Lily Panther - Live show - 2

0 comments

Temukan kami di Facebook
Puas bermain di selangkangan, Bram langsung menindihku, penisnya kembali menghunjam dalam di vaginaku, kocokannya begitu nikmat membuatku kembali naik menuju puncak. Kami berpelukan rapat, kakiku menjepit pinggangnya, keringat dan desah napas menyatu dalam irama permainan penuh nafsu. Lidah dan bibirnya tak pernah beranjak dari tubuhku, dari leher, bibir, pipi atau telinga, aku semakin mendesah sambil menggelinjang penuh kenikmatan. Tak perlu waktu lama untuk membawaku kembali ke puncak birahi, dan untuk ketiga kalinya kuraih kenikmatan itu dari Bram tanpa membuat dia orgasme.

Tidak seperti sebelumnya, kali ini Bram tidak menghentikan kocokannya dikala aku sedang menggelinjang penuh kenikmatan, justru dia makin mempercepat kocokannya, karuan saja jeritanku semakin nyaring terdengar. Tanpa memberiku kesempatan lebih lanjut, dia membalik tubuhku. Aku hanya nungging dengan dada masih menempel di ranjang, tubuhku terlalu lemas untuk kuangkat.

Dari belakang dengan Bebasnya Bram mengocokku, aku tak kuasa lagi menjerit, hanya desah kenikmatan yang keluar dari hidungku, beberapa kocokan dan sodokan keras kurasakan tapi aku tak kuasa menggeliat, tiba tiba Bram menghentikan kocokannya, kurasakan denyutan kecil di vaginaku.
"Pak tolong kondom lagi dong" kudengar dia minta Pak Hengki untuk kondom ketiga, berarti kondom terakhir dalam satu kemasan. Kurasakan Pak Hengki naik ke ranjang, Bram mencabut penisnya lalu tak sampai semenit kembali dilesakkan ke vaginaku, rupanya dia mengganti kondomnya, dilemparkan kondom bekas itu ke depanku, terlihat cairan putih sedikit mengisinya.

Untuk kesekian kalinya kurasakan penisnya menghentak dan menyodok vaginaku dengan keras, entah apa yang dilakukan Pak Hengki dibelakang sana, tak bisa kulihat jelas dan akupun tak berminat melihatnya. Disaat kocokan Bram sedang menghebat, kurasakan cairan hangat membasahi punggungku lalu diusap usap ke sekujur punggung hingga pantat.
"Entah apa yang dilakukan Bram, mungkin meludahi belakangku" pikirku, aku tak peduli, kulawan gerakan Bram dengan mengoyangkan pantatku mengimbanginya.

Entah sudah berapa lama dia mengocokku dari belakang, hingga kudengar jeritan kenikmatan darinya, penisnya serasa membesar disusul denyutan keras pada vaginaku, dia meremas pantatku kuat kuat, aku membalas dengan tetap menggoyangkan pantatku, dia makin menjerit keras tapi aku tak peduli. Akhirnya Bram mencabut penisnya, dia segera bergeser ke depanku, dicabutnya kondom yang penuh sperma dan disodorkan kejantanannya ke mulutku, aku tak menanggapi namun dia mengusap usapkannya ke wajahku. Akhirnya kuturuti kemauannya, kuraih penis di depanku dan kumasukkan ke mulutku, aroma sperma sangat keras tercium, kupermainkan penis yang mulai mengecil itu di mulutku, tak kubiarkan dia menariknya keluar, lidahku menari nari di kepala penisnya, Bram menjerit histeris.

Kami telentang bersebelahan, napas kami masih menderu sisa sisa permainan birahi yang melelehkan, Pak Hengki kembali ke sofa melihat tubuh kami yang tergolek lemas diranjang.
"Kalian berdua memang pasangan yang cocok, 1 jam 7 menit permainan kalian" kata Pak Hengki, tak kusangka selama itu, padahal rasanya baru 10 atau 15 menit kami bercinta, mungkin kami terlalu menikmati hingga terasa waktu berjalan cepat.
"Ternyata apa yang aku dengar selama ini memang tidak bohong, dan beruntunglah aku ikut membuktikan, ntar kita lanjutin lagi" kata Bram masih dengan napas berat.
"Oke Bram, tugas kamu sudah selesai dan kamu bisa tinggalkan kami" kata Pak Hengki sambil meletakkan amplop di meja.
Sebenarnya aku agak kecewa mendengar Bram harus pergi, rasanya terlalu sayang melewatkan waktu dengan dia cuma sebentar, dalam hati aku tidak keberatan kalau harus melayani mereka berdua, toh ini bukan pertama kali meskipun aku baru mengalaminya sekali, tapi Pak Hengkilah yang berkuasa, aku diam saja.

Dengan muka penuh kecewa, Bram beranjak dari ranjang, dipungutinya pakaiannya dan dikenakan kembali. Kini dia tampak seperti anak muda umumnya, tak ada kesan kalau dia seorang gigolo yang pandai memuaskan wanita, termasuk aku. Dia mengambil amplop yang ada di meja dan menyalami Pak Hengki, setelah itu menghampiriku yang masih rebahan telanjang di ranjang, dikecupnya keningku.
"Bersihkan sperma Pak Hengki di punggungmu" bisiknya saat mencium pipiku, baru kusadari cairan hangat yang kukira ludah tadi adalah sperma Pak Hengki.
"Terima kasih Pak, Bapak tahu bagaimana kalau menghubungiku lain waktu, selamat bersenang senang" katanya sambil pamit melirikku.
"Jangan pergi, kita main bertiga saja, aku sanggup kok melayani kalian berdua sekaligus" teriak batinku, tapi kata kata itu tak keluar dari mulutku.

Pak Hengki menyeringai melihatku masih telanjang, wajah gantengnya sebenarnya cukup mempesona tapi aku masih terbuai dengan permainan Bram. Dia mengeluarkan tisu basah dari bajunya dan menyerahkan kepadaku.
"Usap wajahmu dari spermanya" perintahnya, aku menurutinya.
Pak Hengki duduk ditepi ranjang menghadapku.
"Kamu memang benar benar menggairahkan, hampir tak tahan aku melihat permainanmu tadi, makanya aku berubah pikiran, terlalu sayang melewatkan saat saat seperti ini begitu saja" katanya sambil menyibakkan rambut yang menutupi sebagian dadaku. Aku diam saja ingin tahu rencananya lebih jauh, sebenarnya ini sudah diluar kesepakatan, harus melayani 2 orang.

"Jangan khawatir, aku mengerti kok soal uangnya, tak perlu dipikirin, atau kamu mau telepon GM-mu" lanjut Pak Hengki seakan membaca pikiranku.
Malu aku dibuatnya, kujawab dengan senyuman.
"Nggak usah, aku percaya sama Bapak kok, aku mandi dulu ya" kataku seraya hendak beranjak dari ranjang, tapi dia menahan tubuhku.
"Nggak usah mandi, biar lebih hot dengan keringat di tubuhmu" katanya pendek disusul gerakan menindihku, aku terkejut tapi terlambat, dia sudah berada di atasku menciumi leher dan melumat bibirku.
Aku segera membalas lumatan penuh gairah itu.
"Kamu cantik.. dan bertambah cantik saat mendesah.. dan makin cantik kala orgasme" katanya disela ciuman kami, aku membalas dengan desisan ringan, apalagi ketika bibirnya sudah berada di putingku.

Tak berlama lama kami melakukan pemanasan karena sama sama terbakar pada babak sebelumnya. Tanpa melepas ciuman dan tindihannya, dia mengeluarkan penisnya, kurasakan sapuan kepala penis di bibir vaginaku, aku tak tahu seberapa besar penis yang akan melesak di liang vaginaku kali ini. Tanpa kondom, perlahan kepala penis itu menembus celah vaginaku, sepertinya cukup besar dan terus menembus masuk makin dalam, seperti perjalanan yang panjang sebelum menyentuh dasar vaginaku. Aku mendesis nikmat meski baru 15 menit yang lalu kurasakan kenikmatan yang sama dari Bram. Harus kuakui kalau kurasakan penis yang lebih panjang telah melesak memenuhi vaginaku.

Beberapa detik kemudian mulai kurasakan ayunan kenikmatan dari Pak Hengki dan semakin cepat. Sambil menikmati kayuhannya kulepas pakaiannya, terkesiap sesaat disela desah kenikmatanku melihat dada bidang Pak Hengki yang dihiasi bulu bulu, begitu sexy tanpa timbunan lemak. Aku semakin terangsang hebat, kekecewaan ditinggal Bram segera terlupakan dan berganti kenikmatan kocokan Pak Hengki, tamuku yang sebenarnya.

Kutarik tubuhnya dalam dekapanku, aku ingin merasakan dekapan kehangatan penuh birahi dari tamuku yang sexy kali ini, berkali kali kubalas lumatannya dengan lumatan tak kalah gairah. Entah mimpi apa aku tadi malam mendapatkan berkah yang tak terhingga seperti ini, 2 laki laki jantan berurutan menikmati tubuhku dan memberi kenikmatan yang tak terhingga, berulang kali aku berterima kasih pada si cicik yang memberiku kedua laki laki ini.

Kami saling mendekap erat, terlupakan sudah rasa capek dengan Bram tadi, napas kami bersatu menderu diiringi desah kenikmatan dari kami berdua.
"Sshh.. trus Pak.. uff.. ennaak Pak" desahku ditelinganya tanpa dibuat buat.
Cukup lama dia mengocok dari atas sebelum membalik tubuhku. Aku tak mau posisi diatas karena hampir bisa dipastikan tamuku tak akan bisa bertahan lama berada dibawahku.
"Dari belakang Pak" kataku sambil turun dari tubuhnya dan nungging disamping.
Pak Hengki melepas pakaian yang masih tersisa, kami sama sama telanjang, diraihnya pantatku dan sedetik kemudian melesaklah penisnya kembali ke vaginaku disusul kocokan cepat. Aku menggeliat nikmat merasakah hunjaman penis itu, meski belum sempat melihat tapi yakin bahwa lebih besar dari punya Bram.

Sodokan demi sodokan menghunjam tajam di vaginaku, desahan demi desahan mengiringi permainan kami, remasan demi remasan menambah gairah semakin tinggi. Aku benar benar melambung dalam nikmat, dan tak bisa kutahan lebih lama lagi akupun mencapai puncak kenikmatan mendahului Pak Hengki. Tubuhku langsung lunglai begitu denyutan di vaginaku menghilang, lututku serasa gemetar, mungkin terlalu banyak orgasme berturut turut dalam waktu yang singkat. Pak Hengki menghentikan kocokannya sesaat, tapi melanjutkan kembali dengan lebih keras. Kembali aku dipaksa untuk mendaki birahi yang tinggi, beberapa sodokan menusuk tajam, aku terhenyak dalam kelelahan.

Kami berganti posisi beberapa menit kemudian, aku langsung bergoyang di atas tubuhnya, pandangan mata dan tubuh atletisnya ternyata membuaiku semakin tinggi, gerakanku semakin liar tak beraturan, kututup mataku rapat tak mampu melawan tatapan mata dan ke-sexy-annya. Aku terlalu lelah untuk menggoyangkan tubuhku, kutelungkupkan di atas dada bidangnya, bulu bulu dada serasa menggelitik putingku, semakin terangsang aku dibuatnya. Dengan mendekap tubuhku rapat, dia mengocokku dari bawah, dan tak lama kemudian kurasakan denyutan yang sangat kuat dari penisnya seiring jeritan kenikmatan yang keluar dari mulut Pak Hengki, pelukannya semakin kuat. Akupun tak kuasa ketika denyutannya membawaku ikutan berdenyut menyusulnya ke puncak, kami orgasme hampir bersamaan, cairan hangat terasa memenuhi liang vaginaku.

Tubuh kami terkulai berpelukan lemas tak berdaya, detak jantung kami saling beriringan berpacu menuruni puncak kenikmatan, kusandarkan kepalaku di pundaknya dengan napas masih berat tersengal, sungguh orgasme yang indah yang kuraih dari 2 laki laki berbeda berurutan.
"Kamu nginap disini aja ya" kata Pak Hengki ketika sudah bisa bernapas normal, aku tak keberatan tentu saja, setelah apa yang kudapat darinya.
"Terserah Bapak saja" jawabku pelan menyembunyikan gejolak kegembiraan, aku harus tetap bersikap profesional meski mengharap tawaran seperti itu yang datangnya belum tentu sebulan sekali.
Kamipun mandi malam bersama, baru kusadari ternyata kejantanannya lumayan besar melebihi milik Bram yang sempat membuatku menggelepar kenikmatan. Secara fisik sebenarnya Pak Hengki lebih sexy tapi dari segi variasi permainan, Bram jauh lebih unggul.

Malam itu kami habiskan dengan penuh gairah, 2 babak lagi kami bercinta, sekali di sofa dan meja lalu disusul adegan di ranjang, sebelum akhirnya tertidur setelah lewat tengah malam. Keesokan paginya ketika aku bangun, tak kutemui Pak Hengki disampingku, terdengar gemericik air dari kamar mandi. Segera aku bangun dan menyusul ke kamar mandi.
"Pagi Bapak, wah udah duluan nih, kok nggak mbangunin aku sih" sapaku melihat Pak Hengki yang sedang menyiram tubuhnya di shower.
"Eh pagi sayang, udah bangun rupanya, habis tidurmu nyenyak banget sih, nggak tega aku mbangunin" jawabnya sambil melanjutkan mandi.
"Aku mandiin sini" aku menawarkan diri.
"Monggo, tapi buruan ya, aku sedang buru buru nih"
"Sip lah" jawabku langsung masuk ke bathtub, kusabuni tubuhnya dengan gerakan gerakan menggoda terutama disekitar selangkangannya.

Sebenarnya aku masih menginginkan bercinta darinya sebelum kami berpisah, paling tidak sekali lagi. Tapi rupanya dia tidak menanggapi meskipun kejantanannya sudah menegang dalam genggamanku.
"Udahan ah, kamu lanjutin aja mandi" katanya lalu ngeloyor pergi mengambil handuk dan meninggalkanku di kamar mandi, aku agak kecewa juga dengan penolakannya.
Sengaja aku agak berlama lama di kamar mandi untuk meredakan birahi di pagi hari. Ketika aku keluar dari kamar mandi, ternyata Pak Hengki sudah berpakaian rapi bersiap ke kantor, meskipun sebenarnya terlambat karena sudah jam 9 pagi.
"Ly, aku duluan ya, ntar kamu check out-in aja, bisa kan?" katanya bersiap hendak pergi
"Beress" jawabku sambil melepas handuk penutup tubuhku dan mengeringkan rambutku.
"Oh ya, yang itu nanti sama si cicik aja ya dan ini untuk bayar hotel dan bensin" katanya tentang pembayaran seraya meletakkan amplop putih di meja.
"Thanks" jawabku masih mengeringkan rambut.

Sebelum Pak Hengki meninggalkan kamar, dia mencium bibirku, ciuman perpisahan, cukup lama dia memeluk tubuh telanjangku, maka tak kusia siakan kesempatan, kuremas remas penisnya hingga berdiri.
"Sekali lagi yuk, sebentar aja" ajakku, dia menatapku tajam seakan ingin menengok isi hatiku.
"Kamu benar benar penggoda" jawabnya sambil meremas buah dadaku.

Tanpa menunggu jawaban darinya, aku langsung merosot turun, berlutut didepannya, kubuka resliting celananya dan kukeluarkan penis yang sudah menegang keras. Sedetik kemudian kejantanan Pak Hengki sudah keluar masuk mulutku, mendahului sarapan pagi. Hanya beberapa menit aku mengulumnya, Pak Hengki menarikku berdiri, memutar tubuh telanjangku hingga menghadap tembok. Kubuka kakiku lebar ketika dia mengusapkan penisnya dari belakang.. dan melesaklah penis pertama di hari ini mengisi vaginaku.

Tanpa menunggu lebih lama, dia langsung mengocokku cepat dan keras, aku menggeliat dan mendesah menikmati sodokan demi sodokan yang nikmat. Sepertinya tak pernah puas aku menikmati kocokannya meskipun sudah 3 babak kami lakukan semalam.

Tak lebih dari 10 menit akhirnya kami menggapai orgasme hampir bersamaan, cairan hangat membanjiri liang vaginaku. Aku segera berbalik meraih penisnya, kujilati dan kukulum hingga tiada lagi sisa sperma di kejantanannya lalu kumasukkan kembali ke celananya. Tanpa berkata kata lagi Pak Hengki langsung meninggalkan kamar setelah merapikan kembali pakaiannya.

Hingga kami berpisah, aku tak tahu kenapa dia memerlukan bantuan seorang gigolo sebelum bercinta, padahal secara keseluruhan tak ada masalah dengan dirinya apalagi dia masih muda dan tampan lagi, tapi pertanyaan itu tetap kupendam, biarlah dia hidup dalam fantasi fantasinya, bukan urusanku untuk mencampuri khayalan seseorang, tapi merupakan pekerjaanku bila harus memenuhi fantasi fantasi itu.

Belakangan setelah beberapa kali ketemu dan selalu menggunakan "jasa" laki laki lain, baik itu gigolo pilihannya atau dia dapat dari GM, akhirnya kutahu ternyata dia sangat terobsesi melihat permainan sex orang lain dan ritual itu selalu dilakukan sebelum berhubungan dengan wanita, beruntung dia belum kawin, tentu berabe kalau sudah. Aku sangat menyukai fantasinya, meski terkadang laki laki lain tidak sekelas Bram, tapi bagiku cukup memberikan sensasi aneh sebelum bercinta dengan Pak Hengki.

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Lily Panther - Live show - 2"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald