Aku tersandar di sisi tempat tidur dan baru saja pulang dari kuliah. ada rasa lelah dan kantuk menyelimutiku, kulihat jam dinding sudah menunjukkan angka 6 sore. Tak ada yang ingin kulakukan selain melihat sekeliling ruang kamar kostku yang mungil ini.
Tak banyak yang ada di kamar ini selain tempat tidur rendah, lemari kecil dan meja yang tersusun berseberangan, diterangi lampu bohlam 60 watt menyinari ruang yang mungil menjadikan suasana yang terang benderang, pintu langsung menuju arah keluar dan jendela sejajar di sisinya tertutup tirai tebal, disisi yang berseberangan ada pintu lagi yang menuju rumah utama, aku heran mengapa harus ada pintu itu atau mungkin dulunya kamar ini tidak dibuat untuk kamar kost? Mungkin saja..
Mataku begitu berat dan hampir saja aku tertidur ketika tiba-tiba pintu yang dari sisi dalam terbuka, Aku langsung terhentak kaget karena setahuku pintu itu selalu terkunci mati. Kulihat seorang wanita mungil (kira-kira berumur 30-an) berdaster pendek coklat kemerahan berdiri dimuka pintu dan tersenyum kearahku, tangannya memegang sepiring gorengan dan menyodorkannya kepadaku.
"Ini Tante buatkan gorengan untukmu" suara merdu Tante kostku memecah keheningan.
Aku membalas senyumnya, bangun dan meraih piring dari tangannya yang putih mulus itu.
"Trimakasih ya, Tan".
Tante Mila (namanya) tersenyum dan kemudian duduk di sisi ranjang bersebelahan dari posisi dudukku, matanya yang indah melihat sekeliling kamarku. Aku heran kenapa dia tidak langsung pergi dan malah duduk di situ, sepertinya ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. Aku tidak terlalu menghiraukan dan langsung saja melahap gorengan yang sepertinya baru dibuat soalnya masih panas tanpa malu-malu. Tante Mila tersenyum kecil begitu melihatku yang kepanasan karena terburu-buru memakan gorengannya.
Wah, tidak banyak kata-kata yang terlontar saat itu hanya keheningan, gerakan tubuh dan mimik muka saja yang sepertinya menjadi alat komunikasi. Aku baru saja menghabiskan satu ketika tangan Tante Mila, entah ada angin dari mana, tiba-tiba memegang pundakku. Aku mematung tegang, dadaku berdegup kencang hampir saja piring yang kupegang terlepas, kuberanikan untuk menoleh kearahnya. Ahh cantiknya dia, rambut hitamnya terurai lurus sampai kebahu dan wajahnya yang oval dihiasi mata indah yang tersusun sejajar dengan bulu mata yang lentik, alis buatan tergambar sempurna memperindah paduan mata, hidung yang mungil sedikit memancung melengkapi kecantikannya dan bibir yang merah merekah basah tersungging senyum, ohh sungguh indah..
"Bagaimana tadi kuliahnya Dri (Andri adalah namaku)", sapa Tante Mila memecah lamunanku.
"Ooh baik Tante", balasku singkat.
Rasa gugup yang bertambah bertumpuk runyam dan Tante Mila sepertinya menggeser duduknya lebih rapat. tangannya mengelus lembut pundakku dan wajahnya terlihat berbinar dihiasi senyum yang tipis sendu, mukaku terasa panas memerah, nafas tak beraturan dan degup jantungku memacu cepat.
Aku terdiam, perlahan tangannya diturunkan, memegang tanganku dan meremasnya lembut, dadaku bergetar dengan kepala tertunduk ditambah perasaan dan pikiran yang berkecemuk kacau bercampur aduk menjadi satu. Wangi lembut terhembus halus menerpa, ketika wajah mungil itu didekatkan ke mukaku dan dikecupnya pipiku tipis, lembut sekali, nafas hangat berhembus halus ke pipi seiring dengan lepasnya kecupan.
Kuberanikan untuk mengangkat wajahku dan menatap kearahnya, ia kembali tersenyum hangat dan menggerakkan perlahan wajahnya kearahku, mendekat, semakin dekat hingga terasa nafasnya berhebus hangat, matanya menatap lembut dan bibirnya direkahkan, merah dan basah, jantung seperti terhenti dan nafasku memburu membuat seluruh perasaanku menjadi luluh lunglai, tangannya dilingkarkan dipundakku dan kamipun bertatapan sangat dekat. Matanya menatap sayu tak berkedip dan bibir yang ranum itu bergerak mendekat menyentuh lembut bibirku, terasa hangat dan basah, indah sekali. Perlahan lidahnya menjelajah bibir dan mulutku, mengulum dan menghisap, mencari lidahku yang mulai menyambut bermain, melilit, dan berpagutan. Kurasakan kehangatan dari ranum bibirnya yang membasah.
DIa memiringkan kepala agar lebih leluasa memainkan mulutnya dan sepertinya ingin kulahap bibir yang indah ini. Mata yang lentik itu terpejam disertai tangan yang membelai kepalaku, menggeserkan perlahan ke punggung dan ke pinggul, mengelus dan meramas kecil. Tante Mila meggerakan badannya dan perlahan tangannya menggeser ke arah kemaluanku. Antara kaget, indah dan nikmat bercampur menjadi satu jadi kubiarkan saja. Tante Mila semakin berani, dia mulai membuka kancing celana dan memasukan tangannya ke celana-dalam putih yang ku pakai.
Tangan yang halus itu mulai meremas lembut penis yang telah membesar dan mengeras, terasa hangat tangannya mengelus pelan, menggeser dan meremas gemas biji pelir yang terselip diantara selangkang kakiku, nafasku semakin memburu tajam, menghembus bagian pipinya yang memerah. Tangan yang satunya meraih tanganku yang hanya merangkul di lehernya. Aku berlaku pasif saat itu karena memang sebelum ini aku belum pernah melakukannya dengan siapapun. Tangan itu membimbing perlahan ke payudaranya, ada rasa empuk dari balik daster yang tipis dan tak berbeha itu. Ku beranikan tanganku meremas perlahan payudara Tante mila yang tidak terlalu besar tapi padat berisi, remasan perlahan tanganku berpindah dan digeserkan perlahan antara kain daster dengan ujung putingnya yang membuat dia menggelinjang kegelian, desahannya mulai terdengar sesekali.
Sejenak tangannya dilepaskan, dipelukan ke leherku dan badannya dicondongkan perlahan kebadanku membuat kami terdorong rebah ke tempat tidur tanpa melepaskan ciuman. Badannya sedikit agak menindihku dengan posisi memiring dan kakinya yang mulus halus mulai dilingkarkan diatas kedua pahaku, digesek-gesekkan perlahan, tangannya dimasukan ke dalam baju-kaos abu-abu yang kupakai dan mulai mengelus perut beberapa saat, digeserkan ke atas dan meraih puting dadaku, diremas, memainkannya dan memutar-mutar puting dengan sentuhan lembut jarinya.
"Aakh..", aku mengerang kegelian dan mendesah tanpa sadar, "Oohh..".
Muka Tante Mila semakin berseri ketika merasakan nafas birahi yang memburu pada diriku, dia melepas ciumannya dan mengangkat sedikit kepalanya dengan muka yang sedikit memerah penuh gairah dihiasi senyum tipis dari bibir yang indah merekah menatap sendu mataku, tangannya ditarik keluar dari dalam baju-kaosku dan memegang sisi bawah baju-kaos itu, menariknya keatas dan tanpa isyarat lagi tangan kunaikkan ke atas, dengan cepat baju-kaos itu terlepas dari badan. Tante Mila meraihnya dan melemparkan kelantai, matanya bergerak tertuju ke badanku, terlihat nanar menatap lekuk-lekuk bidang tubuhku, menggeserkan kepalanya ke dada dan bibirnya yang basah mengecup lembut puting yang memerah karena ulahnya tadi, mengulumnya dan lidahnya dimainkan memutar pinggiran puting, gigi depan yang putih rata megigit-gigit perlahan dan menghisapnya.
Nafasku tertahan lemah disertai badan yang menekuk menahan geli, "Aakhh..".
Kedua tangan kulingkarkan kekepalanya dan kaki yang satu melepas dari lingkaran kakinya lalu menindih samping atas paha, menjepit kuat menahan kenikmatan yang menggelora.. akhh dia hebat sekali.
Tangan Tante Mila dengan lincah kembali menjarah celana-dalamku dan meraih sesuatu yang paling didambakannya selama ini, sesuatu yang sedang membesar, memanjang, mengeras dan siap untuk memuaskannya. Ada keberanian yang muncul mendorong diriku untuk lebih aktif, aku mulai menggeser pelukanku dan menurunkan sedikit kepundaknya, meraih sisi atas dasternya, menariknya sedikit demi sedikit bagian belakang daster, menumpukan disekeliling atas-punggung dan mulai meraba merambah dari punggung ke pinggang yang licin mulus dengan elusan perlahan, tangan kunaikan melewati tangannya yang sedang menggerayangi celana-dalamku, menyela diantaranya dan kusentuh perlahan payudara yang mulai mengeras. Kuremas penuh perasaan, dengan puting disela jari telunjuk dan tengah, sesekali kedua jari itu kuapitkan perlahan, ditarik sedikit kearah luar dan ketiga jari lainnya memijit-mijit buah dada dengan lembut.
"Hhmm.. aahh.. aeehhmm..".
Tante Mila menarik sedikit bibirnya dan mengaduh mendesah lirih, sambil sesekali lidahnya dijulurkan berputar-putar keujung puting dadaku yang membasah tipis karena jilatannya. Pijatan tanganku semakin menjadi.
Kemudian ku pegang puting yang menegang panjang dengan kedua jariku dan memutar memelintir kearah berlawanan berulang-ulang.
"Aahh.. aakhh.. eehhmm..", desah Tante Mila kembali terdengar dengan mata sedikit tertutup penuh kenikmatan, terasa nafasnya mulai memburu teratur berhembus hangat ke dada.
Pinggulnya digeser menjauh, kakinya dilepaskan dari jepitan pahaku dan di naikan ke atas celana jeansku yang kancingnya sudah terbuka dari tadi, jari-jari kakinya dengan lincah menjepit pangkal atas celana dan menurunkan sampai ke lutut, aku membantu dengan menggerak-gerakkan kedua kakiku secara berlawanan, celana jeans itu dengan cepat merosot dan terlepas terhempas ke lantai.
Tangan yang mungil itu mengelus lembut bagian luar celana dalam putih itu dan tersembul dari dalamnya penis yang mengeras, berdenyut merontak seakan hendak meledak. Nafasku memburu mengaduh ketika tangannya di masukan ke dalam meraih penis, menggenggamnya dan memijit perlahan. Dinaik turunkan tangannya cepat-berulang membuat permukaan kulit telapak tangannya bergesekan dengan kepala penis, aku melenguh kaget, terasa ngilu dan geli bercampur, sambil bereaksi cepat menahan gerakannya dan membiarkan tangannya mengelus lembut bagian kepala penis. Jari-jemarinya lincah mengapit leher penis dan memijit cepat seperti bergetar.
"Akhh.. aduuh.. enaakhh..".
Penisku berdenyut keras seiring pijatan lembut jari-jemarinya. Aku melenguh mengaduh, mendesah keenakan tanpa memperdulikan apa-apa lagi, badanku kembali menekuk dan kedua paha merapat, menyilang pada bagian bawah kaki, tangan kubiarkan lepas tanpa berusaha meraih, tergeletak di atas pinggulnya lemah, sesekali kuusap lembut pinggul indah itu tetapi seluruh konsentrasi tertuju pada batang penis yang berdenyut penuh kenikmatan lantaran pijatan lembut jemari mungilnya.
Menghentikan gerakannya jemari itu menarik turun celana-dalamku sampai ke pangkal paha. Tersebul keluar, berdiri, sedikit memiring ke arah perut, penis yang cukup panjang dan besar dan kepala penis yang merekah padat licin mengkilap bak jamur yang hendak mekar. Tangannya mengelus terbalik sehingga ujung kukunya menyentuh permukaan batang penis, terasa geli dan nikmat seperti digaruk lembut, mengelus perlahan dari leher penis hingga pangkal penis dan memutar-mutar biji pelir, meremas-remas, kembali mengeluskan kuku jemarinya bergerak perlahan ke arah kepala penis.
Aku menggelinjang untuk kesekian kalinya penuh kenikmatan. Sepertinya Tante Mila ahli sekali dalam hal yang satu ini. Jemari itu kemudian menggenggam dan meremas, jemari teratasnya mengapit leher penis menjepit lembut dan digetarkan, tangannya dinaik-turunkan pelan-berulang, terasa penisku berdenyut semakin hebat, jantungku berpacu cepat memompa keras ke kepala, muka memerah, otot-otot didahi meregang merangsang syaraf sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa indahnya.
Aku sudah tidak tahan lagi.
"Aeekhh.. aaehh.. eenaakh.. ekhhmm".
Tanganku merangkul kuat pinggulnya dengan jari-jari tertancap kencang, semetara sentuhan tangannya terus berakselerasi dengan penuh perasaan, seluruh badanku menegang, aliran deras cairan mani dari biji pelir terasa mengalir cepat ke batang penis, hangat memanas sekeliling kemaluanku dan rasa enak yang luar biasa seiring mengalirnya cairan mani memuncrat keluar dari ujung kepala penis.
"Aakhkhh.. cret.. creet.. aakkhh..".
Penisku berkedut berdenyut-denyut meregang keras sekali kemudian melemah dan mani mulai meleleh malas seiring penis melemah, agak mengecil dan kemudian menciut. Cengkeraman tangan Tante Mila dilepaskan dan menggosok-gosokan cairan mani yang muncrat ke perutku, terasa lengket dan berlendir.
Aku terpejam sebentar seakan tak percaya dengan apa yang telah terjadi, menarik nafas dalam-dalam dan baru kubukakan mataku, menoleh kearah Tante Mila yang kusayangi, kutatap matanya yang bersinar terang memantul dari cahaya bohlam, indah dan sendu, ia tersenyum, mengecup bibirku lembut dan menekan pundakku kebawah seolah-olah memberi isyarat. Ku kecup payudara yang sedari tadi mengeras, mengulum, menjilat dan mengisap puting yang memerah dengan lingkaran puting berwarna merah muda. Tanganku meraih payudara yang satunya memijit dan meremas beriring dengan emutan mulutku, jemari kokoh terpancar dari urat-urat yang menyembul disela-sela permukaan tanganku yang mulai menjepit lembut putingnya dan memilin memelintir perlahan disertai tarikan-tarikan kecil, sementara mulutku melahap buah dadanya yang ranum itu dengan semangat, menjulurkan lidah dan menjilat putingnya memutar berulang kemudian menurunkan jilatan kearah perut. Lidah digerak-gerakan menggelitik dan menjilat membasahi perut, berputar mengitari pusar yang bulat indah, menggigit kecil dan mengisap permukaan kulit, tanganku tetap meremas lembut.
"Oouhh.. Andriihh.. oouukhh..".
Perutnya menggelinjang perlahan, nafasnya terdengar merintih lirih, tangannya yang satu memegang dan mengelus kepalaku, tangan yang lain dibiarkan tergeletak lepas di sisi badan. Pangkal pahanya dibiarkan terbuka, seolah mengundang tanganku untuk merambah meraba. Memijit perlahan, mengelus dari lutut sampai kepangkal paha. Menggeser pelan ke bagian bawah kemaluannya terasa ada hawa hangat dan lembab dari celana dalam yang mulai membasah, kuelus berulang dan sedikit menggaruk memompa gairah birahinya yang mulai memuncak, disertai desahan nafas yang merintih membangkitkan gairah dan nafsu yang mendengarnya.
Jemariku mulai nakal, memainkan jari, menari-nari dan menari-narik celana dalam kuning muda ber-renda putih disisi-sisinya. Menarik bagian bawahnya dan melepaskan seperti karet yang lentur menjepret ringan ke bagian dalam.
Ia berteriak manja, "Akh.. Andri.. nakall..", ada getaran terasa diantara suara merdu itu.
Jemari nakal itu terus mengelus halus, kemudian menarik perlahan bagian atas celana dalam dan menurunkannya sampai kelutut, Pahanya diangkat dan kakinya digeser merapat kepantat untuk memudahkanku melepasnya. Kemudian kakinya diluruskan dan dibiarkan terbuka melebar, kepala kuangkat dan mata tertuju keseluruh badan menelusuri lekuk tubuh yang indah berisi, sinar lampu ruang yang terang menerangi seluruh badan yang putih licin, Wajah ayu Tante Mila terlihat dengan jelas, matanya memicing penuh gairah dan bibirnya basah merekah mendesah. Kuarahkan pandangan ke bawah, terlihat bulu yang halus tertata rapih dan terurus. Bibir vagina merah gelap merekah seolah tersenyum kepadaku, membasah, dan kelentitnya berwarna lebih terang mengacung agak keluar seakan menyambut, menggambarkan gelora birahi pemiliknya.
Bersambung . . . . .
Komentar
0 Komentar untuk "Pintu kedua - 1"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.