Oase laut utara - Pasir putih - 3

0 comments

Temukan kami di Facebook
Kondisi kami yang sudah telanjang bulat dan dalam posisi saling tindih seperti itu membuat kami laksana dua orang atlit yang sedang bergulat. Selama itu kami terus berciuman dengan penuh gairah sambil sesekali berguling-guling di pasir pantai yang mulai terasa hangat oleh matahari. Sesekali tanganku menggenggam batang kemaluannya yang besar itu, untuk kuremas dan kukocok-kocok.
"Gede Bang..," kataku sambil terus memain-mainkan otot kenyal itu.
"Ini juga. Keras lagi..," balasnya sambil membalik badannya, menindihku dan meremas milikku.
Lalu tubuhnya bergeser ke bawah dan mulutnya berhenti tepat pada kepala kemaluanku. Oh, dia melakukan oral seks padaku!
Hisapan mulutnya akhirnya mulai menyebarkan rasa geli nikmat di seluruh saraf alat vitalku. Apalagi bibirnya yang tebal itu sesekali menyedot-nyedot dan lidahnya dengan sangat liarnya menelusuri seluruh bagian benda bulat panjang itu. Bahar tampaknya benar-benar ingin melampiaskan segala keinginannya yang selama ini terpendam.
Tapi sebentar, bukankah aku juga punya keinginan serupa terhadapnya? Maka aku pun lalu membalik tubuhnya dan gantian memberikan permainan mulut padanya. Baru sekali inilah aku seperti mendapatkan sesuatu yang sudah lama kuimpikan. Batang yang pejal, besar dan liat. Sambil melumat, kupandangi otot kenikmatan itu sepuas-puasnya.
Bahar lah yang mengambil inisiatif ketika ia memintaku untuk melakukan permainan mulut dengan posisi 69. Dia mengambil posisi di atas, mengangkangi aku. Dan aku langsung melahap miliknya yang menggantung di atas wajahku. Sementara dia pun kurasakan mulai melakukan tugasnya dengan gerakan mulut yang lebih cekatan.
Ada sekitar seperempat jam kami melakukan permainan yang sungguh merangsang urat syaraf itu. Sampai tiba-tiba dia memutar tubuhnya dan berlutut mengepit pinggulku. Tangannya kemudian mengocok-ngocok sendiri kemaluannya dengan gencar sambil mulutnya mendesis-desis seperti orang tengah kepedasan.
"Sshh.., oh.. oh.. oh.. ohh..!" teriaknya tertahan, terputus-putus.
Beberapa saat kemudian ujung kemaluannya yang sudah membengkak meradang itu memuncratkan cairan putih kental ke tubuhku yang telentang. Air maninya terasa hangat. Dia masih terus mengerang sambil tangannya tetap mengocok-ngocok kejantanannya yang terlihat makin menegang dan tampak berwarna legam. Beberapa saat kemudian dia menatap dan tersenyum padaku penuh kepuasan.
Kemudian tanpa kusadari, tangannya tiba-tiba meraup sisa air mani yang menempel di ujung kemaluannya dan mengoleskannya ke kemaluanku. Ketika dirasanya kurang banyak, ia kemudian mengusap yang menempel di perutku dan melumurkannya ke seluruh batangku. Sehingga milikku kini berlepotan oleh cairan lendir miliknya.
Dengan cekatan, tangan Bahar lalu melakukan gerakan naik-turun, meloco milikku. Kini gantian aku yang mengerang-ngerang kenikmatan. Tanganku sampai berusaha menghentikan gerakannya, tapi ia tidak menggubris. Bahkan kadang-kadang jari tangannya bergerak nakal meremas kantung kemaluanku sehingga membuatku makin kegelian.
Ketika aku menunjukkan tanda-tanda akan orgasme, dia malah menghentikan kocokannya. Aku hampir saja memprotesnya ketika kemudian ia menindihku dan mulai memutar dan menggesek-gesekkan pinggulnya di sela pahaku yang sengaja kubuka lebar-lebar. Rupanya ia ingin memberiku sentuhan akhir dengan cara yang lain. Kemaluanku yang sudah sangat tegang dan licin itu kini terasa diremas-remas oleh batang kemaluannya yang sudah setengah tegang tapi masih terasa kenyal itu.
Akhirnya orgasmeku datang! Orgasme pertamaku dengan Bahar. Dan aku menjerit tertahan sambil memeluk tubuhnya yang terus menindihku. Kubenamkan jari-jariku pada kulit punggungnya yang liat itu. Keringat kami bercucuran menyatu. Bau keringatnya menyeruak dan membuat orgasmeku makin klimaks. Kurasakan daerah sekitar selangkangan kami menjadi basah, licin dan hangat oleh muntahan air maniku. Sehingga gerakan pinggulnya menimbulkan bunyi kecipak yang merangsang.
Beberapa saat kemudian tubuh kami masih saling berpelukan di atas pasir putih penuh kepuasan. Pengalaman pertama ini sungguh berkesan bagi kami. Beberapa kali kukecup bibir dan kumisnya yang masih basah oleh keringat. Lidahnya sengaja ia julur-julurkan minta kuhisap. Dan aku menurutinya dengan senang hati.
"Mas Har..," ia berbisik mesra di telingaku, memintaku untuk jadi kekasih. Dan kujawab dengan ciuman yang dalam dan lama.
"Ya..," jawabku kemudian, "Dan aku ingin Bang Bahar tinggal bersamaku."
"O ya..?" katanya sambil berteriak tidak percaya.
"Ya. Sungguh!"
"Kapan aku mulai bisa ke sana?"
"Tunggu sampai acara kita selesai," sahutku.
"Acara apa lagi..?" teriak Bahar penasaran, sementara aku sudah berlari menghambur ke arah laut.
Ya. Acara apa lagi?
Episode: LAUT BIRU
Siang itu acara kami lanjutkan dengan mandi di laut. Bahar menyusulku yang sudah lebih dulu berlari ke garis pantai. Dalam kondisi sama-sama telanjang dan dengan postur tubuh yang tergolong besar, kami berdua tampak seperti dua ekor kera besar yang tengah bermain-main air.
Bahar sangat pandai berenang dan menyelam. Penyelam alami. Kadang tiba-tiba dia menghilang dan tidak lama kemudian muncul lagi di tempat lain sambil berteriak-teriak memangil namaku. Aku sendiri paling hanya berenang bolak-balik saja dan sesekali menyelam, meskipun sebenarnya air laut agak tenang dan cukup jernih untuk dinikmati. Tapi aku memilih untuk menghemat energi saja.
Aku tengah asyik mengambang sambil memutar-mutar kakiku di bawah air dan dia kulihat masih berenang ke tengah, dan beberapa saat kemudian tiba-tiba kusadari aku tidak melihat lagi bayangannya. Aku lalu berusaha menepi, namun sekonyong-konyong di bawah air seperti ada yang memeluk pinggangku dan kurasakan sesuatu yang lembut menempel di kemaluanku. Membuatku sedikit kaget. Pasti Bahar, pikirku. Dan benar juga, tangannya menyembul ke atas seolah ingin mengatakan bahwa yang ada di bawah adalah dirinya. Aku tertawa saja.
Lalu sesuatu terasa merayap di sekitar batang kemaluanku dan kemudian kurasakan sebuah lumatan. Aku terangsang. Pelan-pelan kemaluanku bangkit dan tampaknya ia makin mempergencar serangannya di bawah sana. Baru kali ini aku merasakan oral sex di dalam air. Rasanya lebih licin dan geli. Apalagi lidah Bahar tidak sekedar menjilat, tapi juga berkali-kali bergerak melilit-lilit. Gila..! Kuat juga dia menahan napas di dalam air. Penyelam alami!
Sampai akhirnya setelah kemaluanku benar-benar meradang, barulah dia muncul ke permukaan air. Napasnya ngos-ngosan. Lalu dia mengajakku berenang ke tempat yang lebih dangkal dekat garis pantai.
"Diteruskan ya..?" pintanya setelah kami tiba di kedalaman sekitar satu meter lebih.
Tubuh kami hanya nampak sebatas pusar saja, sehingga dengan jelas aku dapat melihat bayangan kemaluannya di dalam air. Tanganku lalu terulur ke bawah untuk meremasnya. Baru setengah matang.
"Bangunkan dia.." katanya lucu.
Aku sampai tertawa terbahak-bahak.
Lalu aku menyelam dan menemukan meriam kecilnya menggantung di dalam air. Langsung kuhisap dan kusedot-sedot. Tidak perduli air asin kadang-kadang ikut masuk. Bagiku lebih nikmat 'air'-nya dia.
Bahar memang sengaja membawaku ke tempat yang agak dangkal agar kami dapat melakukan oral seks di dalam air secara bergantian, karena aku memang tidak pandai menyelam. Makanya selama di air itulah kukerahkan segala caraku untuk memuaskan dia, karena aku paling hanya betah di air beberapa menit saja. Tapi untung dia memang gampang 'panas', jadi sekali dua kali hisap saja batangnya sudah mengembang besar. Ketika aku muncul ke permukaan, kudapati wajahnya merah padam karena rangsangan birahi yang kuberikan.
Memang, pengalaman oral seks di air ternyata lebih nikmat. Kami melakukannya bergantian, saling menghisap beberapa kali sebelum akhirnya tiba-tiba dia muncul ke permukaan air dari arah belakang dan memelukku. Batangnya terasa menempel ketat di antara kedua bukit pantatku. Pantatnya kemudian bergerak memutar dan kadang-kadang menekan mendesak-desak ke depan. Tangannya lalu melingkar ke arah depan pinggangku dan mulai menggenggam, meremas-remas dan mengocok milikku, pelan-pelan.
Ada beberapa menit kami dalam posisi seperti itu. Memelukku sambil memainkan kemaluanku dari belakang. Sambil begitu dia terus menggesek-gesekkan batang kemaluannya ke sela-sela pantatku. Kami hanya saling mendesis merasakan semua itu. Rasanya hanya suara kami dan desir daun kelapa saja yang terdengar siang itu. Sesekali terdengar suara kecipak air laut yang ditimbulkan oleh gerakan tubuh Bahar yang terus mendesak-desakku dari belakang.
Batang kemaluanku terus jadi sasaran. Dipilin, diremas dan dikocok-kocok. Aku mengimbanginya dengan menggeser dan menggoyangkan pantatku ke berbagai arah. Dengan begitu, aku seperti sedang meremas-remas kemaluannya dengan kedua bukit pantatku. Dan Bahar tampaknya menyukai aksiku itu. Berkali-kali ia membisikiku dan menuntunku untuk terus melakukan gerakan-gerakan yang membuatnya kenikmatan. Memang, kurasakan batangnya makin mengeras dan menghangat.
Bahar lalu membalas 'jasa'-ku dengan mempergencar gerakan tangannya pada kemaluanku. Membuat gairahku berdesir-desir. Kurasakan desakan birahi yang makin menuntut untuk dikeluarkan. Rasa geli dan desir-desir kenikmatan makin kuat kurasakan di sekitar pangkal kemaluan. Desah dan lenguhanku tidak menyurutkan tangan Bahar untuk menghentikan rangsangannya. Kecipak air di sela selangkanganku terdengar semakin ramai. Beradu dengan gerakan tangan Bahar yang makin liar.
Oh..! Akhirnya ejakulasiku datang tidak terkendali lagi. Muncrat jatuh ke air dan sebagian meleleh di tangan Bahar yang masih rajin meremas-remas batangku, bahkan kini dengan gerakan yang makin kuat seolah ingin mengeluarkan semua cairan kenikmatanku. Aku hanya dapat melenguh dan melenguh.. memanggil namanya. Entah apa maknanya, menyuruhnya untuk terus begitu atau menyuruhnya untuk segera menghentikannya. Aku tidak tahu lagi makna panggilanku padanya.
Belum tuntas aku menikmati puncak birahiku, suara Bahar terdengar menyambung mengerang-erang di dekat kupingku. Disusul gerakan-gerakan batang kemaluannya yang liar di celah bukit pantatku. Dan tidak lama kemudian kurasakan cairan hangat menyemprot-nyemprot dan membasahi bagian punggungku. Dipeluknya aku erat-erat dari belakang dan bibirnya merayap ke telinga kananku dan mengulumnya dengan sangat bernafsu. Rasa geli kembali menjalari urat syarafku.
Bibirnya kemudian bergeser mencari-cari bibirku dari samping. Dan ketika menemukannya, ia langsung melumatku dengan gemas. Sampai lama kami berciuman dengan posisi seperti itu, hingga akhirnya segalanya mereda. Desir angin laut yang tadi terabaikan, kini mulai terasa menerpa kulit. Kami berjalan perlahan ke arah pantai. Bahar menuntunku hingga kami keluar dari air. Kami merasa sudah waktunya untuk pulang. Apalagi pakaian kami sudah kering.
Bersambung . . . .





Komentar

0 Komentar untuk "Oase laut utara - Pasir putih - 3"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald