Seks di Gunung Kemukus

0 comments

Temukan kami di Facebook
Cerita temenku bikin penasaran. Dia bercerita bahwa di Jateng nggak jauh dari Solo ada tempat ziarah yang bisa bebas melakukan hubungan sex dengan orang lain. Yang lebih bikin penasaran, banyak cewek, maksudnya ibu-ibu yang datang berziarah kesana mencari pasangan laki-laki untuk melengkapkan niat ziarah mereka. Temenku ini sudah beberapa kali kesana. Katanya dia tidak mementingkan ziarahnya, tetapi lebih ke berburu ibu-ibu yang mencari pasangan.
Informasi dari temanku ini kucermati secara lebih rinci, rasanya penasaran juga ingin mencoba. Berbekal info yang kurasa cukup lengkap berangkat lah ke Solo dengan penerbangan murah dari Jakarta. Tarif murah biasanya hari Rabu, tapi kalau hari Sabtu Minggu, selalu lebih mahal.

Sesampai di Solo, Rabu sore aku orientasi dulu . Cari penginapan yang murah di sekitar stasiun Solo, lumayan banyak hotel yang harganya miring dan cukup bersih dan bagus. Sesampai di hotel aku langsung ditawari temen bobo, dengan bingkai promosi yang kadang-kadang berlebihan.

Karena tujuanku ke Gunung Kemukus, maka berbagai tawaran itu aku tolak halus.
Kamis menjelang Jumat Pon, perburuan dimulai. Berbekal tip dan trik dari temanku, aku berusaha mencari dan memilih pasangan dari terminal Tirtonadi di Solo. Kendaraan umum jurusan Purwodadi menjadi amatanku, untuk mencari penumpang yang kemungkinan akan ziarah ke Gunung Kemukus.
Tidak mudah memang, karena sudah 2 jam aku belum menemukan perempuan yang layak. Ya paling tidak kan cakep dan bodynya bagus, meski mereka umumnya STW.

Selagi aku melamun sambil mereokok, ada seorang ibu-ibu menegorku. “Mas bus jurusan Purwodadi yang mana ya ,” tanyanya.
Aku terkejut, karena yang menegor itu adalah ibu-ibu dengan kisaran umur 30 tahun, berwajah khas Jawa, tidak terlelu gendut, tapi semok juga.

“ Oh di sini bu, ibu mau ziarah ??” tanyaku langsung ke sasaran.
“Iya,” katanya.
Ibu itu ternyata baru pertama kali mau ziarah ke Gunung Kemukus. Aku sempat heran juga, kenapa dia berani jalan sendiri tanpa pendamping.
“Mbak sudah tahu syaratnya untuk ziara ke Gunung Kemukus,” tanyaku.
“Ya tahu dikit, mas nya mau kemana,? Tanyanya.
“Saya juga mau kesana,” kataku.
“Mbak sudah punya pasangan untuk ziarah ke sana,” tanyaku lagi.
“Belum sih, apa mas ee mau nemenin saya,” tanyanya.

Melihat penampilan perempuan ini yang lumayan ok, aku langsung setuju menemani dia. Dia memperkenalkan diri, namanya Surtiyah berasal dari Purworejo.

Dia mendapat cerita dari temannya yang juga berdagang bahwa sejak ziarah dan minta dagangannya laris ke Gunung Kemukus, dagangannya bisa maju.
Mbak Surti, juga berdagang. Dia jualan makanan seperti nasi goreng, mi goreng, mi rebus dengan warung tenda.. Ketika kami ngobrol di perjalanan dia bercerita bahwa dirinya janda beranak tiga, ditinggal cerai sama suaminya. Untuk menghidupi ke 3 anaknya dia berusaha jualan nasi goreng dengan kemampuan seadanya. Dia dagang baru setahun, tetapi rasanya dagangannya gak maju-maju. Setelah dapat informasi dari temennya yang dagangannya maju, dia jadi penasaran ingin mengikuti jejak temannya, ziarah ke makam Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, pada malam Jumat Pon.

Tadinya dia agak berat juga mengetahui syarat untuk menyempurnakan ziarah itu harus berhubungan badan dengan laki-laki yang bukan suaminya. Tapi katanya lama-lama dia makin penasaran dan pasrah, demi melariskan dagangannya dan membiayai anak-anaknya yang sudah makin besar-besar.

“Untung saya ketemu mas e di Solo, jadi rasanya gak malu banget. Kalau sampai di Kemukus belum dapat pasangan kan rasane piye yo,” katanya dalam bahasa yang dicampur-campur Indonesia dan Jawa.

Saya pun berterus terang bahwa baru kali ini ke Gunung Kemukus, karena diberi tahu teman. Tapi saya ngarang aja bahwa saya dagang beras. Untung dia nggak tanya macem-macem soal dagang beras. Kalau dia sempat tanya itu, wah aku bisa gelagepan juga.

Di mobil angkutan aku berkali-kali melirik Mbak Surti. Umurnya kira-kira 3 tahun di bawah aku, tapi badannya semok benget. Susunya gede dan pantatnya bahenol. Yang terlihat istimewa dari bodynya adalah pinggangnya ramping. Model yang begini ini amat jarang saya temukan. Umumnya kalau susu gede, dan pantat semok, perutnya juga besar.

Kami sampai di pemberhentian Barong. Sang supir meneriakkan kemukus-kemukus. Ternyata banyak juga penumpang yang turun di situ. Di tempat pemberhentian angkutan itu sudah banyak laki-laki, yang kelihatannya menunggu pasangan, menawarkan diri menemani para peziarah perempuan. Si Mbak Surti menggandeng tanganku, untuk menegaskan kepada orang-orang di sekitar situ bahwa dia sudah punya pasangan. Dengan begitu memang tidak ada laki-laki yang menawari untuk menemani dia berziarah. Tukang Ojek sudah menunggu dan terkesan berebut menawarkan jasa ojek. Karena aku tidak tahu sejauh apa tempatnya, kami berdua setuju menyewa ojek sampai ke pinggir dermaga penyeberangan. Kebetulan waktu kami kesana, air waduk Kedung Ombo sedang naik, jadi untuk mencapai gunung Kemukus kami harus menyewa perahu penyeberangan.

Gila juga, mereka menawari ongkos semaunya. Aku langsung patahkan dengan menawar biaya sepantasnya. Berbekal kembang dan pernak-pernik untuk ziarah kami menaiki tangga yang lumayan tinggi dan banyak. Katanya jumlah anak tangga itu ada 157. Diatas disambut oleh juru kunci dan Si mbak langsung menjelaskan maksudnya berziarah ke sana. Aku diam saja sambil mengamati, betapa ramainya orang berziarah ke sini. Makam Pangeran Samudro berada dibawah semacam bangunan Joglo yang cukup luas. Makamnya dikerudungi kelambu. Terasa suasana sakral di sekitar makam itu. Aku ikut-ikutan saja menabur kembang dan duduk seperti peziarah lainnya. Mbak Surti kelihatan khusuk benar dia berdoa. Aku tidak tahu dia berdoa minta kepada siapa, apa ke rohnya Pangeran Samudro apa ke Tuhan YME.

Aku ke sini kan tidak berniat ziarah sungguh-sungguh, tetapi ingin merasakan petualangan ritual sex yang melegenda.

Selesai menuntaskan ritual berdoa, kami lalu mundur dari bangunan makam Pangeran Samudro. Waktu itu sudah sekitar jam 10 malam. Di sekitar makam itu di bagian agak ke bawah terdapat tempat-tempat penginapan . Tapi menurut temanku, lebih asyik kalau melampiaskan hasrat berhubungan badan di semak-semak di dekat pohon besar. Aku menyarankan kepada Mbak Surti untuk kami beristirahat sambil menyewa tikar di bawah pohon besar di semak-semak itu. Suasananya agak remang-remang karena hanya mengandalkan sinar bulan purnama. Kami mencari tempat yang agak lega.

Dalam pencarian itu kami melewati pasangan yang lagi asyik berhubungan badan dan mereka tampaknya tidak perduli ada orang yang melintas dekat mereka. Banyak sekali pasangan yang sedang tumpuk-tumpukan. Mereka melakukannya tanpa melepas seluruh pakaiannya. Oleh karena itu meski pada posisi orang berhubungan badan, tetapi tidak bisa terlihat payudara pasangan perempuannya. Namun yang bikin lebih seru ada pasangan yang perempuannya mengerang-ngerang nikmat. Kami mendapat tempat yang agak lega. Meskipun lega tetapi tidak sampai 3 m ada pasangan lain yang sedang bergelut. Karena suasananya cuek, kami pun berlaku begitu.

Kami mulanya tidur berdampingan. Aku rikuh juga mau mulainya gimana ya, masak langsung meluk dan mencium lalu pegang tetek. Belum juga aku menemukan jalan , aku terus ngobrol sambil berbisik, jam sudah menunjukkan hampir 12 malam. Tiba-tiba tangan Mbak Surti meremas selangkanganku. “Lho udah bangun toh,” katanya.

“Udah mbak dari tadi sih, tapi masih sungkan, karena kita baru kenal kali ya, “ kataku.
“Udah nggak usah sungkan, emang kemari kan tujuannya mau gituan,” katanya sambil dengan pedenya dia membuka sabuk dan resletingku. Penisku langsung digenggamnya. “Wah keras benget,” katanya.

Birahiku mulai naik, aku pun mulai memberanikan diri langsung memegang bagian selangkangannya. Dia mengenakan celana panjang, sehingga kontur kemaluannya kurang terasa ketika diremas dari luar.

Aku berusaha membuka celana panjangnya sekaligus celana dalamnya. Kuturunkan sampai ke mata kaki. Lalu tanpa foreplay macam-macam aku langsung menungganginya.

Mbak Surti kelihatannya sudah siap akan ditunggangi, kakinya dilebarkan. Penis kutempelkan ke gerbang vaginanya. Pelan-pelan aku tekan. Agak seret juga, mungkin pelumasannya belum sempurna. Kutarik sedikit, lalu kudorong lagi. Begitu berkali-kali sampai akhirnya bisa kejeblos seluruhnya ke dalam memek Mbak Surti.

Rasa memeknya legit banget dan masih cukup menjepit, meskipun dia sudah beranak 3. Kelihatannya dia pandai merawat kewanitaannya. Penisku terasa sangat digenggam oleh liang vaginanya. Aku terus menggenjot. Mbak Surti ternyata berpembawaan rame. Artinya dia mengerang-ngerang ketika merasakan kenikmatan disetubuhi. Tetangga kiri –kananku sampai-sampai menoleh ke arah kami. Aku cuek aja. Itung-itung ini adalah sex party dengan pasangan tetap. Boleh jadi kalau tempatnya terang mungkin ada ratusan pasang yang lagi bersetubuh disitu. Kayak film orang jepang yang ngesex rame-rame.

Aku terus menggenjot sambil menahan agar orgasmeku tidak segera datang. Mbak Surti makin ribut, apalagi ketika orgasmenya nyampe, dia melenguh panjang tersedat-sedat mengikuti ritme orgasmenya. Melihat dia mencapai orgasme birahiku makin tinggi sehingga aku pun tidak kuasa lagi menahan ejakulasiku. Kubenamkan dalam-dalam penisku ke dalam memek Mbak Surti sambil merasakan hangatnya vagina Mbak Surti.

Kami berdua mencapai kepuasan. Aku tetap menindih Mbak Surti sampai penisku mengecil dan akhirnya keluar sendiri dari sarangnya. Dengan tissu yang sengaja kami siapkan kami membersihkan diri seadanya lalu merapikan kembali pakaian kami.

“Ini afdol banget ya mas, kita main di bawah pohon di semak-semak sini, teman saya juga nyarani agar kalau main jangan dipenginapan, tetapi disemak-semak, biar niatnya cepat terkabul.,” kata Mbak Surti.

Setelah selesai melakukan ritual yang aneh itu, kami beranjak menuju Sendang Ontrowulan. Disana sekedar berbasuh muka dan kaki. Ada kepercayaan air sendang itu membuat orang awet muda dan cantik.
Jam sudah menunjukkan 2 dini hari. Kami memutuskan untuk kembali ke Solo ke penginapanku. Angkutan masih ramai. Eh lupa, sebelum kami kembali, kami sempat membersihkan diri di wc umum. Risih juga rasanya, apalagi rada-rada kebelet pipis .

Sesampainya di Solo, kami tidak langsung ke penginapan, tetapi mengisi perut yang lagi keroncongan. Hidangan dini hari di Solo yang populer adalah nasi liwet. Nikmat sekali rasanya menyantap nasi liwet sambil duduk lesehan, malam-malam begini. Padahal selama ini aku kurang suka nasi liwet, karena menurutku rasanya rada hambar dan jemek. Tapi kalau waktunya tepat di tengah malam gini terasa enaknya.

Setelah perut terisi, dengan becak kami menuju penginapan. “Enak juga mas kamarnya, bersih lagi,” katanya. Aku menawarkan mandi sebelum kami bobo.

“Dingin ah mas” katanya.

Kamar mandi di kamarku dilengkapi dengan shower air panas. Akhirnya dia mau juga mandi air panas. Alasanku biar badannya nggak lengket dan segar. Aku langsung saja mebuka semua bajuku. Mbak Surti bingung melihat kenekatanku, langsung telanjang di depannya.

“ Ih masnya kok nggak malu sih,” katanya.
“Lha buat apa malu kita kan udah lebih dari telanjang tadi,” kataku

Aku membantu Mbak Surti yang masih rada malu bertelanjang di depanku. Perempuan kadang-kadang aneh juga. Dia udah kita setubuhi, tapi masih merasa malu. Setelah telanjang bulat di kamar yang sengaja lampunya aku terangi, Mbak Surti berusaha menutupi payudaranya dan kemaluannya dengan kedua tangan nya. Aku biarkan saja dia begitu, mungkin dia masih dalam proses transisi untuk berani telanjang sesungguhnya di depanku. Kurangkul dan kubimbing ke kamar mandi. Shower aku atur agar tidak terlalu panas, tetapi juga tidak dingin. Pertama aku guyur seluruh tubuh Mbak Surti termasuk rambutnya.

Body Mbak Surti ini memang benar-benar aduhai. Rugi amat suaminya meninggalkan istri sebagus ini. Mukanya juga gak terlalu jelek, malah menurutku untuk ukuran di sini sudah bisa mencapai skor 7 lah. Aku menyabuni seluruh tubuhnya. Bagian payudaranya agak lama aku remas-semas dengan sabun yang licin. “ Ah mas e nakal, main disitu terus,” katanya. Selanjutnya adalah selangkangan. Baru aku sadar bahwa Mbak Surti tidak banyak memiliki jembut, sehingga memeknya yang mentul terlihat jelas. Aku memasukkan jari tengahku dan membersihkan belahan memeknya dengan sabun. “Aduh mas geli ah, “ katanya manja. Aku gantian minta disabuni. Dia memperlakukan aku seperti sedang memandikan anaknya, Bedanya dibagian penisku dia melakukan kocokan, sehingga penisku pelan-pelan mulai bangun lagi.

Nikmat sekali dan segar rasanya membersihkan diri, meskipun waktunya sudah dinihari. Dengan berbalut handuk kami kembali kekamar tidur. Aku menyarankan Mbak Surti untuk langsung masuk ke bawah selimut dengan melepas handuknya. AC kamarku terasa sangat dingin, apalagi sehabis mandi begini rasanya tidak tahan berlama-lama telanjang. Setelah badanku kering aku juga langsung masuk ke dalam selimut yang sama dengan Mbak Surti.

Tempat tidur di kamarku cukup leluasa untuk ditempati berdua. Aku langsung memeluk tubuh mbak Surti yang kedinginan . Tanganku mulai bergerilya meremas susunya yang masih padat dan menantang. Dia mulai bangkit birahinya, ditandai nafasnya yang makin cepat. Pentilnya kupilin-pilin dan akhirnya aku hisap dan gigit dengan kedua bibirku. Nafsu Mbak Surti makin tinggi dengan sekali-kali melenguh. Giliran berikutnya tanganku menggapai belahan memeknya yang berbulu jarang. Terasa sudah mulai berlendir di bawah sana. Aku turun menciumi perutnya yang masih kencang sambil jariku terus memainkan clitorisnya. Dia mengejang-ngejang setiap kelentitnya diusap.

Selimut sudah terbuka dan badan Mbak Surti terekspos bugil. Aku terus ke bawah dan menciumi gundukan memeknya. “Mas jangan ah jijik, “katanya.
Rupanya dia belum pernah dioral. Aku tidak perduli malah terus menelusuri kebawah dan lidahku sudah menemukan titik sasaran, yaitu clitorisnya. Memek Mbak Surti sama sekali tidak berbau. Mungkin juga karena habis mandi tadi dibersihkan dengan sabun, atau karena dia memang pandai merawat kewanitaannya. Aku mulai melakukan operasi ke seputar memeknya. Mbak Surti sudah lupa soal jijik tadi. Dia malah menggelinjang-gelinjang menikmati rangsangan lidahku di kelentitnya. “ Aduh mas enak e masssss,” erangnya berkali-kali.

Tiba-tiba dia terdiam dan tidak berapa lama kemudian menjerit keras dan bersamaan dengan itu seluruh permukaan kemaluannya berkedut-kedut. Dia mencapai orgasmenya melalui oralku. Aku bekap terus mulutku ke memeknya dan menghentikan gerakan lidah. Tangan Mbak Surti menekan kepalaku agar lebih ketat menekan memeknya. Aku memang agak kesulitan bernafas jadinya, tetapi masih ada celah sedikit.

Selesai dia menuntaskan orgasmenya dia tergolek lemas. Aku meneruskan mencolok jari tengah dan jari manis perlahan-lahan memasuki memeknya yang sudah makin basah. Titik G pot yang dicari terasa menonjol di bagian langit-langit vaginanya. Pelan-pelan aku raba halus. Awalnya Mbak Surti diam saja. Namun lama-kelaman dia mulai lagi merintih-rintih. Aku menggerakkan kedua jariku di dalam memeknya dengan gerakan yang makin keras. Mbak Surti pun makin mengerang. Aku buka kedua kakinya sehingga belahan memeknya juga terbuka. Memeknya cukup bagus, tidak ada gelambir berlebihan, dan warnanya juga tidak terlalu pekat. “ Mas-mas stop dulu mas aku rasanya kebelet pipis, aduh mas,” erangnya. Aku tidak menuruti kemauannya tetapi terus mekin keras mengangkat kedua jariku di dalam liang vaginanya. Aku sengaja membuka lebar celah vaginanya. Seperti yang kuharapkan, dari celah vaginanya menyemprot cairan agak kental mengenai mukaku. Sekitar 4 kali semprotan itu terjadi dan makin melemah sampai akhirnya hanya meleleh.

“Aduh mas aku pipis tadi ya, tapi rasane koq uenak banget yoo, aku lemes banget mas,” katanya.

Tidak menghiraukan keluhannya aku langsung menindihnya dan memasukkan penisku yang sudah mengeras sejak tadi. Meski memeknya basah, tetapi jepitannya masih terasa mencengkeram. Aku menandai, jika cewek baru orgasme, otot-otot vaginanya demikian mengembang sehingga memberi efek lebih menjepit. Aku memompa dengan gerakan kasar. Mbak Surti mencapai orgasme lagi, dia sampai minta-minta ampun karena katanya badannya lemas banget. “ Aduh mas wis mas aku ampun mas lemes banget massss,” tapi terus aku genjot. Mbak Surti mesti mengiba-iba minta kuhentikan, tetapi dia merintih=rintih keenakan juga. Aku memainkan penisku di dalam vaginanya pada posisi konstan tepat dimana bagian-bagian sensitifnya tergerus. Rasa nikmat mulai menjalari seluruh tubuhku dan orgasmeku sudah makin mendekat dan akhirnya meledaklah spermaku di dalam memeknya. “Aduh mas e pinter banget main e, aku nganti lemes banget mas. Aku durung pernah ngrasake koyo ngene,” katanya.

Setelah beristirahat sejenak dia kuajak ke kamar mandi. Tapi dia rada enggan. Aku bilang, nggak enak, kalau tidur belepotan gitu. Di bawah pantatnya memang aku alasi handuk, agar maniku yang meleleh keluar dari memeknya tidak sampai mengotori sprei.

Dengan malas-malasan akhirnya dia menggelayut ditubuhku menuju kamar mandi. Setelah itu kami tertidur pulas. Kami terbangun sudah sekitar jam 11 siang. Perut rasanya keroncongan.

Setelah kami main satu ronde lagi, kami mandi dan berpakaian lengkap. Hari ini aku berencana mengantar Mbak Surti ke Purworejo.

“Mas tau enggak, aku kan waktu di Terminal Tirtonadi kemarin, pura-pura saja nanya ke mas. Padahal aku naksir mas biar jadi pasanganku untuk ke Gunung Kemukus,” katanya sambil berbisik dalam perjalanan kami dengan kereta Pramex (Prambanan Expres). Dalam hatiku ternyata sama juga dengan aku, memilih-milih pasangan sebelum ke Kemukus.

Sesampainya di Purworejo aku langsung mencari hotel, dan malamnya janjian mau merasakan nasi gorengnya. Mbak Surti dibantu keponakannya membuka tenda Nasi Goreng. Aku mencicipi nasi goreng olahannya, juga mi rebus. Ternyata bumbunya terasa masih kurang mantap, malah terkesan terlalu banyak MSG. Kalau dia mempertahankan rasa nasi goreng seperti ini, biar berpuluh kali ke gunung Kemukus, nasi goreng dagangannya gak bisa tambah laku. Aku berjanji akan memberi resep bumbu nasi goreng yang lebih yahud. Dia kelihatan senang sekali. “ Lha mas e pinter masak toh,” tanyanya heran bercampur gembira. Kami janjian ketemu besok dengan dia menjemputku ke hotel dan mengajak ke rumahnya.

Keesokan harinya aku bersama Mbak Surti belanja ke pasar membeli bumbu yang kuperlukan seperti kecap asin, kecap inggris, ebi, kemiri dan bumbu kaldu sapi dan ayam serta trasi yang bagus. Semua belanjaannya kubayari. Dia kelihatan senang sekali.

Dari pasar kami langsung menuju rumahnya yang sederhana. Rumahnya kelihatan sepi kecuali keponakannya yang kemarin membantu berjualan. Semua anak-anaknya sedang bersekolah. Aku menunjukkan olahan bumbu nasi goreng berbagai versi, ada versi chinese food, ada versi nasi goreng jawa, sekaligus dengan isinya ada udang, ayam, hati ampela ayam dan baso. Dengan gaya koki profesional aku mendemontrasikan penggunaan bumbu dan memasak nasi gorengnya dengan berbagai versi. “Wah nasi goreng mas e enak tenan je,” katanya. Aku juga mengajari cara memasak mi goreng, mi rebus dengan bumbu yang sederhana tetapi terasa sedap. Aku minta dia mengikuti resepku untuk dijual di warungnya. Aku sekaligus mengajari pula cara membuat Kwetiau goreng ala Medan dan Kwetiau siram.

“Wah isine lengkap banget yo mas, iki di jual berapa mas. “ tanyanya.
Untuk pertama Nasi goreng lengkap dan Kwetiau gorengnya dijual dengan harga 10 ribu dulu, nanti kalau sudah banyak pelanggannya baru dinaikkan. Dengan harga 10 ribu sudah cukup bisa dapat untung kok. Dia sepakat mengikuti arahanku dan nanti malam menu baru ini akan di coba dijajakan. Itu saja tidak cukup aku membantu membuatkan menu dengan menyewa komputer di warnet lalu difoto copy dan tendanya diubah dengan tampilan print digital banner dengan disain yang lebih menarik. Malam itu pengujung warungnya lebih ramai dari biasanya, sampai mereka harus rela menunggu agak lama menunggu pesanannya. Menu baru yang kurancang itu lumayan berhasil malam itu. Aku terus menunggu di warung Mbak Surti, sampai dagangannya habis jam 12 malam. “Wah lumayan je mas duite akeh,” kata Mbak Surti.

Memang tampilan warung Mbak Surti agak mencolok dibandingkan warung-warung di dekatnya. Banner yang mencolok memikat orang untuk mampir. Apalagi menu yang ditawarkan belum ada saingan di kota itu. Mbak Surti sebenarnya punya sense yang bagus soal memasak, sehingga aku tidak perlu terlalu susah mengajari bumbu-bumbunya.

“Mbak kuncinya di telor, jangan dimasukkan diawal, tetapi dipertengahan kita menggoreng, biar tidak amis taburi merica. Dengan telor itu makannya jadi tidak terlalu berminyak, sehingga orang tidak cepet muak,” kataku memperingatkannya.
“Mbak ziarah ke gunung kemukus itu harus 7 kali lho dengan jeda setiap 35 hari dan harus dengan pasangan yang sama lho,” kataku menggoda.
“Wah 10 kali pun gak apa-apa asal sama mas e” katanya genit.

Sebulan kemudian dia mengabariku bahwa warung tendanya sekarang sudah memiliki 3 meja, dan rame terus. Padahal waktu itu cuma ada 1 meja. Dia sudah punya 2 asisten untuk masak dan 2 lagi untuk melayani.

Aku tidak tahu apakah Mbak Surti meyakini kemajuan dagangnya karena ziarah ke Kemukus, atau karena menu baru yang kuajarkan kepadanya. Hampir setiap bulan aku ke Solo dan kami ke Kemukus melaksanakan sex orgy di alam bebas. Setahun kemudian dia sudah makin berkembang dengan memperbesar tendanya menjadi 8 meja. Omzetnya sudah bisa mencapai 2 jutaan dan kalau malam minggu bulan muda bisa mencapai 5 jutaan.

Jika dulu aku yang membiayai hotel dan segala macamnya. Sekarang Mbak Surti mencegah aku membiayai itu, Dia semua yang membayarnya.
Aku menyukai mbak Surti karena memeknya uenak banget, sebaliknya dia menyukai ku karena jasa resepku dia bisa maju . Kabar terakhir dia sudah buka cabang di kota yang sama. Bravo Mbak.

Tamat




Ternyata suamiku mandul

0 comments

Temukan kami di Facebook
Perceraian yang terjadi di antara dua pasangan suami-istri memiliki alasan bermacam-macam. Ada yang karena salah satunya ketahuan selingkuh, ketakcocokan paham dan prinsip, adanya pihak orang tua yang terlalu ikut campur urusan rumah tangga dan lainnya.

Begitu juga aku yang kini bertugas sebagai istri kedua dari seorang pengusaha. Aku terpaksa memilih cerai dengan suami pertamaku karena kami beda prinsip. Suami pertamaku, sebut saja namanya Yudi, beranggapan bahwa suami boleh memiliki lebih dari satu istri.

Karena itulah dia berkeinginan menikah lagi. Sementara aku, tak ingin dimadu.

Keinginan suami untuk menikah lagi diungkapkan langsung kepadaku. Dia berterus terang ingin menikah karena aku dianggap tidak bisa membeikan keturunan. Maklum, sudah tujuh tahun kami menikah tapi belum dikaruniai seorang anak pun.

Dia juga mengatakan, meski telah menikah lagi, dia berjanji tidak akan mengurangi perhatiannya kepadaku. Bahkan dia berkata, “Siapa tahu dengan begitu akan menjadi jalan bagi kamu untuk bisa memiliki anak.”

Kontan saja aku kaget dengan ungkapan itu. Aku langsung menolak. “Kalau kamu mau menikah lagi, silakan saja. Tapi ceraikan aku dulu,” kataku.

Suamiku semula tak ingin menceraikan aku. “Aku tak mau menceraikan kamu. Bagaimana pun, kamu adalah cinta pertamaku. Aku masih mencintaimu. Tapi, aku juga ingin memiliki keturunan,” begitu katanya.

Namun, ungkapan cintanya tak bisa membuatku menerima alasannya untuk menikah lagi. “Kalau kamu benar-benar mencintaiku, tentu saja kamu tidak akan menikah lagi walaupun kita tidak dikaruniai anak. Kalau memang kamu menikah lagi, berarti kamu tidak mencitaiku.

Kamu menikahiku hanya karena ingin punya keturunan saja,” kataku saat itu.

Dia terdiam. Sejak saat itulah rumah tangga kami goyah. Percekcokan sering terjadi. Hingga akhirnya, dia berkeinginan menceraikan aku.

Singkat Cerita, kami pun cerai. Saat sudah menjadi janda, aku baru tersadar, mengapa kami tidak berobat ke dokter untuk mengetahui siapa sebenarnya yang mandul, aku atau suamiku? Tapi semuanya sudah terjadi.

Kabarnya, mantan suamiku itu menikah lagi dengan seorang gadis muda. Aku pun begitu, menikah lagi dengan seorang duda beranak satu. Namanya Herman (nama samaran).

Setahun menikah dengan Herman, aku ternyata hamil. Sementara istri dari Yudi tak juga hamil. Dari situlah aku berkesimpulan, ternyata yang mandul bukanlah aku, tapi justru suamiku sendiri.

Pernah suatu saat Yudi terkejut melihatku tengah mengandung. Dia terlihat begitu malu. Namun aku mencoba memberikan harapan kepadanya dengan cara agar dia berobat ke dokter.

Ya, meski kami telah cerai, tapi hubungan kami tetap baik. Yudi pun telah menganggapku sebagai adik. Kini, aku belum tahu apakah Yudi telah memeriksakan diri ke dokter atau belum. Aku bersyukur kepada Tuhan karena ternyata bukan aku yang mandul, Itu saja!

Tamat




Tergoda wanita hamil

0 comments

Temukan kami di Facebook
Saya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di selatan Jakarta. Salam kenal untuk warga situs 17tahun. Awal cerita saya dimulai saat saya menghadiri sebuah acara pemberian penghargaan, di sana saya datang bersama teman saya, sebut saja Hamdan. Saya diperkenalkan oleh teman saya kepada salah satu tamu yang hadir di acara tersebut, dan ternyata setelah dipertegas, nama tamu tersebut adalah DB. Yang belakangan saya ketahui dia adalah salah satu artis Indonesia. Singkat cerita, malam itu berlalu begitu saja.

Seminggu setelah perkenalan tersebut, saya ditawari untuk menggarap proyek perayaan Hari Ulang Tahun oleh teman yang mengenalkan saya dengan DB, memang bidang saya adalah entertaiment. Teman saya yang mengenalkan saya namanya Shebi. Singkat kata, saya terima proyek yang diberikan oleh Shebi. Dan ternyata yang punya kerjaan itu adalah DB, untuk perayaan ulang tahunnya yang ke 34.

Saya pun dipertemukan oleh Shebi dengan DB di rumah DB yang terlihat cukup megah. Saya dan Shebi menunggu DB yang sedang mandi di ruang keluarga. Di sana saya ngobrol cukup banyak dengan Shebi (yang perlu pembaca ketahui, Shebi sedang hamil 7 bulan). Obrolan berlangsung santai dan sampai menyerempet ke masalah kehidupan seks Shebi, ternyata Shebi yang memiliki tinggi 170 cm, ukuran BH 38, dan m size ini memiliki libido seks yang cukup tinggi. Shebi pun mulai merapatkan posisi duduknya mendekati saya (karena kami duduk di atas sofa yang sama/sofa panjang).

"Dra.. coba kamu pegang perutku, sepertinya jabang bayiku ini ingin berkenalan denganmu deh..!" kata Shebi.

"Ah kamu bisa saja Sheb..!" kata saya yang belum tahu arti sinyal dari Shebi itu.

"Kalau nggak percaya, coba saja kamu pegang perutku ini..!" ujar Shebi yang kali ini memaksa tangan saya untuk memegang perutnya yang sudah terlihat buncit.

Dan benar, sepertinya ada yang bergerak-gerak dari dalam perutnya.

"Dra.. kamu pernah ngerasain begituan dengan orang hamil..?" ujar Shebi yang membuat saya kaget.

"Mmm.. mm, belum tuh Sheb..""Memangnya enak apa rasanya..?" tanya saya keheranan.

"Wah endang loh rasanya.."

"Itu kuketahui dari suami dan brondong-brondongku.." ujar Shebi yang membuat saya tersentak tambah kaget.

"Mmm.. begitu.." kata saya agak sedikit sok tenang, meskipun tegangan tubuh sudah agak naik.

"Kok jawabannya cuma segitu, apa kamu nggak mau nyobain..?" ucap Shebi yang sedikit kesal karena tanggapan saya hanya sebatas itu, sedang posisi kami sudah semakin dekat.

Shebi menarik sedikit ke atas long dress yang dikenakannya, dan terlihat paha mulus yang sedikit memperlihatkan timbunan lemak di sisi-sisinya dan sedikit CD hitam. Saya pun terdiam sejenak, lalu saya pegang kepala dan menatapnya serta meyakinkannya.

"Sheb.., bukannya aku tidak ingin mencoba tawaran yang spektakuler ini, tetapi kamu harus lihat kita ini dimana..? Tetapi bila kamu tawari aku di posisi yang tepat, tentulah aku tak akan menolak..!" kata saya mencoba menenangkan suasana yang semakin panas itu.

Saya sadar bahwa kami datang ke tempatnya DB dalam rangka suatu kerjaan, dan aku termasuk orang yang menjunjung tinggi profesionalisme.

"Aku tau apa yang kamu khawatirkan Dra.." balas Shebi sambil menutup bibir saya dengan jari telunjuknya.

"Kau harus tau bahwa DB itu penganut seks bebas, dan tentu doi tak akan marah kalau kita bercinta di sini, dan lagi pula di sini tidak ada orang lain selain DB.." kata Shebi mencoba meyakinkan saya sambil perlahan mengangkat kaos yang saya pakai ke atas, dan jarinya bermain di atas puting saya sambil memainkan lidahnya sendiri membasahi bibirnya yang sudah basah.

Mendengar perkataannya yang meyakinkan dan juga ditambah dengan perlakuannya yang mencoba merangsang birahi saya, saya semakin yakin akan situasi yang ada. Saya pun mulai berani untuk meraba dada Shebi yang besar tanpa membuka pakaian yang melekat di tubuhnya. Shebi pun bertambah liar dengan menyusupkan tangannya mencari batang kemaluan saya yang sudah menegang sejak tadi. Sambil memilin putingnya tanpa membuka pakaiannya, tangan kiri saya pun bergerak ke bawah sambil membiarkan tangan kanan saya untuk tetap berada di atas dan Shebi pun mendesah.

Sampai di tempat yang saya tuju, tangan kiri saya pun meraba dari luar CD Shebi, dan terasa ada yang basah dan lengket di sana. Lalu bibir kami pun saling mendekat dan terjadi perciuman yang cukup lama. Kami pun terlihat sudah semakin berkeringat. Kemudian tangan yang berada di daerah sensitif Shebi pun sepertinya mulai aktif melorotkan CD hitam Shebi, dan saya merasakan sentuhan bulu-bulu lebat yang sepertinya tertata rapih. Shebi pun telah sukses mengeluarkan senjata kemaluan saya dan mengocok-ngocoknya perlahan. Saya yang merasa penasaran ingin melihat kemaluan orang hamil, lalu menghentikan ciuman kami dan turun ke arah kemaluan Shebi yang duduk di sofa. Ternyata tebakan saya benar, liang kemaluan Shebi yang lebat ternyata benar-benar tertata rapih. Saya pun mulai tergiur untuk merasakan bibir kewanitaan itu dengan mulai mejilatinya secara lembut.

"Achh.., achh.. kamu pintar Dra..! Truuss.. Draa..!" Shebi pun terlihat sudah tidak dapat mengontrol ucapan dan intensitas suaranya.

Shebi meluruskan tubuhnya di atas sofa sambil mengocok senjata kemaluan saya. Mendapat perlawanan yang demikian nafsunya, saya pun merubah posisi menjadi 69. Saya di bawah dan Shebi di atas. Ternyata benar kata orang, kemaluan orang yang sedang hamil itu gurih rasanya.

15 menit berlalu dalam posisi 69.

"Dra.. please..! Masukin sekarang Say..!" pinta Shebi yang sudah tidak kuasa lagi menahan gejolak nafsunya.

Mendengar itu saya tidak langsung menuruti, tetapi saya tetap saja mengigit, menjilat, meludahi liang kewanitaannya, terutama klitoris-nya yang sudah mengkilap karena basah.

"Dra.., kamu jahat..!" teriak Shebi diikuti dengan melelehnya air kemaluan Shebi yang cukup banyak dari liang senggama Shebi, yang menandakan Shebi sudah mencapai orgasmenya. Saya jilat habis cairan kental yang keluar itu sampai tidak tersisa. Senjata kejantanan saya yang terhenti bergerak itu dikulum oleh Shebi. Karena orgasmenya, Shebi mengulum kemaluan saya hingga menjadi merah. Lalu dengan bantuan tangan, saya masukkan kembali senjata saya itu ke dalam mulut Shebi sambil menaik-turunkan di dalam mulutnya.

"Aawww..!" saya berteriak karena batang kemaluan saya tergigit Shebi, "Kamu nakal ya..?" kata saya sambil menarik batang kejantanan saya dari mulutnya, lalu mengarahkannya ke vagina Shebi.

Saya tidak langsung memasukkannya, tetapi memainkannya terlebih dulu di bibir vaginanya sampai Shebi sendiri yang memajukan pantatnya agar batang kemaluan saya dapat langsung masuk, tetapi tetap saja saya tahan agar tidak masuk.

"Dra.., kamu jahat..!" ujar Shebi kesal.

"Habis kamu duluan yang mulai..!" jawab saya.

Tanpa kami sadari, ternyata pertempuran kami dari tadi sudah ada yang mengawasi, yaitu DB yang entah dari kapan dia sudah ada di dekat kami dengan mengunakan daster tanpa BH. Pemandangan itu kami ketahui karena daster DB sudah ada di bawah kakinya. Karena saya merasa sudah tidak tahan, akhirnya saya mulai memasukkan penis saya perlahan tapi pasti ke liang senggama Shebi. Memang awalnya sulit, tetapi karena Shebi minta untuk terus dipaksa, ya akhirnya masuk juga.

"Achh.. achh..!" teriak Shebi dengan wajah memerah entah karena nafsu atau karena sakit.

Ternyata liang kemaluan orang yang sedang hamil itu lebih hangat dibandingkan kemaluan wanita normal. Karena sempit dan hangatnya liang senggama Shebi, membuat saya tidak dapat bertahan lama, meskipun goyangan Shebi tidak terlalu "hot", tetapi tetap saja rasanya lebih asyik dari liang kemaluan wanita yang tidak hamil.

"Sheb.. aku mau keluar..!" kata saya ditengah-tengah nikmatnya persetubuhan kami.

"Aku.. keluarkan di mana Say..?" tanya saya menambahkan.

"Terserah kau saja Dra..!" jawab Shebi yang ternyata juga sudah orgasme kembali.

Akhirnya karena lebih enak, saya keluarkan cairan panas itu di dalam vaginanya, "Cret.. cret.. cret..!" mungkin sampai tujuh kali air mani saya tersembur di dalam liang senggama Shebi.

"Ohh.., ternyata kalian di sini sudah nyolong start ya..?" ujar DB yang membuka pembicaraan.

"Abis kita udah nggak tahan Mba..!" jawab Shebi.

"Trus gimana proyek ultah-ku..?" tanya DB sambil memakai dasternya kembali yang tadi dilepaskan ke bawah, karena DB dari tadi menyaksikan pergulatan kami sambil bermasturbasi.

"Kalau masalah itu tenang, di sini sudah ada ahlinya, tinggal kucuran dananya saja, konsepnya sudah Indra susun kok..!" jawab Shebi sambil menahan saya untuk mengeluarkan penis saya dari liang senggamanya.

"Ooo.., ok aku percaya.." kata DB, "Tapi biar Indra istirahat dong..! Masa kamu monopoli sendiri itu batang..!" jawab DB sambil mengambil wine yang ada di mini bar, lalu duduk di sana, memperhatikan kami yang akhirnya mengambil pakaian kami masing-masing.

"Dra.., kamu besok bisa ambil dananya di sini.." kata DB.

"Lo nggak mau nyobain punyanya Indra..?" celetuk Shebi, "Ntar nyesel..?" tambahnya.

"Jangan sekarang deh, abis tanggung, sebentar lagi Bapak mau jemput gue.." jawab DB.

"Ooo.." jawab Shebi yang sepertinya mengetahui bahwa DB kalau main itu tidak cukup kalau hanya 3 atau 4 ronde saja.

"Ya sudah, kami pamit dulu deh kalau gitu, biar besok si Indra saja yang datang ke sini sendiri.." kata Shebi.

Saya yang dari tadi diam saja hanya manggut tanda setuju untuk datang lagi esok.

"Tapi besok kamu datangnya malam saja ya..!" pinta DB.

"Ooo.., sekalian kamu cobain ya..?" pancing Shebi sambil tersenyum.

"Apa kamu mau ikutan Sheb..?" tanya DB.

"Nggak ah, abis main sama lo harus lama, gue takut kandungan gue bermasalah lagi.""Kalau dokter gue bilang nggak apa-apa sich gue ok aja, tapi kalau kebanyakan digenjot nanti bocor lagi..!" kata Shebi sambil tertawa.

"Ya udah ngga pa-pa, tapi kamu pasti datang kan Dra..?" tanya DB.

"Ya.." jawab saya singkat.

"Ya sudah kita cabut ya..?" ujar Shebi ke DB.

"Ya, ok lah.."

"Bye, Dra jangan lupa ya atau kontrak kita batal nich..!" sambil mencubit dagu saya.

Tamat




Pewaran buat adikku

0 comments

Temukan kami di Facebook
Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22
tahun dan adikku berusia 18 tahun.

Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut
suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua
kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat
badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian
pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku
yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang
berjalan keluar rumah.

Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia
adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah
2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan
petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap…..

Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting,
tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami
menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara
swalayan, yaitu mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa
menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik
melakukannya.

Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan
belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak
dibelai rasanya tersiksa sekali… entah kenapa aku jadi
ketagihan… Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan
tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering aku meraba-raba
payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku
orgasme.

Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini
adikku John sering mengintip aku… ini aku ketahui setelah
dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya
sendiri.

Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke
supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak
maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai
celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya
naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku,
sedangkan mamaku memangku belanjaan.

Diperjalanan yang hanya 500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan
sesuatu bergerak-gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol
adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku
membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan.

Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan
dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang
sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya.

Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan
tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku
berusaha bersikap biasa.

Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku…
Aku sangat terangsang sekali… dia meraba dan membelai-belai
tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana
dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan
kontolnya ke memekku. Tentu saja aku keberatan, walaupun aku
sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan
keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk
tidak melakukannya.

Dan anehnya aku malah berteriak minta
tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung
menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku
ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku
lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku
melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai
pakaiannya dan pamit pulang.

Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan
teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang
sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya,
tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.

Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku
berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku
menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga
bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan
setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku. Ketika
kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin
merasakan tubuhku juga… dia menjawab:

“Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga
lelaki” aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku
berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak,
“emang adik pernah nyobain cewe?” dia bilang “ya, belum
kak”…. itulah percakapan awal bencana itu.

Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau
merindukan belaiannya… lalu aku mulai meraba-raba tubuhku
sendiri… tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku
inginkan… sekilas aku membayangkan adikku… lalu aku
memutuskan untuk mengintip ke kamarnya… Malam itu aku
mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari
lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget
sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana
dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani,
aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku,
gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku… Dan
yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan
namaku… Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan
marah… aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa
yang baru saja aku saksikan.

Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan
adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi
pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia
sangat senang aku dating… ditariknya aku ke kamarnya dan kami
langsung bercumbu… saling cium saling hisap dan
perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya
kami telanjang bulat.

Gilanya begitu aku melihat kontolnya,
aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya…
sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan
terpaksa aku melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan
mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku.

“Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya” lalu dia mula
menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya
mencari-cari lubang memekku… begitu unjung kontolnya nempel
dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah
langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku…
“Ohhhhh…” katanya.

Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi
ke memekku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena libidoku
masih sangat tinggi.
“Puaskan aku dong… aku kan belum…” rengekku tanpa
malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku…
“Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca” katanya
tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aku menyembunyikan
kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah
ketika keluar dari rumahnya.

Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku
untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali
lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampai
setiap orang di bis.

Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke
sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung
menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan
libidoku dengan cara berolah raga.

Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai
berenang dan puncaknya kami mandi sauna. Karena sport club
tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar
denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang “kak, baju
renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga
keluar, percuma sauna”

“Abis pake apa” timpalku, “aku ngga punya baju lagi”

“Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka”
katanya

Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan
menganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aku
memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku
tadi… Tapi “ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku
telanjang juga”.

Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang
sangat berani… kulihat dia berkali-kali menelan ludah, aku
pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya
sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat
segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku… adikku
terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku
sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku
onani dan yang membuat libidoku malah memuncak adalah kepala
kontolnya muncul diatas celana renangnya.

Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke
bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku
melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi
pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan.

Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku
memulainya dengan berkata:

“Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu”

“Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe
bahenol” katanya

“Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik” kataku
lebih berani

“Iya yah…” katanya sambil berdiri dan membuka celananya…

Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku
melihat batang kemaluan adikku yang begitu besar.

Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke
tempatnya.

“Kenapa dimatiin” kataku

“Udah cukup panas kak” katanya

Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali
duduk, kami saling memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba
cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding
memekku, apalagi melihat kontol adikku.

Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak
keluar, tapi adikku malah mencegahku “nanti kak”.

“Kan udah saunanya ” timpalku, aku sangat kaget dia berada
tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara
takut dan ingin.

“Kakak udah pernah gituan belum kak” kata adikku

“Belum” kataku, “emang kamu udah..?” lanjutku

“Belum juga kak, tapi pengen nyoba” katanya

“Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya” kataku berbalik
kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku
memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku
yang besar menempel di kontolnya.

Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah
adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan
menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup
G-string.

“Oh kak…. bahenol sekali, aku pengen nyobain kak” katanya
dengan nafas memburu.

“Aw… dik ngapain kamu” timpalku tanpa berusaha merubah
posisiku, karena memang aku juga menginginkannya.

“Pengen ngentot kakak” katanya kasar sambil menekan batangnya
kepantatku.

Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, “Aku kan
kakakm John, inget dong”

Adikku tetap memegang pinggulku “tolong kak.. asal nempel
aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga tahan banget”

“Tolong kak,” katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau
kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak”.

Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan
tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca,
libidoku tambah naik..
“Persetan dengan pacar brengsek” batinku.

“Jangan disini” pintaku.

“Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit” katanya meremas
pinggulku.

“Kakak belum siap” kataku.

“Kakak nungging aja, nanti aku panasin” katanya.

Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang
grendel pintu, aku menungginginya dan dengam pelan-pelan dia
membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di
belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat
memeku dari belakang…

“Oh… ngapain kamu dik…” kataku tanpa melarangnya.

Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari
belakang.. ohhhh… gila pikirku… enak banget, pacarku saja
ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus
menjilati memekku

“Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana” rintihku… Tanpa
menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas
bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan
bagian dalam memekku gatal sekali…

Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku..
“Udah panas kak” katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan
memukul-mukul kepala kontolnya kepantatku….

“udah….” kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah
adikku…

“Jangan bilang siapa-siapa yah dik” kataku.

Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya
yang besar… dia kesulitan…

“Mana lubangnya kak..” katanya.

Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam
kontolnya dan menuntun ke mulut goaku…

“Ini dik” kataku begitu tepat di depannya, “gesek-gesek aja
yah dik”.

“Masukin dikit aja kak” katanya menekan kontolnya.

“aw… dik, gede banget sih” kataku, “pelan-pelan….”.

Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku
pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit
sedikit… tapi tidak sampai lepas… terus ia lakukan sampai
membuat aku gemas….

“Oh.. dik…. enak…. dik…. udah yah…” kataku
pura-pura…..

“Belum kak…. baru kepalanya udah enak yah….”

“Memang bisa lebih enak…???” kataku menantang.

Dan…. langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya
yang besar amblas ditelan memekku”

Aku merasakan perih luar biasa dan “aw…. sakit dik…”
teriakku.

Adikku menahan batangnya didalam memekku ….
“Oh…kak…nikmat banget…..” dan secara perlahan dia
menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar
biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga
adikku…

“Oh, kak… nikmat banget memekmu..” katanya.

“Ssssshhhh… ia dik… enak banget” kataku.

Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku
merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul
erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya
maksimum.

“Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget…” katanya

Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut
kontolnya di memekku…

“Ma kasih kak” katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku
lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis.
Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali
diri.. “kenapa adikku????”

Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas
perbuatannya di ruangan sauna… Aku hanya bisa berdiam
merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi…

Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena
dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila
lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari
semalam.

Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada
seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah.
Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.

Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari
adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila
bersetubuh dengan adikku.

Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan
adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak
aku juga sangat ketagihan permainan seks

Tamat




Semalam bersama Lina - 1

0 comments

Temukan kami di Facebook
Saat usia TK, aku pernah memergoki kedua orang tuaku 'menunaikan' tugas' rumah tangga, karena tempat tidurku hanya terpisah oleh kain gorden dengan kedua orang tuaku.

Pada usia SD, hobby mengintip orang mandi telah membakar otakku untuk lebih 'encer'. Sampai kemudian sejak SMP pelajaran 'mempermainkan jari' telahku lampaui dengan penuh keberanian dan kenekadan setiap kunaiki kendaraan umum, gara-gara hobby baruku nonton bokep.

Baru usia SMA, seorang teman menertawakan ketololanku karena belum pernah melakukan onani dan hanya mengandalkan mimpi basah. Sementara adik-adik kelas antri untuk menjadi mangsaku (mengingat saat itu aku aktif sebagai ketua OSIS).

Dan akhirnya keperkasaanku terjajal setelah lulus SMA. Ketika sekolah di Selandia dan Belanda, pengalamanku bertambah sedikit demi sedikit sampai akhirnya menjadi co-pilot dan ber-advontur di pelosok negri.

Salah satu kisahnya adalah berikut ini:

Ini adalah kali ke lima aku mendapat schedule 5 hari Ambon-Ternate.
Kali ini capt. Frank yang hobby bobok masih menjadi bosku, didampingi seorang pramugari montok bernama Yuni dan pramugara gebleg bernama Ardi.

Seperti biasa hari pertama adalah hari perkenalan antar crew.
Capt. Frank orangnya gempal tapi funky, terkenal jago 'cari' cewe kepulauan di kalangan senior.
Ardi seorang pramugara senior yang gak kalah gila dengan para captain 'girang'.
Yuni pramugari senior berwajah manis bertubuh montok karena pakai spiral sebagai pengaman kalo terjadi 'insiden'.
Sementara aku hanyalah ampas bila dibandingkan mereka bertiga pada saat itu.

Malam kedua sehabis last landing, om Frank kutemui sedang ngobrol dengan petugas restaurant hotel Ambon Manise, sembari menunggu ketiga anak buahnya makan malam bersama. Lima menit kemudian kedua rekan lainnya menyusul kami.
Kami dinner diselingi gelak tawa sembari ngobrol tentang pengalaman-pengalaman adult selama tugas terbang, sementara aku cuma menjadi pendengar yang 'memendam' perasaan.

Demikian juga schedule hari ketiga.
Pada malam keempat nampak kejenuhan mulai menggelitik kami berempat. Namun nampaknya si captain dan sang pramugara telah memiliki jam terbang cukup banyak untuk menyelesaikan masalah mereka masing-masing.
Yuni nampaknya juga tak berminat untuk merasakan kegerahan mereka
berdua, hal ini nampak sekali karena selama tiga hari ini Yuni lebih lengket
padaku, maklum doski mending milih sasaran yang lebih 'empuk' kalo terpaksa.
Hal ini diperkuat ketika pada malam terakhir (ke 5) Yuni semakin berani mencari kesempatan ngobrol berdua denganku. Memang aku nggak good looking amat, cuman kalo itil udah gatel, apa mau
di kata. Begitulah kira-kira opininya di satu kesempatan kami berdua.

Malam itu, pukul tujuh, Yuni menelepon katanya pengin ngobrol. Kucari berbagai dalih agar itu tak terjadi. Yuni memanggilku ke kamarnya, biar lebih enak ngobrolnya karena aku gak mau dimasukin ke daftar gosipnya (prisipku: sex ok - stewardesses no) aku tantangin biar dia ke kamarku.
Eh dasar udah kebelet kali, Yuni menyambut tantanganku, setelah menutup telepon, doski mengetuk pintu kamarku.
Sekarang aku yang panik, Yuni masuk kamarku dengan daster mini. Kakinya mulus berbentuk indah, kemontokannya memang tak bisa disangkal.
Tergoda juga sih, but prinsip is prinsip. Bagiku tinggal sontok dan tanpa tawar lagi. Namun keberuntungan masih di pihakku, telepon berdering. Ternyata co-pil dari pesawat lain yang ternyata temenku, juga nge-RON (Rest Over Night) ditempat yang sama. Namanya Hari.

"Jul....lagi ngapain lu?"
"Bengong....kenapa?"
"Bantuin gue dong !"
"Bantuin ? Emang kenapa?" lalu si Hari cerita, katanya dia pas jalan-jalan kenalan sama tiga ABG
setempat, manis-manis, tapi Hari kewalahan mengaturnya. Hari kemudian minta bantuanku untuk menemaninya.
"Thanks god..." batinku. Karena aku akhirnya punya alasan cabut dari terkaman macan, dan dengan sedikit 'speak nabi', aku terlepas dari cengkraman Yuni, yang kemudian kembali ke kamarnya dengan muka di tekuk.

Namun membantu tak teman tak selamanya berjalan mulus. Singkat cerita, kami (aku & Hari) berhasil di kadalin sama tuh tiga ABG lokal Ambon, tapi aku tak terlalu sekecewa hari yang telah bermimpi sebelum tidur.

Kembali ke hotel ku telepon Yuni, namun dengan suara malas Yuni mema'afkanku telah meninggalkannya dalam keadaan horny tadi. Yah, padahal aku udah sedikit berubah pikiran sebenarnya.

Kututup telepon, kuturun kebawah hotel, dimana ada bar dan karaoke di sana. Kupikir ada baiknya melepaskan ketegangan, karena besok hari terakhir di Ambon (setelah itu aku belum pernah ke ambon lagi hingga sekarang Ambon dilanda tragedi).

Di tempat karaoke, aku datangi bartender yang juga merangkap petugas hotel. Namanya Alex dan kami biasa bertukar cerita tentang kehidupan malam.

Menjelang jam dua belas, sudah empat lagu kunyanyikan bergantian dengan pengunjung lainnya. Jam satu, karaoke akan tutup. Karena bir, rasa kantukku terlanjur lenyap. Jam setengah satu Alex mengahampiriku,
"Jul"
"Da-pa lex?"
"Liat cewe sebelah kananmu, tempat duduk paling ujung !"
"Iya, kenapa lex?" tanyaku setelah melihat seorang wanita bertubuh sintal, berbaju rapi bercelana jeans ketat.

"Katanya, dia tertarik kaos kamu, dia nanya itu kaos Joger apa bukan..." emang kebetulan, aku memakai kaos Joger hijau tua bertuliskan : "ma'af anu saya cuma 'L' "
"Cakep nggak lex? dari sini terlalu gelap" Alex hanya mengankat dua jempolnya.
"Kamu kenal lex?"
"Dia sering kemari jul..., katanya baru sekali liat kamu, kalo boleh kaosmu mau dia beli, katanya kaos Joger cuma ada di Bali...."
"Lah, ntar gua pake apa lex ?"
Alex diam menunggu reaksiku.
"Trus bilang apalagi lex ?"
"Dia nanyain nama kamu sama asalmu.....katanya mukamu seperti orang jawa.."
"Kamu kasih tau aku kerja dimana?"
"Beta bilang aku belum kenal juga jul..."
"Ok...kali ini mau tolongin aku gak lex?"
"Pasti jul, asal jangan lupa temen aja..., apa yang beta bisa bantu?"
"Tolong kasih nomor kamarku ke dia, suruh dia ambil sendiri kaosnya dikamarku, gak usah bayar..."

"Ok bos.!"
"Dan...."
"Ada lagi..?"
"Kasih aja nama asliku, tapi bilangin kalo aku gigolo dari jawa"
"Udah..?"
"Udah itu aja, sekarang aku mau ke kamar dulu, persiapan...." Alex nyengir, tapi dia paham luar kepala akan maksudku.
Setelah meyelipkan beberapa lembar uang tip dan membayar bir, aku kembali ke kamar.

Tiba di kamar, semua perabot yang berhubungan dengan profesiku kumasukkan ke dalam lemari, dari sepatu, koper, topi, dasi, ID...pokoknya ruangan kurapikan dengan kilat agar terkesan aku sedang berlibur di Ambon.

Dan dugaanku benar, telepon berdering. Setelah kuangkat terdengar suara merdu seorang wanita... (kalo malem suara wanita ga'ada yang jelek pokoknya... heh... heh...)
"Kaosnya udah dibungkus dik..?"
"Eh...udah mbak...kirain ga beneran..." jawabku menangkap isyaratnya..
"Kamar 306 kan?"
"Betul mbak.."
"Saya ke sana?"
"Saya tunggu mbak..."
"krekk!" telepon ditutup.

Dag-dig-dug juga aku nunggu saking tegangnya...

Sengaja kubuka pintu sedikit, tak sampai 2 menit, pintu kamarku terbuka dengan pelan. Nampak seraut wajah cantik melongok kamarku.
"306?"
"Masuk aja mbak..."
Wanita cantik berumur sekitar 28 itu masuk. Rambutnya dipotong sagy, lurus hitam sepundak, matanya sendu sedikit kubil, hidungnya bangir, mulutnya mungil indah, lehernya jenjang, kulitnya putih, dadanya nampak penuh, sekitar 36 B.
Tubuhnya busyet dah pokoknya.
Pinggangnya ramping, kakinya indah...

Sejenak aku tercekat, ada sedikit sesal akan membohongi manusia secantik ini, ada juga remang dibagian belakang leherku.
"Jangan-jangan bukan manusia..." pikirku
"Halo...?", suaranya menyadarkanku
"Eh...ng...iya mbak...ini......." jawabku agak parau sambil menunjuk kearah bungkusan kaos Joger.
"Kepalang tanggung" begitu pikirku pada akhirnya.
"Nova..."
"Lina..."
Tangan lembutnya menyambut tanganku yang mendingin.
"Duduk dulu mbak.." kataku sok santai sambil melangkah ke arah kamar mandi.
Di kamar mandi aku menenangkan diri, kutarik napas dalam-dalam.
"Sabar jul..." begitulah kira-kira kata hatiku.
Sekitar dua menit kemudian darahku sudah mengalir lebih tenang. Ketika keluar dari kamar mandi, Lina sedang menelepon.
Lina menoleh, menutup telepon dan tersenyum.
"Siapa lin?"
"Ngga ada suara, telepon kaleng kali"
Aku tersenyum kecut, "wah pasti si yuni" pikirku.
"Udah makan?"
Lina mengangguk.
Kuambil dua kaleng green sand dari kulkas kecil, dan kusodorkan rokok A mild menthol.
Lina mengambil sebatang rokok, dan langsung menyalakannya.

Bersambung . . .




Semalam bersama Lina - 2

0 comments

Temukan kami di Facebook
Hal selanjutnya, kami bercerita tentang pengalaman kami. Ternyata Lina adalah seorang wanita panggilan khusus tamu penting hotel.

Tarifnya lumayan tinggi meski masa itu belum jaman likuidasi. Bercerai di usia 22 dengan satu anak laki-laki berusia tiga tahun. Keturunan china campur manado.

Malam itu kebetulan tidak ada "tamu penting" katanya. Lalu Lina bercerita tentang riwayatnya mencari nafkah over night seperti ini.

Untuk mengimbanginya, aku mengarang cerita tentang seorang gigolo muda yang belajar memulai profesinya di Bali, yaitu aku sendiri.
Kuceritakan saat itu aku baru berlibur ke ambon sekalian ke rumah teman lama.
Maksudku baek. Setahuku, Lina mengajak bertukar cerita karena telah diberitahu alex kalo aku seorang perek lanang.

"Nov, aku nunggu pagi di sini ya ?!"
"Tenang aja lin.....anggap aku pacarmu.."
Lina mecibir.
"Kalau cape tiduran aja lin..."
"Kamu aja nov, tanggung udah jam tiga, jam lima aku pulang koq.."
Aku tersenyum, sekarang aku melangkah ke arah tempat tidur, "ya udah, aku aja yang selonjorin kaki, sory ya aku duduk di tempat tidur"
Lina tersenyum terus menunduk. Kulihat pipinya memerah.
Kugeser dudukku. Kami saling berpandang sejenak, lalu kuberi isyarat dengan mata agar Lina duduk disebelahku. Dengan pelan Lina beranjak ke arahku.
Mukanya tambah memerah, menambah debaran di hatiku.
Tiba-tiba dengan tak kuduga Lina melepaskan bajunya..
"takut kusut kalo pulang nov...."

Kututupi mata takjubku akan keindahan tubuh bagian atasnya yang kini hanya mengenakan BH hitam tipis.
Tampak dua belahan itu tak tertampung dengan sempurna dan sedikit menyembul di sana-sini.
Lina masih menunduk saat sisi pantatnya menyenggol pinggangku.

"Ada yang lain lagi yang kaupikirkan..?" tanyaku agak bergetar.
Lina menggeleng lembut.
"Apakah pikiran kita sama?"
Kali ini Lina mengangkat wajahnya mencoba menatapku.
matanya..... akh... indah sekali....

Kudekatkan mukaku perlahan, mataku tak pernah lepas dari matanya. Lina hanya memiringkan sedikit kepalanya. Bibir kami saling menyentuh. Melebur dengan lembut, lalu menghangat...
Kuraih tangan Lina, kurangkulkan ke leherku, bibir Lina semakin hangat..
Kuraih pinggang Lina, kutarik sedikit kebawah hingga rebah tanpa melepaskan pagutan kami..
Kini bibir Lina semakin aktif ...
Kulepaskan pagutan, Lina terkejut menatapku, lalu kusambut lagi dengan ciuman yang lebih menggelora, lidah kami bergelut dan menari di dalam...

Saat panas mulai hinggap, kutarik tubuhnya dengan pelan hingga Lina duduk di pangkuanku..

Kini Lina yang melepaskan ciumannya terlebih dahulu, matanya terbalik memutih lalu kepalanya mendongak penuh, dengan cepat kusambut leher jenjangnya... putih dan harum..

Kujilati dengan napas agak memburu...
Lina melenguh...
Badannya menngelinjang..
Jari-jari tanganku dipunggungnya mulai mencari tali pengikat BH nya, dan berhasil...
Kini permainan benar-benar dimulai....

Sambil mengatur nafas jilatanku menurun ke arah dadanya, lidahku berputar-putar disekitar putingnya yang pink kehitaman...
Tubuh Lina bagai menari dipangkuanku, pantatnya mulai bergoyang dengan liar...
Sampai akhirnya, pertahanannya bobol saat lidahku berekreasi di putingnya...
Menekan, memutar, menghisap.... menarik-narik kecil.....
Tiba-tiba dengan cepat Lina mendorong dadaku dengan kuat...
Aku sampai terkejut, posisiku terlentang kini Lina di atasku...

Sekarang matanya tak sendu lagi, dengan agak kasar Lina menarik kaos ku ke atas, setelah terlepas, lidahnya langsung memburu puting susuku yang mungil...
Menjilati dadaku yang agak kerempeng..
Menjilat-jilat seputar pusarku...
Tanganku tak bisa kugerakkan dengan leluasa, kedua tangan Lina mencengkeramnya, bagai sedang memperkosa..

"Ssst... jangan bergerak dulu..." begitu bisiknya.
Lalu Lina berdiri di tempat tidur, dengan agak terburu dia loloskan celana jeans ketatnya...
Sengaja mataku agak kusipitkan agar tak terlihat terlalu terpesona akan keindahan tubuhnya, dan yang tak kalah indah adalah momen saat celana dalam hitamnya diturunkan...
Striptease dimanapun akan kalah dengan apa yang kulihat barusan....

Lina jongkok. Kini dengan pelan, layaknya memang telah berjam terbang tinggi, Lina menarik resleutingku dengan pelan, namun sigap sekali saat menarik lepas blue jeansku..
Nampak sekilas kilatan matanya yang cerah saat melihat apa yang ada di balik GTman ku...
Dilepaskannya cd-ku sebatas paha, diarahkannya ke arah mulut untuk gerakan wajib BF (sepong)...

Bagaikan mengulum pindy pop ukuran jumbo, Lina membuat mataku kini yang terbalik memutih... (kalo kerasa melek cuman ga liat apa-apa berarti kan itemnya ga keliatan...)
Lina mengurut-urut kepala kontholku dengan bibirnya (yang aku heran, bibirnya tipis, tapi rasanya tebal bukan main...)
Belum puas memperlakukan jagoanku bagai ice cream, kini Lina menyedotnya, tak sekedar menghisap lagi...
Sampai akhirnya mulutnya penuh dengan pejuhku. Lina menelannya, lalu membersihkan mulutnya.

Kini giliranku, tanpa skenario, Lina telah merebahkan tubuhnya.
Kuraba pahanya, kujilati dengkulnya, kubalik tubuhnya.
Kutarik sedikit pinggangnya hingga menungging lalu kuciumi pantatnya, Lina terus menggelinjang.
lenguhannya menambah semangat juangku...
Kedua jempolku membuka belahan pantatnya..
Kuciumi urut dari paha ke atas ke arah pantatnya, lalu sampai ke duburnya...
Kujilati duburnya...
Lina mengerang beberapa kali...

Kualihkan tanganku ke vaginanya...
Kuelus-elus sambil menjilati lubang anusnya yang sangat bersih...
Lina membalikkan tubuhnya, rambutku dijambak ditarik ke arah vaginanya...
Geliatnya berhenti sejenak saat mulut mulai menciumi paha bagian dalamnya.
Kepalaku dibenamkan ke arah mekinya, aku bertahan..
Kujilati sekitar memeknya...
Baru disitu aku mengamati itilnya..
maybe, it's the biggest clito i've ever seen....so far... ya,
Kelentitnya berwarna merah daging mentah, besar sekali, benar-benar menyembul jelas untuk ukuran itil yang biasanya....
Sementara napas Lina sudah tak karuan...
Kasihan....

Kini lidahku kujulurkan, mengarah kelentitnya yang luar biasa besar, sata kujilat pertama kali, Lina menjerit tertahan...
Tubuhnya sangat tegang lalu mengendur...

Tiap kujilat tubuhnya mengeras, dengan gemas kukulum kelentitnya, setelah amblas dimulut kumainkan dengan lidah...
Kepalaku dicengkram dengan kuat, sesekali kusedot-sedot lalu jilat, ambil napas, dan Lina semakin menggelepar.
Bodo amat dengan berapa kali dia orgasme...

Saat itu Lina telah membanting-banting kepala dan pantatnya ke kasur, tangannya mencengkram kencang kepalaku, sementara keringat telah membasahi tubuh kami berdua beberapa saat kemudian, kontholku yang telah gemas terasa berdenyut-denyut meminta bagian.
Kali kesekian Lina mengerang kutarik tangannya agar melepaskan kepalaku..
Akupun sudah tak kuat menahannya...

Tatapan Lina bak macan saat melihat kontholku siaga satu di depan lobang surgawinya..
Tangannya memegang erat tempat tidur, perlahan dengan napas tersengal-sengal kakinya diangkat ditariknya sebuah bantal, ia taruh di bawah pantatnya.
Tampak jelas kini lubangnya telah menganga.. menahan rindu.... kutekan sedikit pahanya kearah dadanya. Kusorongkan kontholku dengan pelan dan jantan baru menyentuh bibir luar, Lina sudah mengerang dan tubuhnya menegang...
Namun pantatnya tetap tabah menyangga lobang senggamanya...

Saat setengah masuk, Lina berhenti bergerak, matanya jadi sendu kembali. Tatapannya jauh masuk ke alam mayaku.
Dengan sedikit hentakan, aku masuk, mata Lina mendelik, mulutnya terbuka tapi tak bisa berteriak, perlahan kuputar, kuaduk, kukocok dengan pelan....
Lambat laun Lina mulai mengikuti irama...

Saat irama telah sama, bagian bawah tubuh kami seperti senyawa lalu tenggelam bergoyang semakin cepat semakin cepat, lalu pelan lagi...
Kami tak mengganti posisi...
Dengan satu posisipun kami telah melanglang berbagai buana pagi itu.
Setelah klimax kami tetap berpelukan, penisku masih dalam pelukan vaginanya yang penuh cairan...
Terasa punggungku sedikit perih...
Nampaknya kuku lina menggoreskan kenangan disitu...
Ada beberapa menit kami melebur dalam nafsu yang mulai terasa hangat dihati..

Kami berpelukan lama dalam posisi ini...
Kubiarkan Lina menikmati buaian sisa orgamesnya sampai kemudian kubalik posisi agar dada Lina agak lega, kubelai rambut Lina yang basah oleh keringat, wajahnya sayu dengan sisa-sisa kepuasan.
"Jam lima kurang lima lin...."
Lina tersenyum dan kami bangkit dari tempat tidur...
Di bath-up kami berendam berpelukan, Lina kudekap didepanku, kami tak banyak bercakap lagi sesudah itu...
Pukul lima seperempat kami keluar dari kamar mandi...

Setelah memakai pakainnya Lina memelukku erat seakan tak ingin dilepaskannya.
Persis setengah enam, Lina melangkah ke arah pintu setelah sebelumnya memagut bibirku cukup dalam dan lama...
Dengan anggukan halus kulepas tatapan mata Lina saat keluar dari pintu kamarku..
Di tangan kirinya Lina menjijing tas plastik berisi Joger.

Aku tersadar ketika dering telepon memecah lamunanku, terdengar suara captain Frank disana,
"Kamu ikut pulang nggak?"
"Lima menit lagi capt", kataku kosong.
Setelah berpakaian lengkap, aku turun ke lobby, ternyata mereka berempat telah menungguku check out.

Di perjalanan menuju bandara, Captain Frank berbisik "lembur ya?" (lembur = lempengin burung), aku tersenyum kaget, rupanya yang semalam meneleponku adalah si Captain.

Tamat




Aku dan Iparku

0 comments

Temukan kami di Facebook
Namaku Darma aku seorang pria berumur 33 tahun. Aku tinggal dirumah mertuaku dengan bapak dan ibu mertua, istri dan anakkun serta saudara kembar istriku yang bernama Bella.

Suami Bella adalah seorang yang keras dan suka main pukul, dalam pernikahannya Bella harus mencari nafkah sendiri untuk bekerja karena semenjak suaminya tak tinggal dirumah itu lagi suaminya tak pernah memberi nafkah.

Karena hanya tamatan SMA maka Bella minta agar diajari komputer. Dengan persetujuan istriku aku mengajarinya komputer setiap hari sehingga antara aku dan Bella semakin hari semakin akrab. Bahkan anak BEllapun juga semakin manja kepadaku, hal ini tentu saja membuat Bella semakin senang.

Satu ketika ketika dirumah hanya ibu mertuaku, aku dan Bella karena saat itu istriku beradadirumah kakaknya sementara bapak mertuaku pergi ke kelurahan, Bella keluar dari kamarnya dengan mengenakan kaos tanpa lengan dan celana yang sangat pendek sekali dan menegetuk pintu kamarku. Tapi karena tak ada jawaban maka Bella masuk ke dalam kamarku, pada saat itu aku sedang dalam keadaan tidur dengan hanya memakai celana pendek tanpa celana dalam sehingga si "Rocky" yang lagi tegang2nya jadi terlihat jelas.

Sebenarnya aku tidak benar2 dalam kondisi tidur dan aku tahu waktu Bella mengetuk pintu kamarku tapi aku sengaja diam danberpura-pura tidur agar Bella masuk kekamarku karena pagi itu aku berjanji untuk mengajarinya komputer lagi. Dan "Rocky"ku bangun karena memang aku membayangkan sedang bercinta dengan BElla. Ketika Bella masuk kekamarku aku tidur menghadap kearah kaca besar yang ada disamping tempat tidur jadi saat Bella membangunkan aku dengan menggoyang-goyang pundaku aku pun pura-pura bangun membuka mata sambil merubah posisi tubuh menjadi terlentang, hingga saat aku kan bertanya "Ada apa Bel?"

Bella lebih dulu berkomentar :" Ih pagi-pagi "itu" kamu kok masih berdiri tegak sih, semalam nggak dapat jatah dari Manda ( Amanada adalah nama istriku)?".

Akupun menjawab:" bukan nggak dapat jatah tapi gara-gara aku mimpi bercinta dengan seorang wanita yang bukan istriku, Nah tadi itu lagi seru-serunya tahu-tahu kamu bangunin aku, mimpiku jadi rusak karena kamu !"

Sekarang Bella duduk di bagian tepi ranjangku, kemudian dia berkata :" Iya deh sorry aku nggak sengaja, tapi kalo boleh tahu kamu mimpi bercinta saa siapa?". Aku menjawab:" Nggak ah nanti kamu bilangin ke Manda bisa gawat aku." Kata Bella :" Kalo kamu nggak mau ngomong malah aku laporin sama istrimu, ayo ngomong sama siapa?", Bella berkata begitu sambil mencubit pinggangku karena merasa sakit aku memegang tangan Bella dan menariknya hingga dia jatuh diatas dadaku.

Akupun segera megulum telinganya hingga dia menggelinjang tak karuan dan mebisikkan di telinganya "Aku mimpi bercinta sama kamu cantik".

Matanya melotot kaget tanpa memberinya kesempatan aku segera melumat bibirnya, memainkan lidahku didalam mulutnya, Bella meronta-ronta akhirnya aku mengendurkan pelukanku ketubuhnya . Akhirnya dia bertanya" bagaimana dengan Manda?" akupun menjawab: Ber aku waktu nanti akan aku jelaskan padanya".

Aku tak mau kesempatan emas ini hilang sia-sia maka tanpa banyak bicara aku melumat bibir Bella dengan penuh perasaan tanganku mengusap-usap punggungnya , dari bibir mulutku pindah kelehernya dan telinganya. Bella memeluk tubuhku dengan erat sementara bibirku terus menjelajah bibir, leher dan telinganya. Aku berkata kepadanya " Cantik kaosnya kubuka ya?" dia hanya mengangguk dan tanpa bertanya lagi aku juga melepas celana pendek dan celana dalamnya kemudian aku membuka celanaku sendiri.

Aku menyuruh Bella tengkurap ( sungguh indah tubuhnya yang putihmulus itu kupandangi dari belakang mulai betis paha pantat punggung dan rambutnya yang panjang. Aku menghisap jempol kaki Bella bergantian gari kanan lalu kiri sambil tanganku membelai lembut betis dan pahanya, medapat perlakuan seperti itu Bella hanya mendesis dan mengerang "ooouuchh sssssshhh Dharma sayang kamu apakan aku sssshhhhhoooucchh.

Lalu aku menciumi dan memnjilati betis dan pahanya mulai dari hinggan keatas lalu turun lalgi pelan-pelan kebawah. Puas dengan itu aku menaiki tubuhnya dari belakang Bella masih tengkurap sehingga "rocky"ku mengganjal dibongkahan pantatnya aku mencimui leher punggung dan telinganya sementara tangan memainkan puting susu Bella sambil menekan-nekankan "rocky" kepantat si Bella.

Merasa ada yang mengganjal dibongkahan pantatnya Bella mengangkat pinggulnya sehingga "rocky"ku makin kuat menekan pantatnya. Sambil mendesis Bella berkata " Sayang masukkan aja ssssh aku udah nggak kuat ".

Aku membalik tubuh Bella tapi bukan untuk memasukkan torpedoku ke dalam missVnya Bella tapi aku memutar badanku hingga mulutku tepat berada di didepan missVnya Bella dan torpedoku si "rocky " tepat berada diwajah Bella, aku mulai menjilat dan menghisap klitoris Bella, bella menggelinjang dan mendesis "sssssshhh oouhsayang enak sekali" akhirnya aku merasakan ada yang basah dan hangat di torpedoku ternyata Bella mengulum dan menjilat torpedoku dengan lembut membuat aku jadi melenguh keenakkan, aku terus bermain-main dengan klitoris Bella hingga tiba-tiba Bella menyedot torpedoku dengan kuat dan menggeram dengan kuat dan menjepit kepalaku kuat-kuat dengan pahanya yang putih mulus " hhhhhhh arrgggghh" dari missV Bella keluar banyak cairan kenikmatan.

Bella melepaskan torpedoku dan berkata dengan napas yang tersengal-sengal "sayang masukkan pinyamu ini aku pingin merasakan punyaku dimasuki oleh punyaku. sambil mencium bibirnya dengan mesra aku berkata: " aku akan memuaskanmu sayang".

Torpedoku sudah bersiap-siap meluncur masuk ke sarangnya aku tekan dengan kuat tapi sulit untuk masuk padahal V nya sudah benar-benar basah, Bella merintih "pelan-pelan sayang punyamu kegedean". Akupun memebuka paha Bella lebih lebar dan dengan perlahan mulai mendorong masuk punyaku ke miss V nya Bella. Setelah berhasil masuk seluruhnya aku memainkan dengan lembut agar Bella terbiasa sambil jempolku bermain-main di klitorisnya Bella medesah dan meracau tak karuan "Ouuuggh aduh penuh sekali punyaku essshh enakhh sssekali sayang goyang lebih cepat aku nggak kuat aku amu orgasme lagi".

Akupun menggoyang pantatku dan menarik pantaku maju mundur membuat kemaluan Bella semakin banjir oleh cairan kenikmatannya hingga akhirnya Bella memekik tertahan dengan menggigit pundakku " ooooh hhhmmmp sayang aku keluar ooocch aku pingin teriak rasanya hhhhmmmppp ssshh."

Aku tak mengiraukan pundakku yang sakit karena digigit aku semakin mempercepat kocokkan torpedoku di vagina Bella hingga Bella semakin merintih tak karuan dengan mata terpejam dan terbuka hanya terlihat putihnya saja 10menit kemudian dengan mengejang sekuat-kuatnya Bella mendorong tubuhku memaksa aku menarik torpedo karena saat itu Bella mendapatkan orgasmenya yang ketiga sambil terkencing-kencing dengan tubuh menggeliat-liat tak karuan "hhhhmmmmp ssssshhh aaaakh aduh eeenak sekali sayang aku nggak pernah seperti ini" .

Dengan mencimu bibirnya aku katakan padanya bahwa dalaminya barusan adalah squirting, dan itu lebih enak dari orgasme yang biasa. Ketika sedang asyik-asiknya menciumi bella tiba- aku mendengar ibu mertuaku memanggil nama Bella.

Tamat




Asyiknya poligami

0 comments

Temukan kami di Facebook
Aku hanya ingin berbagi cerita sukses tentang berpoligami. Perkenalkan namaku Arsyad, umur 35 tahun. Aku menikah pertama kali pada usia 26 tahun dengan seorang wanita bernama Nurshanti yang pada saat kunikahi usianya masih 20 tahun. Jujur aku sangat puas memiliki isteri seperti Nurshanti yang cantik dan hangat di ranjang. Namun setelah lima tahun kami menikah mulai timbul masalah, yakni Nurshanti divonis tidak bisa memberiku keturunan.

Setelah berdiskusi panjang lebar, akhirnya isteriku itu setuju dan rela untuk dimadu, tapi dengan syarat dia yang mencarikan isteri keduaku. Aku sih tak ambil pusing dengan itu.

Suatu hari ketika pulang kantor, aku akhirnya dipertemukan isteriku dengan calon pilhannya. Dia ternyata teman dekatnya waktu SMP dan sekarang sudah menjadi janda, namanya Dina. Pertama kali bertemu tentu aku sangat canggung, bagaimanapun aku ingin tetap menghargai Nurshanti sebagai isteri pertamaku, namun wanita bernama Dina itu sungguh memiliki karakter yang komplemen dengan Nurshanti.

Jika Nurshanti berwajah lembut dan keibuan, Dina berwajah agak nakal dengan gaya yang seronok. Dalam hal body, jika Nurshanti tinggi langsing dan berkulit putih, Dina justru agak montok dengan kulit hitam manis. Pada malam itu Dina menggunakan t-shirt dan rok sebatas lutut. Dari balik kaosnya itu aku bisa membayangkan ukuran buah dadanya bisa mencapai 36C, berbeda dengan Nurshanti yang cuma 34A.

Melihat Dina yang sangat menggairahkan itu ingin aku langsung menyetujui kalau Dina menjadi isteri keduaku, namun demi menjaga harga diri isteriku, aku pura-pura santai saja. Kamipun mengobrol ngalor-ngidul pada malam itu sampai waktu untuk istirahat. Selama mengobrol, aku sungguh terangsang dengan penampilan Dina yang montok dan menggoda itu, sehingga ketika masuk kamar, aku langsung menumpahkan birahiku pada Nurshanti.

Saking buru-burunya kami bercinta, kami lupa pintu kamar masih terbuka. Aku baru sadar kalau pintu terbuka ketika aku sudah dalam posisi menggenjot isteriku dari belakang dalam posisi doggy style. Saat itu aku terhenyak ketika kulihat wajah Dina yang terpaku di depan pintu kamar kami. Jelas sekali aku melihat wajah Dina yang mupeng melihat kami sedang bersenggama. Hal itu membuat aku semakin bernafsu menggenjot Nurshanti yang juga dilanda birahi. Dalam waktu tak terlalu lama, isteriku meraih orgasmenya, aku sendiri masih belum mau melepas orgasmeku.

Pada saat menyudahi ronde pertama itulah isteriku juga sadar bahwa permainan kami ditonton oleh Dina, temannya. Pertama kulihat raut wajah Nurshanti agak malu, namun ketika melihat batang penisku yang masih mengacung keras, dia kemudian memanggil Dina.

"Dina, masuk yuk!", dia berjalan ke arah pintu dan kemudian menggandeng sahabatnya yang montok itu masuk ke kamar.

"Kamu mau ini?", tanya isteriku sambil memegang batang penisku.

"Hmmm.. emang boleh?" tanya Dina malu-malu pada isteriku.

"he3x... aku kan udah bilang kalau kamu bakal jadi maduku, boleh dong coba dulu", canda isteriku.

Dengan penuh kerelaan, Nurshanti menarik tangan Dina untuk memegang batang penisku yang besar dan keras.

"Nur, benar kamu enggak apa-apa?" tanyaku

Nurshanti tersenyum padaku,"Silahkan mas, nikmati aja tubuh Dina yang montok ini".

Nurshanti kemudian memegang buah dada Dina. "Lihat nih mas, gede banget ya?", katanya padaku sambil membantu Dina membuka kaosnya. Sejurus kemudian buah melon Dina yang dibungkus bra hitam sudah terpampang indah dihadapanku. Dengan santai isteriku menarik mangkuk bra Dina sehingga puting susunya yang coklat menghadap ke arahku.

"Sini mas, dicobain susunya Dina", ajak isteriku. Dengan agak malu-malu aku meremas-remas buah dada montok Dina dan kemudian mulai mengulum putingnya.

"Wow, rakus banget mas, he3x...", canda isteriku melihat aku begitu bernafsu menikmati kebesaran buah montok di dada Dina. Kamipun tertawa bersama dan suasanya menjadi sangat cair. Dina yang juga sudah dibakar birahi semakin tak malu memintaku untuk berpindah ke buah dada yang satunya.

Isteriku tidak tampak cemburu, bahkan jelas kulihat ia jadi bernafsu lagi melihat aku mencumbu Dina. Ia justru dengan cekatan membuka rok Dina dan juga memeloroti celana dalamnya, sehingga sahabatnya itu kini sudah berbugil ria di hadapanku.

"Wah...udah basah nih mas, minta dimasukin", sela isteriku sambil meraba selangkangan Dina.

"Iya Nur, udah gak tahan nih", jawab Dina", boleh minta masuk ya?

"Tuh mas, ayo...", Dina mengelus-ngelus daerah kemaluan Dina seakan menawarkan "kue apem" Dina kepadaku.

Aku sejenak meninggalkan Dina dan kemudian menciumi isteriku, kami berpagutan dalam birahi.

Dina tanpa canggung berjongkok dan kemudian menjilati dan mengemut penisku sementara aku dan isteriku masih saling berciuman.

"Dina, kamu nungging deh, doggy style" kata isteriku yang segera diiyakan oleh Dina.

Pantat bahenol Dina lengkap dengan "kue apem"nya benar-benar menggodaku, akupun dengan segera melakukan penetrasi ke dalam kehangatan liang surgawinya sambil terus berciuman dengan isteriku.

Dina melenguh hebat ketika penisku mulai keluar masuk liang vaginanya yang sudah lama tidak terjamah itu dan dalam waktu tak terlalu lama dia meraih orgasmenya, sementara aku masih belum juga.

Melihat aku masih belum orgasme, isteriku kemudian menggantikan posisi Dina.

"Ayo mas, kocok di memek saya", kata isteriku

Aku pun meneruskan permainan di dalam liang vagina Nurshanti dan akhirnya memuntahkan spermaku ke dalamnya. Dahsyat sekali rasanya.

Ketika aku mencabut penisku yang basah oleh sperma dari liang vagina Nurshanti, Dina dengan tanpa malu-malu menjilati penisku. Gila, aku jadi "on" lagi. Penisku mulai mengeras lagi dan Dina semakin liar mengulum penisku dalam mulutnya sampai akhirnya aku orgasme kedua kali dengan menumpahkan sedikit sperma ke mulut Dina. Sungguh malam yang menyenangkan.

Seminggu kemudian aku menikahi Dina dan kamipun resmi hidup bersama dengan permainan seks bersama yang selalu seru dan panas.

Tamat




Farah wanita sempurna

0 comments

Temukan kami di Facebook
Tidak dapat digambarkan bagaimana nafsu jantannya membuak-buak apabila melihat kelibat isterinya sedang tidur.

Selimut yang separuh tersingkap itu mendedahkan kemontokan Farah yang tiada bandingan. Betapa bertuahnya dia apabila dapat memperisterikan semontok-montok perempuan. Farah ketika itu tidur tertiarap dalam keadaan telanjang bogel memperlihatkan bontotnya yang putih, tembam dan padat. Peha Farah pula teramat gebu, montok dan debab. Zakarnya yang gemuk dan panjang, keras dan besar itu mencanak-canak dan tersengguk-sengguk, penuh dengan nafsu untuk menikmati kelazatan tubuh isterinya itu.

Menitik-nitik air mazinya apabila dia naik ke atas katil lalu menyingkap sepenuhnya selimut yang menutupi sekujur tubuh subur dan ranum Farah. Dia mendengus-dengus kegeraman apabila menaiki bontot Farah yang lebar dan gemuk itu lalu menggesel-geselkan zakarnya di celah lemak pipi bontot Farah.

Begitu sahaja pun dia sudah dapat merasai betapa nikmatnya kelembutan kulit bontot wanita yang teramat montok itu. Tundun cipap Farah yang teramat tembam dan bersih itu seperti menjemput kemasukan batang pembiakan kepunyaan lelaki.

Dia telah menyetubuhi dan membuntingkan ramai perempuan tetapi perempuan yang menjadi isterinya itulah yang mempunyai bentuk badan yang paling menyelerakan dan memberahikan. Sambil menghalakan takuk kepala zakarnya yang teramat besar itu dia merodok dan menyumbat lubang cipap Farah hingga akhirnya kepanjangan batang pembiakannya santak ke dasar lubuk bunting Farah. Isterinya yang dari tadi terlena tiba-tiba terjaga lalu tertonggek menyebabkan bontot suburnya melentik tinggi.

Dalam keadaan meliwat sebegitu dia menggeletek kenikmatan manakala Farah pula menggelupur tersentak dengan kehadiran batang zakar suaminya yang gagah itu. Tidak ada apa pun di dalam dunia ini yang dapat dibandingkan dengan keenakan dan kelazatan tubuh Farah. Isterinya itu amat putih dan gebu, montok dan padat. Inilah jenis perempuan yang paling enak dan lazat untuk disetubuhi.

Kepadatan bontot Farah yang berlemak itu seperti mengapit seluruh kepanjangan zakarnya.

Disodok-sodoknya lubang pembiakan isterinya yang teramat ranum itu semahu-mahunya sambil dia memeluk erat tubuh Farah yang montok berisi itu.

Bibir cipap Farah yang amat tembam dan lembut itu seperti mengemam batang zakarnya membuatkan dia tidak dapat bertahan lama. Isterinya pula menggelinjang-gelinjang kerana disontot dengan ganas dan dalam. Farah melalak-lalak dan meraung-raung apabila cipapnya yang lembut seperti bayi itu ditutuh sebegitu rupa. Air liurnya meleleh-leleh ke atas belakang isterinya dek kerana kenikmatan yang teramat sangat. Tidak ada lelaki yang mampu bertahan lama apabila menyetubuhi seorang perempuan yang mempunyai bentuk bontot seperti Farah.

Bentuk bontot yang sebegini memang dicipta untuk memerah benih jantan keluar dari zakar setiap lelaki yang menjoloknya. Sememangnya dia mahu membuntingkan isterinya itu. Dia tidak mahu membazirkan walau setitik pun benih budaknya kerana cipap setembam itu memang enak dan lazat jika dipancutkan di dalam. Dia tahu apabila Farah bunting kelak maka tubuh Farah akan menjadi bertambah montok dan sedap. Dia dapat bayangkan punggung isterinya menjadi bertambah lebar dan berlemak manakala peha Farah akan menjadi bertambah lebar dan montok.

Dengan niat sebegitu maka dia memeluk Farah dengan seerat-eratnya sambil memaut buah dada isterinya itu yang putih dan bulat lalu menyantakkan zakar besarnya sehingga rapat ke dasar lubuk rahim Farah. Serentak dengan itu kedua-dua mereka meraung-raung dan terpancutlah benih-benih bayi yang amat pekat dan subur ke dalam cipap tembam Farah. Pancutannya membuak-buak tanpa terkawal dek kerana kelazatan cipap Farah yang lembut dan tembam itu.

Sambil menghukum bontot isterinya dengan pancutan-pancutan air mani yang deras dan banyak dia menyantak-nyantak sehingga bontot Farah yang lebar dan debab itu menonggek-nonggek. Farah melalak-lalak dan tubuh montoknya menggelinjang-gelinjang sambil betis gebunya menendang-nendang akibat disodok dan dibenihkan sedemikian rupa. Dia telah memancut benih sehingga lebih 10 kali dan setiap pancutannya adalah pekat dan subur, deras dan banyak. Tidak ada setitik pun benih jantannya yang terbazir.

Bibir cipap Farah yang teramat tembam itu seperti melekap pada batang zakarnya tanpa membenarkan walau sedikit pun benih jantan suaminya terbazir. Dengan tanpa belas benihnya telah berjaya senyawakan telur bunting isterinya. Mata Farah yang besar dan kuyu itu terbelalak, mulutnya yang comel itu ternganga sambil lidahnya terjelir dan punggungnya yang lebar dan besar itu tertonggeng-tonggeng akibat telah dibuntingkan.

Perempuan montok itu terjelepuk sambil terkangkang menonggek akibat disula oleh suaminya. Dia masih belum mahu menarik zakarnya keluar dari lubang cipap isterinya itu lalu akhirnya tertidur di atas belakang tubuh montok dan berisi Farah dalam keadaan masih memeluk tubuh lazat isterinya dan zakarnya masih tersumbat jauh di dalam bontot Farah yang baru dibajak dan dibenihkan sebentar tadi. Kelak Farah pasti akan mengandungkan anaknya dan dalam keadaan bunting tentu isterinya itu akan bertambah berisi dan berlemak.

Sudah pasti dia akan memaksa isterinya itu sentiasa berbogel di rumah dan sudah pasti zakarnya akan sentiasa berada di dalam bontot Farah yang subur dan padat itu. Tekaannya tepat sekali. Tidak lama selepas dibenihkan, Farah telah bunting.

Hari demi hari tubuh Farah semakin berisi. Buah dadanya semakin membulat. Bontot Farah semakin melebar dan debab. Peha dan betisnya pula semakin gebu. Pantat Farah semakin menembam. Dia juga telah melarang isterinya memakai pakaian di rumah. Dia mahu Farah ke hulu ke hilir dalam keadaan telanjang bogel. Zakarnya pula memang setiap masa menegang kerana sentiasa bernafsu kepada tubuh ranum isterinya itu. Tiap-tiap hari Farah yang montok itu menggelinjang dan menggeletek dijamah oleh suaminya.

Tamat




Guru Biologi

0 comments

Temukan kami di Facebook
Rina adalah seorang guru sains di sebuah sekolah menengah. Umurnya 30 tahun, telah bercerai tanpa anak kerana tiada persefahaman. Bekas suaminya seorang ustaz atas pilihan keluarga. Suaminya menyuruh Rina berhenti kerja dan menjadi suri rumah sepenuh masa. Kerana sayangkan kerjayanya terjadi perselisihan faham dan jatuhlah talak satu. Rina yang cantik mirip Deemi Moore menjadi kegilaan murid-murid terutama murid lelaki. Bertubuh langsing tinggi lampai Rina kelihatan seorang wanita yang sempurna.

Bagi mengisi masa lapang dan atas permintaan murid-muridnya Rina mengadakan tuisyen di rumahnya. Pelajaran sains terutama biologi adalah kepakaran Rina. Ada lima orang murid yang secara tetap datang ke rumahnya setiap petang, tiga hari seminggu. Sayangnya tiada pelajar melayu yang berminat. Mereka lebih suka lepak di shopping complex.

Petang itu hujan lebat, hanya Lim Keng Liat yang sempat sampai sebelum hujan turun. Sewaktu dia sampai di rumahnya Lim sedang menunggu di luar rumah. Rina yang basah seluruh pakaiannya menjemput Lim masuk ke rumah selepas kunci pintu di buka.

“Okey Lim, buat dulu latihan, saya perlu mandi dan menukar pakaian saya yang basah.”

Bagi Rina, Lim seorang pelajar yang rajin cuma pelajaranya agak tercicir kerana sering mewakili sekolah ke pertandingan bola keranjang. Lim bertubuh langsing dan tinggi budaknya. Mungkin kerana sering di padang Lim tidak seperti budak cina yang lainnya yang berkulit putih, kulit Lim agak gelap dan badannya berotot pejal. Bagi Rina antara semua murid yang datang tuisyen ke rumahnya Limlah yang paling menarik. Rina tertarik dengan Lim dan diam-diam dia menyukai muridnya itu.

Malam tadi Rina bermimpi indah dan mimpi itu menghantui dirinya. Mungkin kerana sudah lama tidak mengadakan hubungan batin maka mimpi enak malam tadi terbawa-bawa hingga ke siang hari. Bila Rina melihat Lim petang ini maka timbul perasaan berahinya dan dia akan memberi pelajaran tambahan kepada muridnya itu.

"Sudah selesai latihannya Lim?" Rina bertanya muridnya itu.

Rina masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Lim selama satu jam untuk mengerjakan soalan-soalan yang diberikannya. Hujan masih lebat mencurah-curah di luar dengan petir sekali sekala memancar cerah. Agak sejuk suasana di dalam rumah. Rina menukar pakaian pakainnya, dia hanya mengenakan t shirt sahaja tanpa coli untuk merangsang muridnya itu. Di balik baju longgarnya itu bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul.

Sebaik saja ia keluar, mata Lim nyaris terkeluar karena melotot, melihat tubuh gurunya. Rina membiarkan rambut panjangnya terurai bebas, tidak seperti biasanya bertudung bila dia mengajar di sekolah.

"Kenapa kamu Lim, sini kertas latihannya biar saya periksa."

Muka Lim merah kerana malu bila Rina tersenyum sewaktu pandangannya terarah ke buah dada cikgu muda yang cantik itu.

"Lim kamu mau menolong saya?" Rina merapatkan duduknya di sofa bersentuhan dengan tubuh muridnya.

"Tolong apa tu cikgu?"

Tubuh Lim bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Rina yang lagi satu mengusap-ngusap pangkal pahanya. Sekarang Lim mula faham apa jenis pertolongan yang diminta oleh guru biologinya itu.

"Tolong saya, tapi ini rahsia antara kita."

"Tapi tapi ..saya.."

"Kenapa? Ooooo..kamu masih teruna ya?"

Muka Lim langsung saja merah mendengar perkataan Rina. Tanpa bersuara dia mengangguk perlahan. Dia malu kerana tidak ada pengalaman mengenai hubungan lelaki dan perempuan.

"Tak apa-apa, kambing yang tak sekolah pun pandai buat seks."

Rina kemudian duduk di pangkuan Lim. Bibir keduanya kemudian saling bertautan, Rina yang agresif kerana haus akan kehangatan dan Lim yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya. Ia boleh merasakan puting susu Rina yg mengeras.

Lidah Rina menjelajahi mulut Lim, mencari lidahnya untuk kemudian saling berpagutan bagai ular. Setelah puas, Rina kemudian berdiri di depan muridnya yang masih terpinga-pinga. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang terdedah seakan-akan mencabar untuk diberi kehangatan oleh remaja yang juga muridnya ini.

"Buka pakaianmu Lim."

Rina berkata sambil merebahkan dirinya di karpet. Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya. Rambut hitam berkilat itu sungguh cantik.

"Ahhhh... cepat Lim," Rina mendesah tidak sabar.

Lim kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yg harus dilakukan. Pengetahuannya tentang seks hanya diperolehi dari buku dan video saja.

"Lim, letakkan tanganmu di dada cikgu."

Dengan gementar Lim meletakkan tangannya di dada Rina yang turun naik. Tangannya kemudian dibimbing untuk meramas-ramas payudara Rina yang montok itu.

"Oohhh... enakk. Bagus, ramas pelan-pelan, rasakan putingnya yang menegang.."

Dengan semangat Lim melakukan apa yang gurunya katakan. Dengan perasaan penuh debaran dia memicit-micit lembut gunung kembar itu. Pertama kali dalam hidupnya dia menyentuh buah dada wanita dewasa.

"Cikgu, boleh saya hisap tetek cikgu?"

Rina tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk malu. Masih ada perasaan segan pada remaja muridnya itu.

"Boleh, buatlah apa yg kamu suka."

Tubuh Rina menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di puting susunya. Perasaan yang pernah dirasakan 3 tahun lalu ketika ia masih bersama suaminya.

"Oohhh... jilat terus sayang. Oohhhhh... " Tangan Rina mendakap erat kepala Lim ke payudaranya.

Lim semakin buas menjilat puting susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sedari menimbulkan bunyi yang nyaring. Keharuman tubuh Rina membangkitkan nafsu Lim. Dia menjadi geram. Hisapan Lim makin kuat, bahkan tanpa ia sedari digigit-gigit ringan puting gurunya tersebut.

"Mmmmm.. nakal kamu." Rina tersenyum merasakan tingkah muridnya itu. “Sekarang cuba kamu lihat daerah bawah pusat cikgu.”

Lim menurut saja. Duduk di antara kaki Rina yang membuka lebar. Rina kemudian menyandarkan belakangya pada dinding ruang tamu. Rina berada dalam posisi yang memudahkan Lim membelai bahagian bawah tubuhnya itu.

Lim memerhati tubuh telanjang Rina dengan dada berdebar dan perasaan serba-salah. Pertama kali dia berhadapan dengan wanita dewasa tanpa seurat benang menutupi lekok-lekok indah. Cikgu biologinya sungguh cantik. Bagi Lim, Rina adalah suatu ciptaan yang amat sempurna. Perasaannya terbakar, ghairahnya menyala dan nafsunya berada diubun-ubun. Tanpa dia sadari batang kemaluannya menegang dan mengembang. Pertama kali dia merasai perasaan aneh menjalar di sekujur batang tubuhnya.

"Cuba kamu rasakan." Rina membimbing telunjuk Lim memasuki kemaluannya.

"Hangat cikgu." Kata Lim dengan suara yang hampir tidak terkeluar.

"Boleh kamu rasakan ada semacam benjolan?"

"Ia, cikgu"

"Itu yang dinamakan klitoris atau kelentit. Benda itu adalah titik peka bagi wanita. Kamu masih ingat mengenai organ reproduktif perempuan?. Cuba kamu gosok."

Pelan-pelan jari Lim mengusap-usap klitoris yg mulai menyembul itu. Kenyal dan licin. Hanya jarinya di situ sedangkan perhatiannya pada tundun tebal berbulu nipis warna hitam. Sepasang bibir tebal warna merah terbuka bagaikan kelopak warna mawar.

"Terus ..ooohhhh ..ya..gosok ..gosokk .." Rina mengeliat keenakan ketika kelentitnya digosok-gosok oleh Lim.

"Kalau digosok begini sedap ya cikgu?" Lim tersenyum sambil terus mengosok-gosok jarinya.

"Oohh! Limm......," tubuh Rini telah basah oleh peluh, fikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.

Tangan Lim semakin berani mempermainkan kelentiti gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yang semakin pantas pertanda pertahanan gurunya akan segera bolos.

"Oooaaaahhhh... Limmm..."

Tangan Rina mencengkam bahu muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya menegang. Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.

"Hmmmm... kamu pandai Lim. Sekarang cuba kamu berbaring."

Lim menurut saja. Pelirnya makin menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya. Pertama kali batang pelirnya disentuh oleh tangan halus seorang perempuan. Malah perempuan itu adalah gurunya yang cantik dan menawan. Guru yang dipuja-puja oleh murid-murid lelaki di sekolahnya. Guru yang sentiasa dijadikan ilham untuk melancap.

"Wah..wahh.. besarnya buruk awak," tangan Rina segera mengusap-usap batang pelir yang telah mengeras tersebut.

Rina memerhati batang pelir muridnya yang sedang terbaring itu. Ukurannya jauh lebih besar dan lebih panjang daripada batang pelir bekas suaminya dulu. Batang keras kepunyaan remaja cina itu dipegang, diramas dan diusap-usap. Batang coklat berkepala merah itu membuat hatinya berdebar kencang. Ghairah dan nafsunya menyala-nyala.

“Ini batang zakar atau penis shaft. Kamu masih ingat pelajaran biologi yang saya ajar?”

“Masih ingat cikgu, sikit-sikit.”

“Penis kamu masih lengkap. Ini foreskin atau prepuce. Budak-budak biasa menyebutnya kulup.”

“Saya pernah melihat burung Aziz, tak ada kulup cikgu.”

“Itu kerana Aziz bersunat. Kulit kulup ini dipotong.”

“Kenapa mesti bersunat, cikgu?”

“Itu ajaran agama. Agama Islam dan Yahudi menyuruh penganutnya bersunat.”

“Kalau cikgu suka yang mana. Bersunat atau tak bersunat?” Lim masih bertanya.

“Dua-dua saya suka. Tapi saya seronok melihat perempuan bermain dengan penis tak bersunat. Saya suka tengok mereka masukkan lidah mereka dalam kelongsong kulup.”

“Cikgu dah cuba penis berkulup?”

“Belum, saya hanya lihat dalam internet. Kalau yang bersunat memang pernah saya rasa.”

“Cikgu nak cuba saya punya?”

“Boleh juga, apa salahnya.”

Mata Rina masih terfokus di pangkal paha Lim yang terbaring terlentang di atas karpet. Rina dapat melihat dengan jelas batang zakar Lim keras terpacak macam tiang bendera. Cikgu biologi itu teramat geram dengan batang coklat berkepala merah itu berdenyut-denyut. Hanya separuh saja kepala merah itu kelihatan terjulur keluar daripada kulit penutupnya. Rina mengenggam dengan kedua tapak tangannya dan kepalanya masih berbaki. Mungkin tujuh inci panjangnya, fikir Rina.

Rina melancap batang remaja itu beberapa kali. Kulit kulupnya bergerak turun naik mengikut gerak irama tangan Rina. Melihat kepala merah yang lembab itu membuat Rina bertambah geram. Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Rina. Ia segera menjilat zakar muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala pelir muridnya itu dihisapnya kuat-kuat, hingga Lim merintih dan mengerang keenakan.

"Ahhhh... sedapnya cikgu."

Lim tanpa sedar mengangkat-angkat punggungnya ke atas membuatkan batang pelirnya makin dalam memasuki mulut mungil cikgunya. Bibir merah yang basah itu kejap melingkari batang coklat muda. Lim merasa sungguh geli bila lidah Rina melingkari kepala pelirnya yang sudah terloceh itu. Lidah suam yang kasar itu memberikan rasa sensasi yang sungguh lazat. Belum pernah dia merasai kesedapan seperti ini.

Gerakan mulut Rina semakin laju seiringan dengan gerak Lim yang juga laju. Rina dapat merasakan batang kenyal seperti belon itu sungguh enak. Lim juga merasakan keenakan mulut gurunya yang hangat itu. Lim mendorong pelirnya makin dalam hingga ke kerongkong Rina. Rina mengemut mulutnya makin kuat. Batang muda itu amat menyelerakan.

"Ooohhh... cikgu, sedapnya..."

Serentak itu tersemburlah cairan mani Lim dengan lajunya bagaikan “jetstream” ke dalam mulut cikgu biologi itu. Rina menjilat dan menelan cairan hangat itu penuh selera hingga ke pancutan terakhir. Cairan berlendir itu terasa lemak-lemak masin.

"Hmmm... manis rasanya Lim."

Rina masih tetap menjilat batang pelir muridnya yang masih tegak. Kedua lutut Lim bagaikan tak bermaya. Nafasnya disedut dan dihembus tanpa irama. Dia rasa badannya bagaikan tidak bermaya. Perasaan aneh yang pertama kali dirasainya.

"Sebentar, saya mau minum dulu.." Rina bersuara perlahan.

Ketika Rina sedang membelakangi muridnya sambil meneguk air dingin dari peti sejuk, tiba-tiba ia merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Pelukan itu cukup erat hingga Rina terasa lemas.

"Lim, biar cikgu minum dulu..."

"Cikgu minumlah, mulut bawah pun biar minum juga."

Lim yang batang pelirnya kembali mengeras mendorong Rina ke peti sejuk. Gelas yang dipegang Rina jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Rina kini menyangga tubuhnya ke permukaan pintu peti sejuk. Sesuatu yang keras kenyal berada dipermukaan lurah kemaluannya.

"Cikgu, sekarang!"

"Ahhh..... "

Rina meraung ketika Lim menekan batang pelirnya dengan kuat ke liang buritnya dari belakang. Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yg tadinya pasif berubah menjadi liar dan ganas.

"Lim... sedap ohhh ohhh..."

Tubuh Rina bagai tanpa tenaga menikmati kelazatan yangg tiada taranya. Tangan Lim satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain meramas-ramas payudara cikgu yang menjadi idamannya. Dan pelirnya yang keras meneroka lubang nikmat yang basah dan hangat kepunyaan cikgu muda itu.

"Cikgu, sedap kan?" bisik Lim di telinga Rina.

'Ahhhh ..hhhhh." Rina hanya merintih dan merengek setiap kali merasakan tikaman keras dari belakang.

'Jawab cikgu, " dengan keras dan kuat Lim mengulangi dayungannya.

"Sedap Lim, sedap... "

Rina tak mampu berkata-kata lagi. Dia benar-benar menikmati hubungan tersebut. Sudah lama dia tidak merasai kenikmatan seperti ini sejak berpisah dengan suaminya dulu. Dan kelazatan kali ini amat berlainan. Batang anak muridnya yang besar dan panjang itu benar-benar memberi kepuasan kepadanya. Batang yang semakin mengeras dan kepalanya makin mengembang serta berdenyut-denyut itu memberi rasa kesedapan yang tiada tara.

Lim makin melajukan tikamannya. Pergerakan sungguh lancar kerana cairan pelincir banyak keluar dari lubang nikmat Rina. Malah cairan yang hangat itu mengalir keluar membasahi pangkal paha guru dan murid. Bila Rina merasai pelir Lim makin mengeras dan denyutan kepalanya makin kuat, dia tahu Lim akan memuntahkan maninya sekali lagi.

"Lim... jangan di da...."

Belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Rina telah merasakan cairan hangat di liang buritnya menyembur keras. Kepalang basah ia kemudian mendorong keras pinggulnya ke belakang. Punggungnya merapat ke pangkal paha Lim.

"Uuhggghhh... "

Butuh Lim yang berlepotan mani itupun tertancap sampai ke pangkal hingga menyentuh pangkal rahim Rina. Kedua-duanya menggelepar kesedapan. Kedua-duanya secara serentak mengalami orgasme yang palong agung. Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan.

Setelah kejadian dengan Lim, Rina masih sering bertemu dengannya bagi mengulangi lagi perbuatan mereka. Namun yang membuatkan Rina bimbang adalah jika Lim kemudian membocorkan hal ini kepada teman-temannya. Benar juga, apa yang ditakutkannya itu benar-benar berlaku.....

Tamat




 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald