa terlalu lama di telpon. Lalu Pak Sitor mengajakku untuk main catur, kebetulan selama ini ia sering main catur dengan suamiku. Akupun setuju karena aku lagi suntuk dan untuk menghilangkan kekecewaanku saat ini.

Aku main catur dengan laki-laki itu beberapa kali ia kalah dan aku yang menang, taruhannya adalah sebuah botol yang di ikat tali lalu dikalungkan ke leher. Seumur hidupku baru kali ini aku yang mau bicara bebas dengan laki-laki selain suamiku dan atasanku. Tidak semua orang dapat bebas berbicara denganku, dan akupun termasuk type orang yang memilih dalam mencari lawan bicara, maka tidak heran jika aku di cap sombong oleh sebagian orang yang kurang aku kenal. Namun dengan Pak Sitor aku bicara apa adanya. Dan ceplas ceplos, mungkin kami telah saling mengenal dan juga aku merasa membutuhkan tenaganya di pulau ini.

Tanpa terasa kami main catur telah lama hingga jam menunjukan pukul 10 malam. Diluaran tanpa aku sadari telah hujan deras diiringi petir yang bersahut2an. Setelah itu kami mengakhiri main catur, aku lalu membersihkan mukaku kebelakang, Pak Sitor juga. Lalu aku tawari Pak Sitor untuk ngopi biar nggak bosan kataku. Di pulau saat itu penduduknya telah pada tidur dan yang terdengar hanya suara hujan dan petir. Pak Sitor minta izin pulang karena hari telah larut setelah menghabiskan kopinya. Aku tidak sampai hati sebab cuaca tidak memungkinkan ia pulang karena rumahnya cukup jauh dan lagi pula aku kuatir jika nanti sempat terkena petir. Lalu aku tawarkan agar ia tidur di ruang tamuku saja dan tampaknya ia bisa menerimanya. Dan akupun memberinya sebuah bantal dan selimut maklum cuaca dingin saat itu.

Secara tiba-tiba lampu mati, aku sempat kaget, untunglah ia punya korek api dan membantuku mencari lampu minyak di ruang tengah. Lampu kami hidupkan dan satu untuk kamarku dan yang satu untuk ruang tamu tempat Pak Sitor tidur. Aku lalu minta diri untuk lebih dulu tidur sebab aku merasa capai. Aku lalu tidur dikamar sementara diluaran hujan turun dengan derasnya seolah pulau ini akan tenggelam. Aku berusaha untuk tidur namun tidak bisa, ada rasa kekuatiran yang tidak aku ketahui sebab petir berbunyi begitu kerasnya. Hingga akhirnya aku putuskan ke ruang tamu saja hitung-hitung memancing kantuk dengan bincang-bincang dengan Pak Sitor. Malam itu aku tidak terlalu khawatir sebab aku merasa ada yang melindungi.

Sampai aku di ruang tamu aku lihat Pak Sitor masih berbaring namun matanya belum tidur, ia kaget dan disangka aku telah tidur. Aku lalu duduk di depannya dan bilang mataku nggak mau tidur, ia cuman senyum dan bilang mungkin aku ingat suamiku. Padahal saat itu aku masih sebal dengan kelakuan suamiku dan aku tanpa sengaja bilang kekesalanku saat itu, mestinya aku tidak boleh bilang pada siapapun suasana hatiku saat itu, namun meluncur begitu saja. Dengan cara bijaksana dan kebapakan ia nasehati aku yang belum merasakan asam garam perkawinan.

Dalam suasana temaram cahaya lampu saat itu aku tidak menyadari kapan Pak Sitor pindah duduk kesampingku. Aku kurang tahu kenapa aku membiarkannya meraih jemariku yang masih melingkar cincin berlian perkawinanku dan merebahkan kepalaku didadanya. Aku merasa terlindung dan merasa ada yang menampung beban pikiranku selama ini. Dalam pada itu Pak Sitorpun membelai rambutku seolah aku adalah istrinya, lalu terus kebalik telingaku dan menghembuskan nafasnya yang hangat. Aku terlena dan membiarkannya terus berbuat itu, lalu ia cium telingaku dan terus bergeser ke bibirku. Aku tak menyadari bahwa itu orang lain. Aku salah langkah, dan menilai orang. Pak Sitorpun mengulum bibirku beberapa saat dan tangannya juga tidak tinggal diam dengan terus merabai buah dadaku yang terbungkus BH dan kaos tidur itu.

Bersambung . . .




Sayangku Vero

0 comments

Temukan kami di Facebook
Hidup ini memang dinamis dengan segala perubahan keadaan sosial, budaya, ekonomi, moral yang semuanya itu tidak lepas dari akibat kemajuan teknologi secara umum yang salah satunya adalah teknologi komunikasi komputer. Satu lagi pengalamanku yang akan kukisahkan di bawah ini lebih kurang 1 tahun yang lalu dan sampai sekarang masih berlangsung meskipun tersendat-sendat.

Semasa SMA dan kuliah aku senang jalan-jalan atau traveling, hampir setiap liburan sekolah ataupun semester aku menghabiskan waktu bersama teman-teman have fun, apakah mendaki gunung, atau dengan modal pas-pasan kami berkeliling dari satu daerah ke daerah lain di Pulau Jawa dan Sumatra, pokoknya ada saja jalan keluar guna refreshing dari segala macam keruwetan sehari-hari di Ibukota. Semenjak berkeluarga aku lebih banyak di rumah karena pada awalnya aku berpikir bahwa keluarga nomor 1, kesenangan diri sendiri bisa nomor 17 maksudnya bisa urusan belakang. Kenyataannya aku malah terpuruk dengan keadaan yang akhirnya aku membuat keputusan bahwa aku harus mendapat kesempatan pribadi untuk have fun dengan caraku sendiri dan akhirnya..

Aku berkenalan dengan seorang wanita seperti biasanya lewat e-mail dan terjadilah saling kirim dan balas, saling telepon akhirnya kami berjanji akan bertemu di suatu tempat ternyata di tempat kostnya. Ada hal yang menurutku sempat membuatku ragu waktu aku menelepon, dia mengatakan bahwa umurku hampir setengah abad dan apa dia tetap mau bertemu dan menjalin persahabatan denganku dan jawabanya, "Nggak pa-pa kok, kan kata orang life begin at forty dan aku lebih suka dengan orang yang jauh lebih tua dariku, nanti deh ceritanya kalau kita sudah bertemu."

Pada hari yang telah ditentukan aku pulang dari dinas luar kota dan langsung menuju ke tempat kostnya setelah menghubunginya lewat telepon, kupikir ini adalah perkenalanku yang pertama dengan seorang wanita sejak aku sudah berkeluarga dan cara berkenalan yang aneh dan tidak biasa menurutku. Kubawakan dia kue dari Sakura Anpan dan 3 tangkai White Rose dan pada saat dia menemuiku aku seperti mimpi karena dia bertubuh sedang, kira-kira 155 cm dengan perawakan montok yang membuatku menelan ludah, pantatnya bulat, pinggulnya ramping dengan perutnya rata dan payudaranya.. besar! untuk wanita dengan tinggi 155 cm dan merupakan kegemaranku, cewek dengan payudara besar.

"Well, inilah saya Andhika, seperti yang anda lihat, berkaca mata minus, rambut sudah mulai banyak yang putih, umurku 50 tahun dan ini oleh-oleh untuk anda." sahutku sambil menyerahkan kue dalam mini box serta 3 tangkai Mawar Putih.
"Aduh, thank's yaa, anda baik sekali membawakan saya kue dan.. hmm, ini bunga kesukaan saya, dan inilah saya Veronica, kamu boleh panggil saya Vero, umurku.. perlu nggak sih kamu tahu?" senyumnya manis dan matanya yang agak sipit tapi lucu. Aku hanya tersenyum sambil mengangguk pelan.
"Tahun ini genap 25 tahun." jawabnya lagi dengan pandangan matanya yang coklat tua tajam menatapku, "Sudah tahu kan sekarang.. gimana? dan dengan kaca mata itu anda malah kelihatan masih muda sepuluh tahun dari umur anda sekarang." sahutnya.
Aku agak terperangah sejenak, separoh umurku, tapi kelihatan lebih muda katanya? Berarti aku belum terlalu tua ya.

Kami berdua ngobrol sejenak, saling memperkenalkan diri lebih lanjut, kuperlihatkan foto keluargaku dan dia memberi komentar tentang foto puteriku. "Cantik sekali puterimu." katanya, kemudian dia mengajakku keluar jalan-jalan. Kami pergi ke salah satu Mall di daerah Jakarta Utara. Selama berjalan-jalan, Vero tiada henti-hentinya bercerita tentang dirinya dan banyak bertanya tentang diriku. Yang menjadi lebih surprise bagiku adalah sikapnya yang begitu ceria, bebas tanpa beban seolah-olah sudah mengenalku bertahun-tahun. Di salah satu restaurant seafood kami mampir dan makan sambil ngobrol dengan suasana yang lebih santai.

"Non, kamu sadar atau tidak sih, bahwa di depan kamu ini seorang laki-laki berumur setengah abad?" tanyaku masih bingung dengan sikapnya yang ceria dan santai.
"Terus kalau kamu 50 tahun, memangnya kenapa, apa aku nggak boleh senang dengan pria yang umurnya hampir setengah umurku, gitu ya? kalau aku sendiri senang, kamu nggak suka?" jawabnya sambil tersenyum lucu dengan wajahnya yang bulat tapi manis itu.
"Aku mau jujur sama kamu, aku pernah pacaran dengan seorang pria yang lebih tua 10 tahun dariku sewaktu aku masih SMA di SBY bahkan kami sudah janjian akan berumah tangga kelak kalau sudah mapan, tapi nasib memutuskan lain, kami putus berpisah padahal selama pacaran aku dan dia sudah seperti suami-isteri dan.." aku mengangkat tanganku menghentikan dia untuk melanjutkan pembicaraannya yang aku sudah dapat menebak kemana arahnya.
"Oke Non, stop, stop, stop.. jangan diteruskan, aku tidak mau dengar sambungannya karena ini hari adalah pertemuan kita yang pertama dan aku ingin pada saat ini kita ada dalam keadaan senang dan gembira dong yaa.." sahutku sambil memegang kedua belah tangannya yang mungil itu. Sejenak mata itu berkaca-kaca sepertinya menahan haru.
"Aku tidak menyangka bahwa hari ini aku berkenalan dengan seorang laki-laki yang mau mengerti keadaanku yang sebenarnya dan aku suka kamu Mas." jawabnya lagi dengan sendu. Hari pertama itu kami lewati dengan jalan-jalan dan Vero tanpa malu-malu memeluk pinggangku sambil kadang-kadang menyenderkan kepalanya ke dadaku.

Hubungan kami berlangsung kira-kira satu setengah bulan, baik lewat telepon maupun e-mail, jalan-jalan dan nonton film yang akhirnya bibir tipisnya yang mungil kukecup di dalam gedung bioskop pada saat film sedang diputar. Dia membalas dengan kecupan-kecupan yang panas disertai desahan-desahan yang merangsang sambil mengarahkan tanganku ke payudaranya yang montok dan masih terbungkus BH tipis. Kuremas lembut bukit lembut itu dengan mesra disertai gigitan-gigitan lembut di bibirnya yang mungil. Dia mendesah kecil, tangannya menjalar ke arah pangkal pahaku sambil mengusap-usapnya, aku menggelinjang perlahan karena takut kelihatan penonton yang lain.

Demikian hari-hari berikutnya kami lewati dengan mencuri-curi kesempatan berciuman sambil saling memegang-megang di luar pakaian masing-masing. Suatu hari aku pulang dari dinas luar kota, aku tidak tahan untuk bercumbu dengannya, lalu aku langsung menuju Puri Mawar di daerah Jakarta Selatan, pesan kamar dan sambil santai di tempat tidur kutelepon Vero di kantornya.
"Hello Sayang.. apa kabar?" sahutku ingin membuatnya surprise.
"Hello.. Hai Honey, kamu dimana.. aku kangen kamuu!" jawabnya manja berbisik karena dia berada di ruangan kerja yang bersama dengan 3 orang temannya.
"Aku juga kangen kamu.. kamu pulang jam berapa, kutunggu di Puri Mawar, mau kan kamu menemuiku sebelum aku pulang ke rumah?" aku bertanya dengan hati-hati takut dia menolak.
"Mauu.. aku kangen kamuu, aku pulang jam 18:00 terus aku ke sana yaa.. tunggu aku Sayang yaa.." sahutnya lagi.
Aku mandi dan dengan berselimutkan handuk aku rebah di tempat tidur sambil menonton TV, karena saking lelahnya (sebab setiap pulang dari dinas luar kota pasti aku belum sempat istirahat dari malam sebelumnya) aku jatuh tertidur tanpa sadar dengan tubuh masih terbungkus handuk.Aku mulai sadar tatkala bibirku, hidungku terasa ada yang menyentuh serta menggelitik dengan halus serta sentuhan lembut di pangkal pahaku yang masih tertutup handuk. Aku membuka mataku perlahan, terlihat wajah bulat yang lucu dan manis di hadapanku. Veronica-ku yang manis tengah mengecup bibirku sambil mempermainkan lidahnya dengan lembut serta menggigit-gigit kecil hidungku dengan mesranya. Aku bergerak dan dia menghentikan gigitannya sambil memandangku mesra.

"Hai Honey, kasihaann.. capek yaa.. sampai ketiduran nungguin aku yaa.. dan ini apa?" katanya lagi sambil meremas lembut penisku yang semenjak semula sudah tegang di balik handuk dan ternyata handukku telah disibaknya dan tangannya yang mungil itu meremas dan mengusap lembut penisku yang sudah telanjang dan tegang.
"Oohh Sayang, kamu kok nakal nggak ngomong-ngomong sudah masuk dan foreplay tanpa izinku, hmm?" tanyaku sambil memeluk pinggangnya yang ramping dan tanganku yang lain bergerilya ke arah payudaranya yang montok di balik bajunya yang berleher rendah itu. Vero mencoba menghidari tanganku yang ke arah payudaranya, tetapi tanganku yang lain memeluk pinggangnya sehingga dia tidak berhasil melepaskan dirinya dari pelukanku.

"Honey.. Sayang.. aku mau mandi dulu yaa.. badanku bau, bau keringat dan bau pabrik kaos kaki nih," katanya sambil mencium keningku dan mencoba menghindari bertambah eratnya pelukanku.
"Nggak usah, aku senang bau keringat kamu, sedaapp.." jawabku menggoda sambil mencoba meremas susunya yang montok itu.
"Benar deh.. habis aku mandi, kamu boleh deh cium-cium terserah kamu yaa.." jawabnya lagi, kali ini kulepaskan pelukanku dan membiarkan dia pergi mandi.

Vero keluar dari kamar mandi dengan hanya terbungkus dengan lilitan handuk menutupi tubuhnya yang sintal, montok dan menggemaskan itu. Aku masih berbaring dengan santai, sementara Vero mendekatiku sambil tetap memandangku dengan matanya yang lucu tapi tajam itu. Dia menaiki tempat tidur dan berbaring di sebelahku. Kami saling berpandangan dan tanganku mengelus kedua belah pipinya dan dia melakukan hal yang sama. Kukecup bibir mungil itu, dia membalas dengan lembut, tangan kami mulai saling mengusap dengan mesra. Kulepaskan lilitan handuk dari tubuhku dan dengan setengah memaksa kulepaskan juga handuk yang membungkus tubuh sintal itu dan akhirnya..

Kupeluk Vero dengan lembut dan mesra tanpa sehelai benang pun yang menghalangi tubuh kami, Skin To Skin. Kami berciuman dari bibir, pipi, hidung, mata, kening. Tanganku mengusap lembut payudaranya, buah dadanya, susunya yang montok dan kenyal itu serta puting yang berwarna merah muda. Dia mendesah dan mengerang lembut, terdengar di telingaku menikmati gerilya tanganku. Kini bibirku turun ke lehernya, ke dadanya yang dibusungkan sehingga memudahkan bibirku mengecup susunya yang montok dan kenyal itu serta menjilat putingnya yang menggairahkan. Kuhisap dengan bernafsu kedua puting merah muda itu sambil menggigit-gigit kecil dan teriakan tertahan keluar dari mulut Vero. "Ooohh.. Maass, teruuss iseepp Maass.. oohh.."

Sementara mulutku bergerilya di antara kedua payudara yang montok itu, tanganku turun perlahan ke antara pangkal paha Vero yang ditumbuhi bulu-bulu yang lebat dan halus itu. Vero meremas dan menarik-narik rambutku dengan ganasnya karena permainan lidahku di puting susunya yang montok itu membuat dia mendesah nikmat serta merta membuka kedua pahanya lebar-lebar sehingga tanganku serta jariku bebas mengusap vaginanya yang mulai basah itu. Kuciumi kedua bukit montok itu dan perlahan-lahan turun ke perutnya yang rata, turun lagi sampai ke pangkal pahanya yang ditumbuhi bulu-bulu lebat nan halus itu.

"Maass.. oohh.. terus Maass.. teruuss!" Desahnya manja dan kedua pahanya mulai menjepit perlahan kepalaku. Kukecup pucuk vaginanya dengan lembut, dia menggelinjang sambil menjerit kecil. Kemudian lidahku mulai menjilat klitorisnya yang mungil disertai kecupan dan gigitan kecil pada labia mayoranya.

"Aaawww.. Maass, kamu gila.. kamu gila.. Maass.. oohh.. nngg.." jeritnya perlahan, tanganku memilin kedua puting susunya dengan lembut.
"Maass.. aku nggak tahaann Mass, ayo Maas.." katanya sambil menarik tanganku dan memeluk kepalaku dan mengecup bibirku dengan ganas.
Penisku sudah tegang sejak aku beroral sex. Perlahan kugesek-gesekkan ke bibir vagina Vero sambil menatap wajahnya yang bulat dan lucu itu.

"Honey Vero, masukin sekarang yaa.. Aku juga nggak tahan.." kataku sambil menempelkan rudalku ke arah lubang kenikmatannya Vero. Dia mengangguk sambil tersenyum manis, aku membuka lebar-lebar kedua pahanya dan penisku kutekankan sehingga masuk perlahan-lahan ke dalam vaginanya yang sudah basah dan, "Ooohh nikmatnya.." terasa lubang kehangatan yang serta merta memijat penisku. Kutekan terus sehingga amblas dimana kedua bola penisku menempel erat pada bagian bawah vaginanya.

"Ooohh Maass.. nikmat sekali rudalmu ini.. ayoo Maas.." desah nikmatnya terdengar. Aku mulai menggoyangkan pantatku turun naik perlahan, makin lama makin cepat dan aku mulai merasa ngilu di kepala penisku sementara dia juga tidak kalah dengan dengan goyangan pinggulnya yang kelihatannya menikmati penisku turun naik dan keluar masuk vaginanya yang terasa mulai licin akibat cairan kenikmatannya yang keluar melumasi penisku itu. Aku mencium kedua belah bibirnya yang tipis dan mungil itu dengan tidak kalah ganasnya sambil memeluk tubuh Vero yang sintal dengan payudaranya yang besar dan montok itu.

"Vero.. oh.. Sayang, aku mau keluaarr.. gilaa benar enaakk.." dengusku dengan nafas yang makin memburu.
"Aku juga Maass.. aku jugaa.. oohh.. mmff.. ngg.." jeritnya tertahan.
Tiba-tiba kedua pahanya menjepit pinggangku dan dengan buas dia mengecup bibirku dan menggigit bibir bawahku yang membuatku kelabakan antara menahan sakit digigit dengan nikmatnya pijatan vagina Vero, akhirnya aku tidak tahan lagi dan kutekan penisku dalam-dalan dan, "Croott.. croott.. croott.." dengan rasa ngilu di ujung lubang penisku kusemprotkan spermaku di dalam vagina Vero sambil kami berpagut kuat seolah-olah tidak akan terlepaskan. "Maass.. aku keluaarr.. oohh.. mff.." jeritnya sambil memeluk kepalaku. Kami terdiam beberapa saat menikmati orgasme bersama sambil saling berpagut, berpelukan. Kemudian kami saling melepaskan diri dan saling memandang dengan mesra.

"Mas, aku sayang kamu, aku cinta kamu, aku belum pernah merasa sepuas hari ini." katanya dengan lembut setengah berbisik.
"Aku juga Non, puas dengan pijatan itumu itu." jawabku perlahan.
"Itunya apa.. coba bilang yang benar, ayo.. bilang dong." katanya menggoda.
"Ah itu lho.. bibir yang di bawah itu." jawabku lagi balas menggoda.
"Aaah Maass, aku kan jadi malu." katanya sambil mengecup bibirku.
"Malu sama siapa Non? kan kita cuma berdua.." aku mencoba bangun tapi jepitan kedua pahanya makin dieratkan di pinggangku.
"Jangan dilepas dulu dong.. aku masih ingin menikmati rudalmu ada di dalam sarangku dan aku mau lagi tapi aku mau di atas dan Mas di bawah, boleh kan?" katanya sambil tersenyum manis.
"Boleh, hanya saja kamu harus menunggu dengan sabar karena pria kalau habis orgasme harus mengambil ancang-ancang untuk tenaganya yang baru setelah paling kurang 1 sampai 1,5 jam untuk bisa horny lagi yaa Sayang." jawabku sambil mengelus pipinya.

Akhirnya kami saling melepaskan dan bangun menuju kamar mandi. Kami mandi saling menyabuni, kira-kira 1 jam kami saling menyirami tubuh kami. Nafsuku bangkit lagi dan kami bersenggama di kamar mandi dan kali ini kami melakukan di atas closet dengan posisiku duduk di atas closet dan Vero berada di atasku. Kukecup bergantian susunya yang montok dan padat itu hingga membuatnya dengan ganas menggoyangkan pantatnya turun naik saat penisku melakukan penetrasi ke dalam vaginanya, permainan cinta kami berakhir dengan dia orgasme 2 kali dan aku 1 kali. Setelah kami membersihkan diri kuantar Veronica pulang.

Kami sering melakukan hubungan seks hampir setiap kali aku pulang dari tugas luar kota dan hubungan kami masih berlanjut sampai sekarang. Demikianlah salah satu pengalamanku bercinta dengan wanita yang hampir separoh umurku yang pada kenyataannya cukup memuaskan mereka.

Tamat




Pria penghibur - 2

0 comments

Temukan kami di Facebook
Dan ketika tangan saya mulai masuk lebih kedalam lagi ternyata disana sudah basah sehingga membuatku semakin bersemangat untuk membuat Tante Mei makin melambung tinggi lagi. Segera saja jari-jariku bermain disana, memainkan bibir vagina serta daging kecil yang sudah menyembul dari sela-sela bibir vaginanya. Ku gosok-gosok dan kuputar-putar jari tanganku disitu serta sewaktu-waktu kutarik dan kujentik-jentik daging kecil yang bernama klitoris itu. Ketika ciuman dan jilatanku turun lagi keperut dan lidahku bermain di lubang pusar, dengan tiba-tiba pula kumasukkan jariku kedalam lubang surga milik Tante Mei yang membuat dia tersentak kaget dan langsung menjambak dan meremas-remak rambutku.
"Ahh.. kau benar-benar gila sayang.. ahh.. aku.. aku.. ahh"Tante Mei sampai tak bisa berkata-kata lagi karena menerima kenikmatan yang tak terduga itu.

Lalu kukocok jari-jariku didalam lubang surga Tante Mei sambil Ibu jariku menekan-nekan dan berputar-putar di klitorisnya, dan cumbuanku naik lagi menuju kedua payudaranya yang dibusungkannya seakan meminta untuk dicumbu lagi. Tak lama setelah kukocok vagina dan klitoris milik Tante Mei serta menghisap-hisap kedua payudaranya, Tante Mei mengerang lebih gila lagi.
"Ahh.. Ferr.. ahh.. gila kamu Fer, aku sudah hampir sampai Fer.. ahh.. terus.. terus.. ahh.. aku.. aku.. sampai.. aku sampaii.. ahh"Erang Tante Mei ketika mencapai orgasmenya yang pertama.
Dia mengerang sambil menjambak dan mencakar-cakar rambut dan tubuhku, dan tak kuhiraukan semua kelakuan Tante Mei itu, tetapi aku terus mengocok dan menyedot dangan keras klitoris, vagina, dan puting payudara Tante Mei secara bergantian sehingga dia semakin beringas merasakan orgasmenya.

"Ahh.. Fer.. sudah Fer.. aku nggak kuat Fer.. aku nggak kuat.. ohh.. aku.. aku.. aku dapet lagi Fer.. aku dapet lagi.. ahh"Erang Tante Mei ketika mendapat orgasmenya lagi yang kedua.
Dia mengejang dan jambakan di rambutku semakin keras serta kakinya menendang-nendang karena tak kuasa menahan nikmatnya orgasme yang ku berikan lewat cumbuan mulut dan tanganku. Sambil menjambaki rambutku tangan Tante Mei yang satunya lagi meremas-remas payudaranya sendiri, dan vaginanya yang sudah banjir itu membuat aku tak tahan untuk segera merasakan cairan yang mengalir keluar. Segera kuhentikan semua kegiatanku dan langsung aku beralih ke vaginanya yang banjir dan memerah itu. Langsung kujilat dan kusedot-sedot semua cairan yang mengalir dari dalam vagina Tante Mei.

"Ahh.. sudah Fer.. ahh.. cukup Fer.. jangan lagi Fer.. ohh.. aku sudah lemes.. ahh.. Fer.. kamu memang gila Fer.. cukup Fer.. ahh"Kata Tante Mei memohon tetapi tangannya tidak seperti yang dia inginkan, tangan Tante Mei malah menekan kepalaku lebih kedalam lagi.
"Ahh.. Fer.. kamu.. kamu memang gila dan hebat.. aku benar-benak nggak kuat Fer.. ahh.. aku.. ahh.. aku dapet lagi Fer.. dapet lagi.. ahh"ceracau Tante Mei lagi dan kemudian dia mengejang lagi.

Dihimpit dan ditekannya kepalaku di vaginanya yang sudah basah dan tambah basah lagi oleh cairan yang mengalir keluar lagi oleh orgasmenya yang ketiga, dan kesempatan itu tak kusia-siakan, langsung kusedot dan kujilati semua cairan yang mengalir keluar dari dalam vagina itu, kujilat dan kusedot semuanya. Tak kusangka wanita seperti Tante Mei yang terlihat anggun dan lembut bisa seperti itu bila mendapatkan orgasmenya. Ketika Tante Mei mulai melemas, kulepaskan mulutku dari vagina Tante Mei untuk memberikan kesempatan dia untuk beristirahat, dan ketika kulihat vagina Tante Mei yang berwarna kemerah-merahan akibat kocokkan, jilatan serta sedotan-sedotanku itu ternyata masih ada sedikit cairan yang meleleh keluar membasahi bibir vagina Tante Mei. Dan kulihat Tante Mei masih terpejam merasakan kenikmatan yang berulang-ulang dariku. Ku kecup kening Tante Mei dengan lembut dan kubiarkan dia istirahat sejenak sambil kupijit tubuh Tante Mei yang juga merupakan bagian dari serviceku kepada pelangganku untuk memulihkan tenaganya agar dia bisa memperoleh kenikmatan lagi nantinya, dan ternyata pijatan ku membuat Tante Mei tertidur pulas.

Melihat Tante Mei tertidur, akupun merebahkan diri untuk istirahat. Tak terasa mataku terpejam dan tertidur. Entah berapa lama aku tertidur, aku terbangun karena ada rasa nikmat yang terasa didaerah selangkanganku, tepatnya di penisku. Ketika kubuka mataku, kulihat Tante Mei sedang asik menjilati dan mengulum penisku yang sudah berdiri kencang. Kubiarkan Tante Mei mengulum dan menjilati penisku sambil aku pura-pura tidur. Tapi kuluman Tante Mei semakin menggila dan membuat aku tak kuat lagi menahan mulutku untuk tidak bersuara.

"Ahh.. Tante.. enak Tante.. ahh.."hanya kata itu yang bisa keluar dari mulutku.
Kulihat Tante Mei melirik dan tersenyum genit kearahku, dan melanjutkan kulumannya yang semakin liar dan menggila. Akupun tak mau ketinggalan, segera kuraih bongkahan pantat milik Tante Mei dan langsung kuarahkan bongkahan itu kemukaku sehingga membentuk posisi 69, dan langsung ku serbu bibir vagina dan klitoris milik Tante Mei.
"Uhh.. hebat kamu Fer.. uhh.. enak Fer.. hisap yang kuat itilku Fer.. yang keras sampai copot.. Ahh.. gila kau Fer.. ahh"Desah Tante Mei keenakan.
Dan tanpa menunggu lagi segera kutusuk lobang surga Tante Mei dengan 2 jariku yang langsung masuk dengan mudah karena sudah basah oleh cairan yang keluar dari vaginanya.
"Ahh.. Fer.. kamu benar-benar pintar dan gila.. ahh.. aku dapet lagi Fer.. ahh.. Fer aku.. aku dapet lagi Fer.. ahh"Teriak Tante Mei sambil mengejang dan menjepit kepalaku yang tepat berada diselangkangannya dan menduduki mukaku membuatku susah bernafas.

Setelah agak melemas aku memakai kondom(aku menggunakan kondom untuk menjaga kenyamanan dan keamananku dan pelangganku) dan mulai kuatur posisiku pada posisi siap untuk menusukkan penisku kedalam lubang kenikmatan milik Tante Mei. Sebelum kumasukkan kedalam lubang kenikmatannya kugesek-gesekan penisku dibibir vagina dan kutepuk-tepukan keklitoris Tante Mei yang rupanya membuat Tante Mei makin terangsang.
"Ahh.. Fer.. sudah Fer cukup.. ahh.. cukup tolong Fer masukkan kontol kamu Fer.. ahh.. Tante udah nggak kuat lagi.. ahh"Rengek Tante Mei kepadaku.
Segera kumasukan senjataku perlahan-lahan untuk menambah sensasi yang dirasakan oleh Tante Mei.
"Ahh.. kamu memang pintar Fer.. ahh.. ayo sayang sekarang kocok senjatamu.. kocok sampai pelurunya muntah didalam memekku sayang.. ahh"Kata Tante Mei lagi.
Dan kukocok senjataku didalam memek Tante Mei sambil kuvariasi dengan goyangan-goyangan. Tante Mei sendiri juga tidak mau kalah, dia juga ikut menggoyang pinggulnya sehingga memberikan rasa seperti di pelintir-pelintir batang senjataku.
"Ahh.. Tante enak sekali goyangan Tante.. ahh.. rasanya seperti dipelintir-pelintir Tan.. ahh"Kataku sambil menikmati goyangan-goyangan pinggul Tante Mei yang makin seru setelah mendengar kata-kataku.
"Akhh.. Fer.. Tante mau sampe Fer.. ahh.. kamu masih lama ga Fer.. Tante sudah nggak kuat.. ahh"Kata Tante Mei memberitahuku.

Tanpa basa-basi langsung kucabut senjataku, sehingga Tante Mei menjadi kaget dan bingung.
"Ahh.. Fer.. kok dicabut.. ayo dong sayang.. jangan kamu siksa Tante seperti ini.. ahh.. kamu jahat sekali Fer"Rengek Tante Mei sambil memainkan tangannya di memek dan klitorisnya agar tidak kehilangan orgasme yang akan diraihnya, sedangkan aku hanya menonton Tante Mei yang semakin keras menggosok-gosok memek dan klitorisnya sambil meremas-remas sendiri payudaranya.
"Ahh.. Fer.. kamu memang jahat.. ahh.. kamu.. kamu jail.. ahh.. kamu jahat.. ahh.. Fer.. Fer.. ahh"Kulihat Tante Mei mengejang-ngejang ketika dia mendapatkan orgasmenya.
Sebelum orgasme yang didapat oleh Tante Mei hilang langsung ku balikkan badan Tante Mei sehingga Tante Mei sekarang dalam posisi menungging, dan langsung kutusukan senjataku kedalam lubang surga milik Tante Mei.
"Ahh.. kamu memang gila Fer.. kamu gila dan jahat.. kamu.. ahh.. ahh.. kamu.. ahh"Tante Mei sudah tidak dapat berkata-kata lagi, dia hanya bisa merasakan kenikmatan yang datang setelah senjataku masuk dan kukocok dengan keras sambil tanganku meraih payudaranya dari belakang dan meremas-remasnya sambil putingnya kupelintir-pelintir dan kutarik-tarik.
Kukocok dan kugoyang-goyang pinggulku dengan keras dan brutal, sambil sekali-sekali kuremas pantatnya dan kutusuk lubang dubur Tante Mei dengan jari kelingkingku.
"Ahh.. Fer.. kamu.. kamu.. akhh.. Fer.. Tante.. Tante dapet lagi Fer.. dapet lagi.. ahh.. ahh.. nikmat sekali.. ahh.. aku.. aku.. ahh"Kemudian Tante Meipun mengejang-ngejang dan menggelepar-gelepar seperti ikan yang kehabisan oksigen.

Karena aku masih belum mencapai orgasme, kucabut senjataku dan kurebahkan tubuhku dikasur, Tante Mei langsung mengerti kemauanku. Langsung dia menaiki tubuhku dan langsung memasukkan senjataku kedalam memeknya yang sudah basah oleh cairan kenikmatan yang didapatnya secara beruntun. Kugoyang-goyang pinggulku sehingga senjataku mengorek-ngorek lubang memek Tante Mei, sedangkan Tante Mei menaik turunkan pantatnya mengocok senjataku dari atas. Sambil mengoyang pinggulku, tak kuhilangkan kesempatan untuk menyedot payudara milik Tante Mei yang menggatung tepat didepan mataku. Kuserbu kedua payudara itu, kusedot-sedot dan kujilat-jilat putingnya.
"Ahh.. Fer.. enak Fer.. hisap yang kuat sayang.. ahh"Kata Tante Mei sambil menekan kepalaku ke payudaranya dan ditekan pinggulnya kuat-kuat kebawah sampai kurasakan senjataku mentok kedalam memeknya dan di putar-putar pinggulnya kekiri dan kekanan, sehingga kurasakan batang senjataku seperti diperas-peras.
"Ahh.. Tante.. enak Tan.. ahh.. aku mau keluar Tan.. ahh"Kataku pada Tante Mei sambil terus menghisap dan menjilati kedua payudara Tante Mei.
"Ohh.. akhirnya.. kamu keluar juga sayang.. Tante juga mau dapet lagi say.. ohh.. kamu hebat say.. kamu.. hebat.. ayo kita sama-sama say.. ahh.. sama-sama keawang-awang.. ayo sayang.. ohh.. ohh"ceracau Tante Mei sambil mengejang dan tambah menggila menggoyang dan menekan-nekan pinggulnya sehingga membuat aku merasakan geli-geli nikmat.
"Ahh.. Tante.. aku keluar Tan.. aku keluar.. ahh"Erangku sambil mengejang dan menyemprotlah cairan maniku yang banyak, menyusul Tante Mei yang juga mendapatkan kenikmatan kesekian kalinya yang tiada taranya.

Dan setelah kami berdua mengerang dan mengejang, kamipun terkulai lemas. Tante Mei yang masih berada diatasku langsung merebahkan tubuhnya ke dadaku dan kusambut dengan pelukan dan kukecup kening serta bibir Tante Mei, lalu kucabut batangku dan kurebahkan Tante Mei disampingku sambil tetap kupeluk dengan mesra. Kulihat Tante Mei memejamkan matanya sambil mengatur nafasnya, sedangkan aku sendiri juga mengatur nafas sambil tersenyum senang karena pelanggan pertamaku dapat kupuaskan. Setelah nafasnya teratur Tante Mei membuka matanya dan menatapku dan tersenyum puas.

"Aduh Fer.. kamu ini bener-bener pinter deh. Tante sampe kewalahan melawan kamu. Tante puas sekali Fer.. puass sekali.. ohh.. kamu benar benar membuat Tante terbang ke awang-awang.. hmm.. kamu sendiri gimana Fer?"Kata Tante Mei sambil bertanya.
"Ah Tante.. buat saya sih yang penting Tante dulu. Kalau Tante puas.. saya juga puas.. karena buat saya Tante lebih penting dari saya."Jawabku sambil membelai rambut Tante Mei dan mengecup keningnya, lalu kamipun bedua tertidur sambil berpelukan.
Dan ketika terbangun kami mandi berdua dan akhirnya kami melakukannya lagi dikamar mandi, dan lagi-lagi Tante Mei terkapar lemas dan puas. Kami melakukan terus sampai esok paginya kita check out dari hotel. Sebelum meninggalkan kamar Tante Mei memberikan amplop kepadaku yang langsung kumasukkan ke dalam kantong.
"Nggak di itung dulu Fer?"Tanya Tante Mei padaku.
"Ah Tante.. ada-ada saja, saya percayalah sama Tante"Jawabku lagi.
"Jangan gitu dilihat dulu, kalo kurangkan masih ada Tante disini dan kamu bisa minta lagi"Jawab Tante kemudian.
"Hmm.. oke deh.. kalo Tante maksa.. tapi kalo aku merasa kurang, aku minta lagi Tante jangan marah ya.. he he"Jawabku bercanda.
Dan ketika kulihat isi amplop, aku terperanjat ternyata isinya uang dolar amerika sebesar $ 300.
"Wah.. Tante.. ini sih lebih dari cukup Tan.. apa Tante nggak keberatan nih? Apa Tante nggak salah ngasih saya amplop? Ini uang dolar sebesar $ 300 loh Tan.. nggak salah nih Tan?"Tanyaku terkejut.
"Kamu mau nggak? Kalo buat Tante sih itu nggak salah, sebab kamu benar-benar bisa memuaskan hasrat Tante semalaman. Dan juga itu termasuk persenan untuk nantinya kalo Tante lagi kepengen kamu harus langsung menemui Tante"Jawab Tante Mei enteng.
"Wah.. terima kasih Tante.. Tante baik sekali.. kalo gitu kapan Tante mau Tante tinggal hubungi saya saja, saya pasti dateng Tan.. terima kasih ya Tan"Jawabku lagi sambil mengecup kening dan pipi serta bibir Tante Mei yang tersenyum melihat aku kegirangan.

Dan setelah pengalaman pertama Tante Mei denganku, sampai sekarang dia selalu menghubungi aku jika dia sedang kepengen, dan akhirnya diapun menjadi pelanggan tetapku.

Tamat




Pria penghibur - 1

0 comments

Temukan kami di Facebook
Kejadian ini ketika saya masih berumur 25 tahun, yaitu saat saya bekerja disebuah kantor yang bergerak di bIdang pemrograman komputer. Saya bekerja untuk menunjang biaya kuliah dan hidup saya di Jakarta. Tapi setelah kurang lebih satu tahun saya bekerja, kantor dimana saya bekerja gulung tikar karena persaingan yang sangat ketat dikota yang besar ini. Setelah beberapa bulan saya menjadi 'pengacara' (pengangguran banyak acara) dan sudah mengirimkan banyak sekali surat lamaran tapi saya tetap belum mendapat pekerjaan. Sewaktu saya membaca lowongan kerja yang ada disebuah surat kabar, saya juga membaca iklan yang isinya semua panti pijat, yang menurut perkiraan saya hanya sekedar kedok dari para penjaja sex. Setelah melihat iklan tersebut timbul niat iseng saya untuk mencoba ikut berpartisipasi memasang iklan dikolom panti pijat tersebut. Kemudian saya langsung memasang iklan melalui biro iklan yang ada disekitar tempat saya untuk diterbitkan keesokan harinya.

Pagi hari saya membeli koran dimana saya memasang iklan tersebut dan sambil senyum-senyum saya membaca iklan milik saya sendiri. Sekitar jam 10. 00 lebih HP saya berdering dan langsung saya terima.
"Hallo"Kata saya.
"Hallo. Apa betul anda memasang iklan dikoran untuk menerima jasa memijit?"Jawab wanita yang ada diujung telepon.
"Ya betul saya Ferry. Saya berbicara dengan siapa ya?"Tanya saya lagi.
"Saya Tante Mei, saya mau minta dipijit"Jawab Tante Mei.
"Oh bisa Tante"Jawab saya lagi.

Setelah berbincang-bincang Tante Mei mulai bertanya yang macam-macam mulai dari umur, sampai postur tubuh.
"Kamu umur berapa Fer?"Tanya Tante.
"25 Tante, Tante sendiri? Kalo boleh saya tahu"Jawabku.
"Wah, lagi asik-asiknya nich. Kalo Tante sih umurnya 54"Jawab Tante Mei.
"Oo.."Hanya kata itu yang bisa keluar dari mulutku.
"Kenapa? Kaget yach? saya janda dan udah punya cucu 2 yang masih kecil-kecil, dan saya tinggal sendiri dirumah, cuma sama pembantu. Postur tubuh kamu seperti apa Fer?"Kata Tante Mei yang sadar kalo aku agak shock mendengar umurnya sambil bertanya lagi.
"Postur tubuh saya biasa-biasa saja sih Tan, tapi kalo kata cewe-cewe yang saya kenal kata mereka tubuh saya atletis, padahal saya sendiri nggak merasa begitu tuh"Jawabku.
"Kalo punya kamu ukurannya berapa?"Tanya Tante Mei lagi.
"Ukuran saya sih biasa ajalah Tan, cuma 15 centian"Jawabku.
"Mmm.. lumayanlah, jadi gimana kamu maukan mijit Tante?"Tanya Tante lagi.
"Mijit yang mana nih Tan? mijit biasa atau mijit special nich Tante?"Jawabku bercanda.
"Yah.. kalo kamu mau sekalian mijit yang special sih.. ha ha ha"Jawab Tante Mei sambil tertawa.
"Mmm.. Emang Tante masih suka begituan yah? Emang udah berapa lama Tante ga gituan?"Tanyaku.
"Gituan yang mana nih? Hi hi hi"Balas Tante menggoda.
"Yang mana yah? He he.. itu loh maksud saya emang Tante masi suka ML? Emang Tante udah berapa lama nggak ML?"Jawabku memperjelas pertanyaanku tadi yang sudah pasti dia tahu.
"O.. gituan yang itu, mm.. kalo yang itu sih Tante masi suka cuma, udah lama nggak ada pelampiasan. Abis udah lama sih, kurang lebih 3-4 tahun"Jawab Tante Mei.
"Wow lama juga yah, trus kalo lagi kepengen Tante ngapain?"Tanyaku.
"Ngapain yah? Mmm.. udah gini aja kamu mau nggak mijit Tante? Kalo mau nanti Tante kasi tau Tante ngapain aja kalo lagi kepengen. Gimana? Oke?"Jawabnya.
"Oke, Tante. Tapi dimana saya bisa ketemu Tante?"Tanyaku lagi.
"Kita kehotel aja yah, abis kalo dirumah nggak enak sama pembantu. Tapi ngomong-ngomong berapa biaya mijitnya nih?"Kata Tante.
"Mijit yang mana dulu nih Tante.. he he he"Jawabku bercanda.
"Ah kamu ini, mijit semuanya lah.. berapa?"Tanya Tante lagi.
"Biasa aja deh Tante, abis saya juga baru pertama kali ini terima pijit"Jawabku karena aku juga nggak tahu harga pasarannya.
"Ok deh kalo gitu, kita ketemu dilobby hotel X aja yah"Jawab Tante Mei lagi.
Setelah janjian jam berapa dan bertanya nanti aku dan Tante Mei pake baju apa biar nggak salah orang maka telponpun ditutup, dan aku hanya senyum-senyum saja sambil mengingat perbincanganku dengan Tante Mei tadi, serta membayangkan seperti apa nanti Tante Mei itu.

Setelah mempersiapkan semuanya termasuk mental, sayapun segera meluncur kehotel"X"yang telah dijanjikan, setelah sampai saya menunggu dilobby hatel yang besar dan sejuk itu sambil mataku melirik kesana kemari mencari sosok Tante Mei. Tak lama kemudian seorang wanita setengah baya melambaikan tangannya kearahku, dan untuk memastikannya sayapun menunjuk diri saya sendiri dan wanita itu mengangguk, lalu saya segera menghampiri dia.
"Hallo"Kataku.
"Hallo juga, kamu Ferry kan?"Tanya wanita itu.
"Iya. Tante sendiri Tante Mei-kan?"Tanyaku.
"Iya lah, abis siapa lagi yang bikin janji sama kamu disini?"Jawab Tante Mei sambil tersenyum.
"Ga ada sih Tan, cuma untuk mastiin aja, he he he"Jawabku sambil cengengesan.

Tubuh Tante Mei gemuk dan dari wajahnya terlihat sudah mulai berkeriput walaupun sudah diberi bedak tebal, tapi cara dia berdandan dan cara dia memakai baju dengan celana kain yang warnanya sesuai dengan umurnya sehingga dia tampak anggun.
"Gimana? kecewa nggak? kalo kecewa nggak apa-apa sih, nanti Tante ganti biaya transport kamu aja. Tante juga belum pesan kamar."Kata Tante Mei.
"Ah Tante bisa aja, dimana-mana yang namanya customer harus dilayani sebaik mungkin. Jadi nggak ada kata kecewa tuh buat saya, jangan-jangan Tante sendiri yang kecewa melihat penampilanku yang biasa-biasa ini"Jawabku sambil tersenyum.
"Ah nggak juga, saya lebih suka yang berpenampilan seperti kamu, biar ga keliatan seperti pria penghibur. Abis kalo ketahuan sama teman atau saudara, kan Tante bisa berabe"Jawab Tante Mei lagi.

Setelah bercakap-cakap sejenak lalu Tante Mei menyuruhku untuk memesan kamar sambil memberiku sejumlah uang untuk membayar sewa kamar tersebut. Setelah memesan kamar atas namaku dan membayarnya kamipun menuju kamar sambil diantar oleh room boy hotel tersebut. Selama dalam perjalanan menuju kamar kami hanya berbincang-bincang sedikit karena ada room boy dan beberapa tamu didalam lift tersebut, dan saya pun tidak memanggil Tante lagi pada dia tetapi"Ai"Karena dia chinese dan saya juga chinese biar tidak terlalu menyolok. Setelah sampai dikamar dan room boynya sudah keluar, Tante memesan minuman dan makanan yang ada di daftar menu melalui telepon. Sambil menunggu makanan datang aku dan Tante duduk-duduk disofa yang ada dikamar yang besar itu sambil berbincang-bincang dan menyalakan TV yang tidak dilihatnya sambil sesekali tangan Tante Mei menggerayangi tubuhku dan senjataku.

"Badan kamu memang seksi loh.. walaupun agak sedikit gemuk, dan punya kamu juga kayanya besar juga nih, celananya dibuka ya"Kata Tante Mei.
"Buka aja Tan, anggap aja punya sendiri hi hi hi"Jawabku sambil bercanda.
"Ah kamu ini"Jawab Tante Mei sambil mulai membuka celana dan celana dalamku sampai sebatas lutut.
"Hmm.. bener jugakan dugaan Tante punya kamu ini bentuknya kompak, dari kepala sampai pangkal batangnya, bentuknya bener-bener seksi"Kata Tante Mei sambil membelai-belai dan mengocok senjataku yang langsung berdiri tegak dan langsung diserbu oleh kecupan dan dijilat-jilat oleh Tante Mei.
"Ahh.. Tante enak sekali Tan. Tante hebat deh.. uhh.. enak sekali Tan"Kataku keenakan.

Dan tanpa menyia-nyiakan kesempatan tanganku juga mulai bergerilya keseluruh tubuh Tante Mei. Kubelai-belai dan kuremas-remas kedua gundukan didada Tante Mei, sambil kuciumi wajah dan belakang telinga Tante Mei. Dari telinga lalu kucumbu bibir Tante Mei yang mungil itu, kamipun bersilat lidah dengan mesra. Lalu kumasukkan tanganku kedalam bajunya dan kusingkap BH-nya keatas sehingga kedua gundukan milik Tante Mei langsung keluar. Mungkin karena sudah agak tua gundukan itu sudah lembek dan tampak sedikit berkeriput, tapi tidak menbuat aku menjadi malas, karena sudah menjadi tekatku untuk memberikan service yang terbaik kepada semua pelangganku.

"Ahh.. remas yang kuat sayang, putingnya juga dipilin-pilin yang kuat.. ahh.. nikmat sekali serasa terbang keawan.. ahh.. kamu pinter sekali say.. uhh terus yang kuat.. ahh"Kata Tante Mei sambil mendesah-desah.
Sedang asik-asiknya bercumbu tiba-tiba bel berbunyi dan ternyata room boy datang membawakan pesanan Tante Mei tadi, dan sambil tergesa-gesa dan tersenyum-senyum kami berdua merapikan baju kami. Setelah membayar dan memberi tip, room boypun keluar. Dan Tante Mei langsung menyerbu bibirku dengan ciuman yang liar dan bergelora sambil memeluk tubuhku. Kusambut dan kubalas ciuman itu dengan liar dan bergelora sambil tanganku meremas-remas payudara Tante Mei yang belum masuk kedalam BH-nya. Sambil tangan yang satu meremas-remas payudara Tante Mei tanganku yang satu lagi membuka pengait BH dipunggungnya. Tik.. terbukalah sudah pengait BH Tante Mei, dan tanpa melepaskan ciuman yang sedang hot-hotnya kubuka satu-persatu kancing baju Tante Mei, yang juga diikuti oleh Tante Mei yang ikut membuka baju dan celanaku.

Setelah baju yang kami pakai lepas semua cumbuan kami lebih bergairah lagi, dan akupun mulai menyumbui seluruh tubuh Tante Mei atau yang lebih dikenal dengan sebutan"Mandi kucing". Ku bimbing Tante Mei ke tempat tidur dan ku tidurkan dia di tepi tempat tidur yang berukuran king size itu. Mulai aku cium dan jilati seluruh tubuh Tante Mei dari atas rambut sampai ujung kaki yang pasti akan membuat Tante Mei mendesah dan menggelinjang-gelinjang jika ciuman dan jilatanku mengenai bagian sensitif tubuhnya. Kumulai ciumanku disekitar wajah Tante Mei sampai kebelakang telinga dan kujilati lubang telinganya serta kusedot-sedot cuping telinga Tante Mei yang membuat Tante Mei semakin bergairah.

"Ah Fer.. kamu hebat sekali membangkitkan gairah Tante oh.. enak sekali cumbuan kamu Fer"ujarnya sambil mendesah-desah.
Tangan Tante Mei mulai menggapai-gapai senjataku dan mengocok-kocok senjataku, dengan lembut kusingkirkan tangannya.
"Jangan dulu ya Tan.. sekarang Tante nikmati saja semua yang akan saya lakukan pada Tante"Kataku didepan telinganya sambil menghembuskan nafas-nafas erotis yang makin membuat Tante Mei melambung ke awang-awang.
"Ouh.. Fer.. suara kamu seksi sekali sayang dan hembusan nafas kamu semakin membuat Tante bergairah.. ouhh.. sayang, Tante akan menuruti semua keinginan kamu sayang asal kamu terus membawa Tante keawang-awang seperti ini"Jawab Tante Mei.

Aku hanya tersenyum mendengar perkataan Tante Mei, lalu ciumanku mulai turun menuju lehernya ciuman dan jilatanku mengelilingi leher Tante Mei, tak ada sedikitpun daerah yang lepas dari ciuman dan jilatanku. Tanganku pun tidak pernah diam membelai dan megusap bagian tubuh Tante Mei yang lainnya mulai dari dada sampai lengan dan paha semuanya kubelai dengan lembut dan erotis untuk menambah gairah Tante Mei. Lalu tangan Tante Mei membimbing tanganku kearah dalam bagian pahanya, akupun mengerti maksud dari Tante Mei tadi, aku angkat tangan Tante Mei keatas sehingga ketiaknya terpampang lebar dihadapanku. Tanpa membuang waktu langsung kucumbu ketiak Tante Mei yang berbulu halus dan rapi, dan langsung membuat Tante Mei memeluk erat kepalaku.

"Ahh.. gila kamu Fer, pintar sekali cara kamu mencumbu Fer.. ahh.. ga pernah aku merasakan cumbuan seperti ini.. uhh.. sedot yang kuat Fer, yang kuat, gigit.. uhh.. gigit ketiakku sayang.. ahh.."Kata Tante Mei sambil mendesah-desah dan menekan kepalaku kuat-kuat ke ketiaknya yang beraroma khas wanita.
Sambil mencumbu ketiak Tante Mei tanganku membelai leher dan kupingnya, lalu turun kedada dan meremas-remas kedua gunung dan ujung gunungnya yang mengeras karena napsu. Ciuman dan jilatanku pun mulai berpindah menuju kearah lengan bagian dalam, kujilati lengan itu dari bawah keatas dan kembali lagi kebawah, lalu menuju kearah dadanya. Setelah bermain sesaat di dada, tanganku turun lagi menuju perutnya dan aku usap-usap perut Tante Mei sambil memainkan lubang pusarnya, sedangkan cumbuanku mulai menuju ke kedua gunung payudaranya. Kuciumi dan kujilati dengan ujung lidahku payudara Tante Mei dari pangkal menuju putingnya secara berputar menggunakan bibir dan lidah. Dan saat mencapai puncak payudara kusedot-sedot dan kujilat-jilat puting payudara yang sudah mengeras itu. Dan seperti ketika aku mencumbu ketiaknya, Tante Mei juga menekan kepalaku dan meremas-remas rambutku sambil menggigiti bibirnya sendiri dan mendesah-desah keenakan.

"Ahh.. sedot putingku yang keras Fer yang keras sampai copot.. ahh.. iya seperti itu.. ohh.. enak sekali say.. ohh.."Kata Tante Mei mengajariku.
Kuperlakukan kedua payudara itu sebaik mungkin dan selembut mungkin sehingga menambah rangsangan-rangsangan yang dapat membuat Tante Mei tambah melambung tinggi. Kemudian tanganku turun lagi menuju paha bagian dalamnya, dan kubelai-belai paha bagian dalam itu dengan lembut menggunakan ujung jari-jariku yang menimbulkan rasa geli-geli nikmat yang menambah rangsangan pada Tante Mei.
"Ohh.. Fer.. belaian kamu dan cumbuan kamu.. ohh.. semuanya membuat Tante tambah melayang keawang-awang Fer.. ahh.. benar-benar pintar cara kamu merangsang wanita Fer.. uhh"Kata Tante Mei.

Bersambung . . . .




Pintu kedua - 2

0 comments

Temukan kami di Facebook
Mukaku kudekatkan dan bibirku menyetuh bulu halus bagian atas vagina, mengecup dan menjilati lembut.
"Ouuhh.. hhmmf..", rintihnya tertahan.
Bergeser perlahan ke bibir vagina, terasa wangi khas tercium lembut merangsang jaringan otak untuk memicu gelora birahi baru, tanpa terasa penis kembali menegang menekan terjepit diatara kasur dan perut bawah. Aku terbangun mebenarkan posisi penis, merebahkan tubuhku diantara selangkang kaki Tante Mila dan menundukkan kepala sejajar berhadapan dengan kemaluan Tante Mila, tanganku yang satu mengapit dari bawah pangkal pahanya yang terangkat melingkar punggungku dan tanganku yang lain meraba pinggul, sesekali mengelus perutnya.

Bibirku mengulum dengan lidah menari menjilati kelentit yang semakin basah oleh air liur yang mengalir tak tertahan. Kuturunkan jilatan lidah ke bibir vagina, menyingkap bibir dengan jari-jari yang kutarik dari tempatnya dan memasukan mulut ke dalam vagina, disertai gigitan kecil di sekelilingnya lidah menjilat turun naik dengan jemari yang membantu memegang bibir vagina. Aku mengangkat sedikit kepala dan jemari kubiarkan nakal menari memelintir kelentit, memijat lembut kelentit dengan dua jari dan memutar-memutar cepat.
"Aduuh.. enaakhh..", Tante Mila menggelinjang keras.
"Dri.. yang kerass.. Driih.."
"Jangan dilepass.. sshh.."
"Terusshh.. shh..", erang Tante Mila memohon dengan sangat.

Pinggulnya bergerak naik turun mengikuti irama. Aku semakin bersemangat, gerakan tubuh dan rintihannya memicu gairahku, kehangatan tubuh membawa suasana sungguh mendukung hati yang bergelora. Tangan kugeser sedikit lebih rendah, jari tengah mencari dan menemukan lubang yang menganga basah menyambut, masuk perlahan dan menarik kembali cepat berulang, jari itu kemudian meraba-raba dinding dalam atas vagina, tidak terlalu dalam kira-kira di tengah-atas, jariku menekan pelan dan memutar berulang G-spotnya, sementara kelentit yang mengacung kugigit-gigit kecil, kuisap lembut dengan lidah menari-nari di permukaannya.

"Aduuh.. enaakh.. eehhmmf.. ssh", Tante Mila mengerang, merintih.
Tangannya memegang keras kepalaku dan menjambak rambut sampai kusut berantakan, Pahanya melingkar mencengkeram leher sangat kuat, dan sesekali pantatnya dinaikkan tak terkendali.
"Hhmm.. eehhmmf.. oouuhh.." dia kembali merintih.
Sesaat cengkeramannya menguat, pantatnya dinaikan menekan mukaku. Jantungnya berdegup kencang memompa darah mengalir deras ke syaraf-syaraf otak, ke sekililing pinggul yang menghangat memicu puncak orgasme dan menggetar jaringan syaraf bagian dalam vagina, otot-otot vagina menegang sesaat, berkedut, disertai pekikan lirih merintih panjang.. dan terkulai lemas penuh kepuasan.

Kubaringkan tubuh disisinya, sedikit menindih dibagian bawahnya, Kepala agak terangkat ditopang tangan, menyamping sejajar, dan mataku menatap dalam-dalam wajah ayu menawan. Matanya tertutup lemah, nafas kami beradu hangat. Kubelai rambut hitam yang terurai jatuh menutupi mata, kusingkap perlahan dalam untaian rambut helai demi helai. Kaki kulingkarkan ke pahanya bergeser membelai lemah ujung paha. semua perasaan menumpuk menjadi satu, sungguh indah dan tentram, ingin sekali aku memilikinya.

Tubuh mungil itu bergeser agak menjauh, menyediakan sedikit ruang agar leluasa bergerak, tanpa menepis rangkulan pahaku yang terus membelai perlahan. Memiringkan bandannya sejajar berhadapan dengan posisi miring badanku, dan rangkulan kakiku bergeser kesisi luar pahanya. Penis yang tetap tegak dari tadi mengacung menyamping menyentuh lembut bulu halus vagina. Aku melirik kebawah sejenak dan kemudian melihat kearahnya dengan senyum dan pandangan mata penuh arti. Ia tersenyum menawan dan melumat bibirku dengan mata tertutup penuh gairah, Tangannya dinaikan kepinggangku dielus-eluskan lembut, matanya membuka malas menatap mataku tak berkedip. Bibirnya dilepas perlahan dan dikecup bibirku perlahan sekali, nafas hangat berhembus dalam deru nafsu birahi yang memburu menerpa hidung. Lidahnya mencari dan meraih lidahku, tipis, berputar pelan dan berpagutan beberapa saat.

Tante Mila menggeser belaian tangannya dan menggapai penis yang semakin mengeras karena gesekan lembut bulu vagina, menggenggam dan mengocok perlahan, membelai dan mengelus biji pelir, kemudian melepas ciuman dan menggeser badan kebawah disetai kecupan-kecupan kecil disekujur tubuh yang dilalui. Kepalanya di tundukan, lidahnya dijulurkan menggelitik bulu di sekitar penis, mengecup dan menelan biji pelir, menjilat dan menggigit kecil permukaan kulitnya. Darahku mengalir naik sampai ke ubun, nafas memacu berkejaran, mata seakan memejam disertai erangan pelan hampir tak terdengar.
"Eehhk..", sungguh nikmat luarbiasa.

Jilatannya bergerak naik sampai kebatang penis, menggigit-gigit dan mengecup leher penis. Tangannya memegang menahan pangkal penis, lidahnya berbutar bergetar disekitar leher penis dan menjilat kepala penis berputar-putar. Tangan yang satu meraih biji pelir, meremas dan memainkannya sementara mulutnya sudah mengulum kepala penis dengan lidah menari-nari mengurut di dalamnya, mengisap, menggesek naik-turun dan menelan sampai ke tenggorokan.
"Aakhhk..", dahiku mengerut menahan nikmat, butiran keringat mengalir membasahi pipi dan tangan menegang gemetar berusaha merangkul kepalanya yang bergerak naik turun.

Tante Mila menghentikan aksinya sejenak, menengadahkan kepala melirikku dengan mimik muka yang lucu, menopangkan kedua tangan di sisi kasur dan bergerak naik menyeret badan tanpa berusaha mengangkat badannya yang menindih tubuhku. Kepala penis terasa geli bergesekan dengan tubuh mungil yang bergerak naik. Tangannya mulai merangkul leher dan kembali melumat bibirku yang mulai mengering dengan penuh gairah. Kaki kumasukan menyela sisi dalam selangkangannya mengangkat sedikit badan serta tangan merangkul punggung, dengan semangat kubalikan seluruh badan kami sehingga posisi berbalik dan badanku menindih tubuh mungilnya. kakinya dibuka melebar dengan lutut dinaikkan, vagina diangkat menengadah menyambut penis yang menindih.

Dengan bertumpu lutut kuangkat pantat dan tangannya meraih penis membantu menuntun menuju bibir vagina yang merekah basah. Mengesekan perlahan ke bibir vagina melicinkan kepala penis yang membengkak, menempelkannya pada lubang vagina, membenamkan perlahan dibantu pantatku yang menekan ke dalam, sediki demi sedikit dan amblas terbenam semua, menekan pantat dan mengesek permukaan kemaluan sehingga bulu kami beradu menggelitik nikmat.

Wajah Tante Mila merona, bibirnya digigit melipat disertai erangan tertahan menahan gelora kenikmatan yang menyerang sekitar kemaluannya, sementara pantatku terus bergerak menekan bagian atas vagina membuat penis bergeser menyentuh bagian bawah kelentit yang memerah. Pantat kuangkat perlahan seiring penis tertarik menggelitik dinding vagina yang basah oleh cairan dinding vagina, menekan dan menarik kembali, bergerak naik turun semakin cepat. Pantat Tante Mila membalas gerakanku, menggeser kekiri kekanan dan memutar. Syaraf-syaraf di sekeliling kepala penis merespon cepat, memacu darah dan membangkitkan kehangatan disekitar Selangkang, sungguh nikmat. Keringat mulai membasahi sekujur tubuh, tangan Tante Mila kuraih, kubuka terlentang, telapak tangannya bersetuhan dengan telapak tanganku, jari jamari mengapit satu sama lain, saling meremas dan membelai lembut.

Hentakan pantat menekan perlahan dan menarik dengan cepat menimbulkan sensasi kenikmatan tersendiri membuat Tante Mila merintih lirih dengan nafas yang ditahan.
"Oouuhh.. Andriih.. hhmmff".
Kedua kakinya melebar dan pantatnya diangkat sehingga bibir vagina menengadah menganga lebar membuat penisku leluasa bergerak keluar-masuk. Gairahku semakin menggebu, gesekan tubuh menjadi-jadi, badan kutekuk dan kepala merendah menggapai payudara dengan puting merah menantang, kutelan, menjilat liar, mengisap dan menggigit gemas.
"Hmmff.. hmmf.. hngkhh!".
Erangannya tertahan, terdengar mendesis memacu gelora birahi yang memuncak. Kenikmatan merambah kesekujur tubuhnya memberikan reaksi yang menjadi, memacu tubuh bergerak liar dan tangannya secara otomatis meraih pantaku, meremas, menekan keras menambah tekanan penis masuk kedalam vagina yang haus akan kenikmatan yang sudah lama ia dambakan.

Gelora api asmara dua jiwa berpadu menyatu dalam rangkulan kenikmatan, hentakan liar dan desahan nafas yang memburu bersahutan.
"Aahh.. aahh..".
"Oohh.. sshh".
Kami saling memandang dalam api asmara, bibirnya semakin membasah, aku tak tahan melihat bibir yang indah menggairahkan itu, kulumat dan lidah menjelajah liar keseluruh ruang mulut, lidahnya menyambut memagut memelintir diselingi lenguhan dari tenggorokan yang tertahan.
"Ngngghh.. ngngghh..".

Kenikmatan birahi semakin membara membuat basah sekujur tubuh, aliran darah memacu kencang menelusuri jaringan tubuh sampai keujungnya, Tante Mila melepas ciuman, berdesah keras, mengerang, tangannya dirangkulkan kepunggungku dengan jari-jari tertancap dalam, kakinya terangkat dan menjepit pinggulku keras, desahannya menjadi.. Aku mempercepat gerakan, meningkatkan hentakan penis menggenjot vagina berulang-ulang dan badan mengangkat tertopang siku tangan yang tertindih punggungnya. Raut wajahku menegang disetai deru nafas memburu.
"Ngngghh.. aahh.. auuhh..", sekujur tubuh Tante Mila menggelinjang hebat kemudian menegang, menjepit keras, dan vaginanya berkedut-kedut disertai erangan lirih menahan kenikmatan puncak orgasme yang luar biasa indahnya.
Jantungku terhenti sesaat, kedutan vaginanya mengurut penis yang berpacu cepat menambah nikmat berlipat ganda, meledakkan mani yang tertampung membengkak di biji pelir, mengalir cepat kebatang penis dan dimuntahkan diujung kepala penis berulang-ulang, menyemprot memenuhi vagina Tante Mila yang kakinya masih menjepit keras selang beberapa saat..

Kami terkulai puas dalam pelukan kebahagiaan. Matanya terpejam, hembusan nafasnya lemah mereda dengan kepala menindih bahuku sebagai alasnya. tangannya merangkul pinggang dengan kaki menyelip di dalam lingkaran kakiku, menyatu. Tanganku membelai rambutnya dan mengelus lembut pipi sesekali. Mataku memperhatikan seluruh sudut wajahnya yang cantik rupawan bersimbah peluh. Mengecup bibirnya perlahan dan memeluknya erat seakan tak ingin ku lepas lagi..

Tamat




Pintu kedua - 1

0 comments

Temukan kami di Facebook
Aku tersandar di sisi tempat tidur dan baru saja pulang dari kuliah. ada rasa lelah dan kantuk menyelimutiku, kulihat jam dinding sudah menunjukkan angka 6 sore. Tak ada yang ingin kulakukan selain melihat sekeliling ruang kamar kostku yang mungil ini.

Tak banyak yang ada di kamar ini selain tempat tidur rendah, lemari kecil dan meja yang tersusun berseberangan, diterangi lampu bohlam 60 watt menyinari ruang yang mungil menjadikan suasana yang terang benderang, pintu langsung menuju arah keluar dan jendela sejajar di sisinya tertutup tirai tebal, disisi yang berseberangan ada pintu lagi yang menuju rumah utama, aku heran mengapa harus ada pintu itu atau mungkin dulunya kamar ini tidak dibuat untuk kamar kost? Mungkin saja..

Mataku begitu berat dan hampir saja aku tertidur ketika tiba-tiba pintu yang dari sisi dalam terbuka, Aku langsung terhentak kaget karena setahuku pintu itu selalu terkunci mati. Kulihat seorang wanita mungil (kira-kira berumur 30-an) berdaster pendek coklat kemerahan berdiri dimuka pintu dan tersenyum kearahku, tangannya memegang sepiring gorengan dan menyodorkannya kepadaku.
"Ini Tante buatkan gorengan untukmu" suara merdu Tante kostku memecah keheningan.
Aku membalas senyumnya, bangun dan meraih piring dari tangannya yang putih mulus itu.
"Trimakasih ya, Tan".
Tante Mila (namanya) tersenyum dan kemudian duduk di sisi ranjang bersebelahan dari posisi dudukku, matanya yang indah melihat sekeliling kamarku. Aku heran kenapa dia tidak langsung pergi dan malah duduk di situ, sepertinya ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. Aku tidak terlalu menghiraukan dan langsung saja melahap gorengan yang sepertinya baru dibuat soalnya masih panas tanpa malu-malu. Tante Mila tersenyum kecil begitu melihatku yang kepanasan karena terburu-buru memakan gorengannya.

Wah, tidak banyak kata-kata yang terlontar saat itu hanya keheningan, gerakan tubuh dan mimik muka saja yang sepertinya menjadi alat komunikasi. Aku baru saja menghabiskan satu ketika tangan Tante Mila, entah ada angin dari mana, tiba-tiba memegang pundakku. Aku mematung tegang, dadaku berdegup kencang hampir saja piring yang kupegang terlepas, kuberanikan untuk menoleh kearahnya. Ahh cantiknya dia, rambut hitamnya terurai lurus sampai kebahu dan wajahnya yang oval dihiasi mata indah yang tersusun sejajar dengan bulu mata yang lentik, alis buatan tergambar sempurna memperindah paduan mata, hidung yang mungil sedikit memancung melengkapi kecantikannya dan bibir yang merah merekah basah tersungging senyum, ohh sungguh indah..

"Bagaimana tadi kuliahnya Dri (Andri adalah namaku)", sapa Tante Mila memecah lamunanku.
"Ooh baik Tante", balasku singkat.
Rasa gugup yang bertambah bertumpuk runyam dan Tante Mila sepertinya menggeser duduknya lebih rapat. tangannya mengelus lembut pundakku dan wajahnya terlihat berbinar dihiasi senyum yang tipis sendu, mukaku terasa panas memerah, nafas tak beraturan dan degup jantungku memacu cepat.

Aku terdiam, perlahan tangannya diturunkan, memegang tanganku dan meremasnya lembut, dadaku bergetar dengan kepala tertunduk ditambah perasaan dan pikiran yang berkecemuk kacau bercampur aduk menjadi satu. Wangi lembut terhembus halus menerpa, ketika wajah mungil itu didekatkan ke mukaku dan dikecupnya pipiku tipis, lembut sekali, nafas hangat berhembus halus ke pipi seiring dengan lepasnya kecupan.

Kuberanikan untuk mengangkat wajahku dan menatap kearahnya, ia kembali tersenyum hangat dan menggerakkan perlahan wajahnya kearahku, mendekat, semakin dekat hingga terasa nafasnya berhebus hangat, matanya menatap lembut dan bibirnya direkahkan, merah dan basah, jantung seperti terhenti dan nafasku memburu membuat seluruh perasaanku menjadi luluh lunglai, tangannya dilingkarkan dipundakku dan kamipun bertatapan sangat dekat. Matanya menatap sayu tak berkedip dan bibir yang ranum itu bergerak mendekat menyentuh lembut bibirku, terasa hangat dan basah, indah sekali. Perlahan lidahnya menjelajah bibir dan mulutku, mengulum dan menghisap, mencari lidahku yang mulai menyambut bermain, melilit, dan berpagutan. Kurasakan kehangatan dari ranum bibirnya yang membasah.

DIa memiringkan kepala agar lebih leluasa memainkan mulutnya dan sepertinya ingin kulahap bibir yang indah ini. Mata yang lentik itu terpejam disertai tangan yang membelai kepalaku, menggeserkan perlahan ke punggung dan ke pinggul, mengelus dan meramas kecil. Tante Mila meggerakan badannya dan perlahan tangannya menggeser ke arah kemaluanku. Antara kaget, indah dan nikmat bercampur menjadi satu jadi kubiarkan saja. Tante Mila semakin berani, dia mulai membuka kancing celana dan memasukan tangannya ke celana-dalam putih yang ku pakai.

Tangan yang halus itu mulai meremas lembut penis yang telah membesar dan mengeras, terasa hangat tangannya mengelus pelan, menggeser dan meremas gemas biji pelir yang terselip diantara selangkang kakiku, nafasku semakin memburu tajam, menghembus bagian pipinya yang memerah. Tangan yang satunya meraih tanganku yang hanya merangkul di lehernya. Aku berlaku pasif saat itu karena memang sebelum ini aku belum pernah melakukannya dengan siapapun. Tangan itu membimbing perlahan ke payudaranya, ada rasa empuk dari balik daster yang tipis dan tak berbeha itu. Ku beranikan tanganku meremas perlahan payudara Tante mila yang tidak terlalu besar tapi padat berisi, remasan perlahan tanganku berpindah dan digeserkan perlahan antara kain daster dengan ujung putingnya yang membuat dia menggelinjang kegelian, desahannya mulai terdengar sesekali.

Sejenak tangannya dilepaskan, dipelukan ke leherku dan badannya dicondongkan perlahan kebadanku membuat kami terdorong rebah ke tempat tidur tanpa melepaskan ciuman. Badannya sedikit agak menindihku dengan posisi memiring dan kakinya yang mulus halus mulai dilingkarkan diatas kedua pahaku, digesek-gesekkan perlahan, tangannya dimasukan ke dalam baju-kaos abu-abu yang kupakai dan mulai mengelus perut beberapa saat, digeserkan ke atas dan meraih puting dadaku, diremas, memainkannya dan memutar-mutar puting dengan sentuhan lembut jarinya.
"Aakh..", aku mengerang kegelian dan mendesah tanpa sadar, "Oohh..".

Muka Tante Mila semakin berseri ketika merasakan nafas birahi yang memburu pada diriku, dia melepas ciumannya dan mengangkat sedikit kepalanya dengan muka yang sedikit memerah penuh gairah dihiasi senyum tipis dari bibir yang indah merekah menatap sendu mataku, tangannya ditarik keluar dari dalam baju-kaosku dan memegang sisi bawah baju-kaos itu, menariknya keatas dan tanpa isyarat lagi tangan kunaikkan ke atas, dengan cepat baju-kaos itu terlepas dari badan. Tante Mila meraihnya dan melemparkan kelantai, matanya bergerak tertuju ke badanku, terlihat nanar menatap lekuk-lekuk bidang tubuhku, menggeserkan kepalanya ke dada dan bibirnya yang basah mengecup lembut puting yang memerah karena ulahnya tadi, mengulumnya dan lidahnya dimainkan memutar pinggiran puting, gigi depan yang putih rata megigit-gigit perlahan dan menghisapnya.
Nafasku tertahan lemah disertai badan yang menekuk menahan geli, "Aakhh..".
Kedua tangan kulingkarkan kekepalanya dan kaki yang satu melepas dari lingkaran kakinya lalu menindih samping atas paha, menjepit kuat menahan kenikmatan yang menggelora.. akhh dia hebat sekali.

Tangan Tante Mila dengan lincah kembali menjarah celana-dalamku dan meraih sesuatu yang paling didambakannya selama ini, sesuatu yang sedang membesar, memanjang, mengeras dan siap untuk memuaskannya. Ada keberanian yang muncul mendorong diriku untuk lebih aktif, aku mulai menggeser pelukanku dan menurunkan sedikit kepundaknya, meraih sisi atas dasternya, menariknya sedikit demi sedikit bagian belakang daster, menumpukan disekeliling atas-punggung dan mulai meraba merambah dari punggung ke pinggang yang licin mulus dengan elusan perlahan, tangan kunaikan melewati tangannya yang sedang menggerayangi celana-dalamku, menyela diantaranya dan kusentuh perlahan payudara yang mulai mengeras. Kuremas penuh perasaan, dengan puting disela jari telunjuk dan tengah, sesekali kedua jari itu kuapitkan perlahan, ditarik sedikit kearah luar dan ketiga jari lainnya memijit-mijit buah dada dengan lembut.
"Hhmm.. aahh.. aeehhmm..".
Tante Mila menarik sedikit bibirnya dan mengaduh mendesah lirih, sambil sesekali lidahnya dijulurkan berputar-putar keujung puting dadaku yang membasah tipis karena jilatannya. Pijatan tanganku semakin menjadi.

Kemudian ku pegang puting yang menegang panjang dengan kedua jariku dan memutar memelintir kearah berlawanan berulang-ulang.
"Aahh.. aakhh.. eehhmm..", desah Tante Mila kembali terdengar dengan mata sedikit tertutup penuh kenikmatan, terasa nafasnya mulai memburu teratur berhembus hangat ke dada.
Pinggulnya digeser menjauh, kakinya dilepaskan dari jepitan pahaku dan di naikan ke atas celana jeansku yang kancingnya sudah terbuka dari tadi, jari-jari kakinya dengan lincah menjepit pangkal atas celana dan menurunkan sampai ke lutut, aku membantu dengan menggerak-gerakkan kedua kakiku secara berlawanan, celana jeans itu dengan cepat merosot dan terlepas terhempas ke lantai.

Tangan yang mungil itu mengelus lembut bagian luar celana dalam putih itu dan tersembul dari dalamnya penis yang mengeras, berdenyut merontak seakan hendak meledak. Nafasku memburu mengaduh ketika tangannya di masukan ke dalam meraih penis, menggenggamnya dan memijit perlahan. Dinaik turunkan tangannya cepat-berulang membuat permukaan kulit telapak tangannya bergesekan dengan kepala penis, aku melenguh kaget, terasa ngilu dan geli bercampur, sambil bereaksi cepat menahan gerakannya dan membiarkan tangannya mengelus lembut bagian kepala penis. Jari-jemarinya lincah mengapit leher penis dan memijit cepat seperti bergetar.

"Akhh.. aduuh.. enaakhh..".
Penisku berdenyut keras seiring pijatan lembut jari-jemarinya. Aku melenguh mengaduh, mendesah keenakan tanpa memperdulikan apa-apa lagi, badanku kembali menekuk dan kedua paha merapat, menyilang pada bagian bawah kaki, tangan kubiarkan lepas tanpa berusaha meraih, tergeletak di atas pinggulnya lemah, sesekali kuusap lembut pinggul indah itu tetapi seluruh konsentrasi tertuju pada batang penis yang berdenyut penuh kenikmatan lantaran pijatan lembut jemari mungilnya.

Menghentikan gerakannya jemari itu menarik turun celana-dalamku sampai ke pangkal paha. Tersebul keluar, berdiri, sedikit memiring ke arah perut, penis yang cukup panjang dan besar dan kepala penis yang merekah padat licin mengkilap bak jamur yang hendak mekar. Tangannya mengelus terbalik sehingga ujung kukunya menyentuh permukaan batang penis, terasa geli dan nikmat seperti digaruk lembut, mengelus perlahan dari leher penis hingga pangkal penis dan memutar-mutar biji pelir, meremas-remas, kembali mengeluskan kuku jemarinya bergerak perlahan ke arah kepala penis.

Aku menggelinjang untuk kesekian kalinya penuh kenikmatan. Sepertinya Tante Mila ahli sekali dalam hal yang satu ini. Jemari itu kemudian menggenggam dan meremas, jemari teratasnya mengapit leher penis menjepit lembut dan digetarkan, tangannya dinaik-turunkan pelan-berulang, terasa penisku berdenyut semakin hebat, jantungku berpacu cepat memompa keras ke kepala, muka memerah, otot-otot didahi meregang merangsang syaraf sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa indahnya.

Aku sudah tidak tahan lagi.
"Aeekhh.. aaehh.. eenaakh.. ekhhmm".
Tanganku merangkul kuat pinggulnya dengan jari-jari tertancap kencang, semetara sentuhan tangannya terus berakselerasi dengan penuh perasaan, seluruh badanku menegang, aliran deras cairan mani dari biji pelir terasa mengalir cepat ke batang penis, hangat memanas sekeliling kemaluanku dan rasa enak yang luar biasa seiring mengalirnya cairan mani memuncrat keluar dari ujung kepala penis.
"Aakhkhh.. cret.. creet.. aakkhh..".
Penisku berkedut berdenyut-denyut meregang keras sekali kemudian melemah dan mani mulai meleleh malas seiring penis melemah, agak mengecil dan kemudian menciut. Cengkeraman tangan Tante Mila dilepaskan dan menggosok-gosokan cairan mani yang muncrat ke perutku, terasa lengket dan berlendir.

Aku terpejam sebentar seakan tak percaya dengan apa yang telah terjadi, menarik nafas dalam-dalam dan baru kubukakan mataku, menoleh kearah Tante Mila yang kusayangi, kutatap matanya yang bersinar terang memantul dari cahaya bohlam, indah dan sendu, ia tersenyum, mengecup bibirku lembut dan menekan pundakku kebawah seolah-olah memberi isyarat. Ku kecup payudara yang sedari tadi mengeras, mengulum, menjilat dan mengisap puting yang memerah dengan lingkaran puting berwarna merah muda. Tanganku meraih payudara yang satunya memijit dan meremas beriring dengan emutan mulutku, jemari kokoh terpancar dari urat-urat yang menyembul disela-sela permukaan tanganku yang mulai menjepit lembut putingnya dan memilin memelintir perlahan disertai tarikan-tarikan kecil, sementara mulutku melahap buah dadanya yang ranum itu dengan semangat, menjulurkan lidah dan menjilat putingnya memutar berulang kemudian menurunkan jilatan kearah perut. Lidah digerak-gerakan menggelitik dan menjilat membasahi perut, berputar mengitari pusar yang bulat indah, menggigit kecil dan mengisap permukaan kulit, tanganku tetap meremas lembut.

"Oouhh.. Andriihh.. oouukhh..".
Perutnya menggelinjang perlahan, nafasnya terdengar merintih lirih, tangannya yang satu memegang dan mengelus kepalaku, tangan yang lain dibiarkan tergeletak lepas di sisi badan. Pangkal pahanya dibiarkan terbuka, seolah mengundang tanganku untuk merambah meraba. Memijit perlahan, mengelus dari lutut sampai kepangkal paha. Menggeser pelan ke bagian bawah kemaluannya terasa ada hawa hangat dan lembab dari celana dalam yang mulai membasah, kuelus berulang dan sedikit menggaruk memompa gairah birahinya yang mulai memuncak, disertai desahan nafas yang merintih membangkitkan gairah dan nafsu yang mendengarnya.

Jemariku mulai nakal, memainkan jari, menari-nari dan menari-narik celana dalam kuning muda ber-renda putih disisi-sisinya. Menarik bagian bawahnya dan melepaskan seperti karet yang lentur menjepret ringan ke bagian dalam.
Ia berteriak manja, "Akh.. Andri.. nakall..", ada getaran terasa diantara suara merdu itu.
Jemari nakal itu terus mengelus halus, kemudian menarik perlahan bagian atas celana dalam dan menurunkannya sampai kelutut, Pahanya diangkat dan kakinya digeser merapat kepantat untuk memudahkanku melepasnya. Kemudian kakinya diluruskan dan dibiarkan terbuka melebar, kepala kuangkat dan mata tertuju keseluruh badan menelusuri lekuk tubuh yang indah berisi, sinar lampu ruang yang terang menerangi seluruh badan yang putih licin, Wajah ayu Tante Mila terlihat dengan jelas, matanya memicing penuh gairah dan bibirnya basah merekah mendesah. Kuarahkan pandangan ke bawah, terlihat bulu yang halus tertata rapih dan terurus. Bibir vagina merah gelap merekah seolah tersenyum kepadaku, membasah, dan kelentitnya berwarna lebih terang mengacung agak keluar seakan menyambut, menggambarkan gelora birahi pemiliknya.

Bersambung . . . . .




Nikmatnya tubuh tetanggaku - 2

0 comments

Temukan kami di Facebook
"Ndik boleh Mbak jadi pengganti Maria," bisik Mbak Ana mesra.
Aku bingung, perasaanku berkecamuk antara senang dan takut, "Andik takut Mbak," jawabku lirih.
"Mbak nggak akan meninggalkanmu Ndik, percayalah," dengan kecupan yang lembut.
"Bener Mbak, Mbak Ana berani sumpah tidak akan meninggalkan Andik," bisikku spontan karena gembira.
Mbak Ana mengangguk dengan senyumnya yang manis, kamipun berpelukan erat seakan-akan tidak akan terpisahkan lagi.

Setelah itu kami nonton Film yang banyak adegan romantis yang secara tidak sadar membuat kami berpelukan, yang membuat kemaluanku berdiri. Entah disengaja atau tidak, kemudian Mbak Ana mulai merebahkan kepalanya di pangkuanku dan aku berusaha menahan nafsuku sekuat mungkin tapi mungkin Mbak Ana mulai menyadarinya.
"Ndik kok kamu gerak terus sih capek ya."
Dengan tersipu malu aku menjawab, "Eh.. nggak Mbak, malah Andik suka kok."
Mbak Ana tersenyum, "Tapi kok gerak-gerak terus Ndik.."
Aku mulai kebingungan, "Eh.. anu kok."
Mbak Anak menyahut, "Apaan Ndik, bikin penasaran aja."

Kemudian Mbak Ana bangun dari pangkuanku dan mulai memeriksa apa yang bergerak di bawah kepalanya dan iapun tersenyum manis sambil tertawa, "Hii.. hii.. ini to tadi yang bergerak," tanpa canggung lagi Mbak Ana membelai benda yang sejak tadi bergerak-gerak di dalam celanaku dan aku semakin tidak bisa menahan nafsu yang bergelora di dalam dadaku. Kuberanikan diri, tanganku membelai wajahnya yang cantik dan Mbak Ana seperti menikmati belaianku hingga matanya terpejam dan bibirnya yang sensual itu terbuka sedikit seperti menanti kecupan dari seorang laki-laki. Tanpa pikir panjang, kusentuhkan bibirku ke bibir Mbak Ana dan aku mulai melumat habis bibir yang merah merekah dan kami saling melumat bibir. Aku begitu terkejut ketika Mbak Ana memainkan lidahnya di dalam mulutku dan sepertinya lidahku ditarik ke dalam mulutnya, kemudian tangan kiri Mbak Ana memegang tanganku dan dibimbingnya ke belahan dadanya yang membusung dan tangan yang lain sedari tadi asyik memainkan kemaluanku. Akupun mulai berani meremas-remas buah dadanya dan Mbak Anapun menggelinjang kenikmatan, "Te..rus.. Ndik aahh.." Kemudian dengan tangan yang satunya lagi kuelus dengan lembut paha putih mulus Mbak Ana, semakin lama semakin ke atas.

Tiba-tiba aku dikejutkan tangan Mbak Ana yang semula ada di luar celana dan sekarang sudah mulai berani membuka reitsletingku dan menerobos masuk meremas-remas buah zakarku sambil berkata, "Sayang.. punyamu besar juga ya.." Akupun mulai berani mempermainkan kemaluan Mbak Ana yang masih terbungkus CD dan iapun semakin menggeliat seperti cacing kepanasan, "Aaahh lepas aja Ndik.." Sesaat kemudian CD yang melindungi bagian vital Mbak Ana sudah terhempas di lantai dan akupun mulai mempermainkan daging yang ada di dalam liang senggama Mbak Ana. "Aaahh enak, enak Ndik masukkan aja Ndik," jariku mulai masuk lebih dalam lagi, ternyata Mbak Ana sudah tidak perawan lagi, miliknya sudah agak longgar dan jariku begitu mudahnya masuk ke liang kewanitaannya.

Satu demi satu pakaian kami terhempas ke lantai sampai tubuh kami berdua polos tanpa selembar benangpun. Mbak Ana langsung memegang batang kemaluanku yang sudah membesar dan tegak berdiri, kemudian langsung diremas-remas dan diciumnya. Aku hanya bisa memejamkan mata merasakan kenikmatan yang diberikan Mbak Ana saat bibir yang lembut itu mengecup batang kemaluanku hingga basah oleh air liurnya yang hangat. Lalu lidah yang hangat itu menjilati hingga menimbulkan kenikmatan yang tak dapat digambarkan. Tidak puas menjilati batang kemaluanku, Mbak Ana memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya yang sensual itu hingga amblas separuhnya, secara refleks kugoyangkan pantatku maju mundur dengan pelan sambil memegangi rambut Mbak Ana yang hitam dan lembut yang menambah gairah seksualku dan aroma harum yang membuatku semakin terangsang.

Setelah puas, Mbak Ana menghempaskan pantatnya di sofa. Akupun paham dan dengan posisi kaki Mbak Ana mengangkang menginjak kedua pundakku, aku langsung mencium paha yang jenjang dari bawah sampai ke atas. Mbak Ana menggelinjang keenakan, "Aaahh.." desahan kenikmatan yang membuatku tambah bernafsu dan langsung bibir kemaluannya yang merah merekah itu kujilati sampai basah oleh air liur dan cairan yang keluar dari liang kenikmatan Mbak Ana.

Mataku terbelalak saat melihat di sekitar bibir kenikmatan itu ditumbuhi bebuluan yang halus dan lebat seperti rawa yang di tengahnya ada pulau merah merekah. Tanganku mulai beraksi menyibak kelebatan bebuluan yang tumbuh di pinggir liang kewanitaan, begitu indah dan merangsangnya liang sorga Mbak Ana ketika klitoris yang memerah menjulur keluar dan langsung kujilati hingga Mbak Ana meronta-ronta kenikmatan dan tangan Mbak Ana memegangi kepalaku serta mendorong lebih ke dalam kedua pangkal pahanya sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya hingga aku kesulitan bernafas. Tanganku yang satunya meremas-remas dan memelintir puting susu yang sudah mengeras hingga menambah kenikmatan bagi Mbak Ana.

"Ndik.. udah.. aahh, masukin.. ajaa.. oohh.." aku langsung berdiri dan siap-siap memasukkan batang kemaluanku ke lubang senggama Mbak Ana. Begitu menantang posisi Mbak Ana dengan kedua kaki mengangkang hingga kemaluannya yang merah mengkilat dan klitorisnya yang menonjol membuatku lebih bernafsu untuk meniduri tubuh Mbak Ana yang seksi dan mulus itu. Perlahan namun pasti, batang kemaluanku yang basah dan tegak kumasukkan ke dalam liang kewanitaan yang telah menganga menantikan kenikmatan sorgawi. Setelah batang kemaluanku terbenam kami secara bersamaan melenguh kenikmatan, "Aaahh.." dan mulai kugoyangkan perlahan pinggulku maju mundur, bagaikan terbang ke angkasa kenikmatan tiada tara kami reguk bersama. Bibir kamipun mulai saling memagut dan lidah Mbak Ana mulai bermain-main di dinding rongga mulutku, begitu nikmat dan hanggat. Liang senggama Mbak Ana yang sudah penuh dengan lendir kenikmatan itupun mulai menimbulkan suara yang dapat meningkatkan gairah seks kami berdua. Tubuh kamipun bermandikan keringat.

Tiba-tiba terdengar teriakan memanggil Mbak Ana. "Aaan.. Anaa.." Kami begitu terkejut, bingung dan grogi dengan bergegas kami memungut pakaian yang berserakan di lantai dan memakainya. Tanpa sadar kami salah ambil celana dalam, aku memakai CD Mbak Ana dan Mbak Ana juga memakai CD-ku. Kemudian aku keluar dari pintu belakang dan Mbak Ana membukakan pintu untuk bapak dan ibunya.

Keesokan harinya aku baru berniat mengembalikan CD milik Mbak Ana dan mengambil CD-ku yang kemarin tertukar. Aku berjalan melewati lorong sempit diantara rumahku dan rumah Mbak Ana. Kulihat Mbak Ana sedang mencuci pakaian di dekat sumur belakang rumahku. Setelah keadaan aman, aku mendekati Mbak Ana yang asyik mencuci pakaian termasuk CD-ku yang kemarin tertukar. Sambil menghisap rokok sampurna A Mild, "Mbak nih CD-nya yang kemarin tertukar," sambil duduk di bibir sumur, sekilas kami bertatap muka dan meledaklah tawa kami bersamaan, "Haa.. Haa.." mengingat kejadian kemarin yang sangat menggelikan. Setelah tawa kami mereda, aku membuka percakapan, "Mbak kapan main lagi, kan kemarin belum puas." Dengan senyum yang manis, "Kamu mau lagi Ndik, sekarang juga boleh.." Aku jadi terangsang sewaktu posisi Mbak Ana membungkuk dengan mengenakan daster tidur dan dijinjing hingga di atas lutut. "Emang ibu Mbak Ana sudah berangkat ke sawah, Mbak," sambil menempelkan kemaluanku yang mulai mengeras ke pantat Mbak Ana. "Eh..eh jangan disini Ndik, entar diliat orang kan bisa runyam."

Kemudian Mbak Ana mengajakku masuk ke kamar mandi, sesaat kemudian di dalam kamar mandi kami sudah berpelukan dan seperti kesetanan aku langsung menciumi dan menjilati leher Mbak Ana yang putih bersih. "Ohh nggak sabaran baget sih Ndik," sambil melenguh Mbak Ana berbisik lirih. "Kan kemaren terganggu Mbak." Setelah puas mencium leher aku mulai mencium bibir Mbak Ana yang merah merekah, tanganku pun mulai meremas-remas kedua bukit yang mulai merekah dan tangan yang satunya lagi beroperasi di bagian kemaluan Mbak Ana yang masih terbungkus CD yang halus dan tangan Mbak Ana pun mulai menyusup di dalam celanaku, memainkan batang kemaluanku yang mulai tegak dan berdenyut.

Sesaat kemudian pakaian kami mulai tercecer di lantai kamar mandi hingga tubuh kami polos tanpa sehelai benangpun. Tubuh Mbak Ana yang begitu seksi dan menggairahkan itu mulai kujilati mulai dari bibir turun ke leher dan berhenti tepat di tengah kedua buah dada yang ranum dengan ukuran yang cukup besar. Kemudian sambil meremas-remas belahan dada yang kiri puting susu yang kecoklatan itu kujilati hingga tegak dan keras. "Uhh.. ahh.. terus Ndik," Mbak Ana melenguh kenikmatan ketika puting susu yang mengeras itu kugigit dan kupelintir menggunakan gigi depanku. "Aaahh.. enak Mbak.." Mbak Anapun mengocok dan meremas batang kemaluanku hingga berdenyut hebat.

Kemudian aku duduk di bibir bak mandi dan Mbak Ana mulai memainkan batang kemaluanku dengan cara mengocoknya. "Ahh.. uhh.." tangan yang halus itu kemudian meremas buah zakarku dengan lembut dan bibirnya mulai menjilati batang kemaluanku. Terasa nikmat dan hangat ketika lidah Mbak Ana menyentuh lubang kencing dan memasukkan air liurnya ke dalamnya. Setelah puas menjilati, bibir Mbak Ana mulai mengulum hingga batang kemaluanku masuk ke dalam mulutnya. "Aahh.. uuhhff.." lidah Mbak Ana menjilat kemaluanku di dalam mulutnya, kedua tanganku memegangi rambut yang lembut dan harum yang menambah gairah sekaligus menekan kepala Mbak Ana supaya lebih dalam lagi hingga batang kemaluanku masuk ke mulutnya.

"Gantian dong Ndik," Mbak Ana mengiba memintaku bergantian memberi kenikmatan kepadanya. Kemudian aku memainkan kedua puting susu Mbak Ana, mulutku mulai bergerak ke bawah menuju selakangan yang banyak ditumbuhi bebuluan yang halus dan lebat. Mbak Anapun tanpa dikomando langsung mengangkangkan kedua kakinya hingga kemaluannya yang begitu indah merangsang setiap birahi laki-laki itu kelihatan dan klitorisnya yang kemerahan menonjol keluar, akupun menjilati klitoris yang kemerahan itu hingga berlendir dan membasahi bibir kemaluan Mbak Ana. "Aaahh.. aahh.. terus.. enak.." Mbak Ana menggelinjang hebat dengan memegangi kepalaku, kedua tangannya menekan lebih ke dalam lagi.

Setelah liang kenikmatan bak Ana mulai basah dengan cairan yang mengkilat dan bercampur dengan air liur, kemudian aku memasukkan kedua jariku ke dalam liang kewanitaan Mbak Ana dan kumainkan maju mundur hingga Mbak Ana menggelinjang hebat dan tidak tahan lagi. "Ndik.. oohh.. uff cepetan masukin aja.." Dengan posisi berdiri dan sebelah kaki dinaikkan ke atas bibir bak mandi, Mbak Ana mulai menyuruh memasukkan batang kemaluanku ke liang senggamanya yang sejak tadi menunggu hujaman kemaluanku. Kemudian aku memegang batang kemaluanku dan mulai memasukkan ke liang kewanitaan Mbak Ana. "Aahh.." kami bersamaan merintih kenikmatan, perlahan kuayunkan pinggulku maju mundur dan Mbak Ana mengikuti dengan memutar-mutar pinggulnya yang mengakibatkan batang kemaluanku seperti disedot dan diremas daging hidup hingga menimbulkan kenikmatan yang tiada tara. Kemudian kuciumi bibir Mbak Ana dan kuremas buah dadanya yang montok hingga Mbak Ana memejamkan matanya menahan kenikmatan. "Ahh.. uhh.." Mbak Ana melenguh dan berbisik, "Lebih kenceng lagi Ndik." Kemudian aku lebih mempercepat gerakan pantatku hingga menimbulkan suara becek, "Jreb.. crak.. jreb.. jreb.." suara yang menambah gairah dalam bermain seks hingga kami bermandikan keringat.

Setelah bosan dengan posisi seperti itu, Mbak Ana mengubah posisi dengan membungkuk, tangannya berpegangan pada bibir bak mandi kemudian aku memasukkan batang kemaluanku dari belakang. Terasa nikmat sekali ketika batang kemaluanku masuk ke liang senggama Mbak Ana. Terasa lebih sempit dan terganjal pinggul yang empuk. Kemudian tanganku memegangi leher Mbak Ana dan tangan yang lain meremas puting susunya yang bergelantungan. "Uuuhh.. ahh enak Ndik," dan aku semakin mempercepat gerakan pantatku. "Uuuhh.. uuhh Ndik, Mbak mau keluar," akupun merasakan dinding kemaluan Mbak Ana mulai menegang dan berdenyut begitu juga batang kemaluanku mulai berdenyut hebat. "Uuuhhk.. aahh.. aku juga Mbak.." Kemudian tubuh Mbak Ana mengejang dan mempercepat goyangan pinggulnya lalu sesaat kemudian dia mencapai orgasme, "Aaahh.. uuhh.." Terasa cairan hangat membasahi batang kemaluanku dan suara decakan itupun semakin membecek "Jreeb.. crak.. jreb.." Akupun tak tahan lagi merasakan segumpalan sesuatu akan keluar dari lubang kencingku. "Aaahh.. oohh.. Mbak Anaa.." Terasa tulang-tulangku lepas semua, begitu capek. Akupun tetap berada di atas tubuh sintal Mbak Ana. Kemudian kukecup leher dan mulut Mbak Ana, "Makasih Mbak, Mbak Ana memang hebat.." Mbak Anapun cuma tersenyum manis.

Setelah kejadian itu, aku dan Mbak Ana selalu melakukan hubungan seks jika kami menginginkannya sampai sekarang dan kebetulan tepat tanggal 12 Agustus 2000 Mbak Ana terlambat bulan, tapi untungnya pada tanggal 4 Nopember 2000 Mbak Ana mengalami keguguran padahal kami telah sepakat akan membuka rahasia kami pada kedua orang tua tapi niat itu kami batalkan ketika terjadi keguguran itu dan kami masih selalu melakukan hubungan seks itu sampai sekarang. Rahasia ini hanya kami berdua yang tahu sampai kukirim kisah ini ke 17tahun.com. Kami berencana di awal tahun 2001 akan melaksanakan pernikahan, kami minta doa restu kepada para pembaca semoga kami dapat membangun keluarga yang bahagia lahir dan batin. Amiin..

Tamat





 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald