Cintya yang masih belum ’kebagian’ nampak agak kecewa, namun kutarik tubuhnya...kucium bibirnya dan kubisikan untuk sedikit bersabar..., ’habis ini ya...?’ yang dijawab dengan kecupan di bibirku.
Kami kembali bersantai semua tetap telanjang bulat dan kusempatkan untuk menyiram tubuhku dengan air dingin yang segar,... aku tak tahu berapa lama pertempuran akan berlangsung namun yang kurasakan adalah rasa lelah dan mengantuk yang mulai menyerang, hanya mengingat janjiku pada Cintya lagi pula dengan bentuk badannya yang sangat montok, Cintya seakan menjanjikan kenikmatan tersendiri.
Hampir satu jam kami bersantai, istriku dan Irene saling ngobrol cekikikan, entah apa yang dibicarakan, sementara Cintya berada dipelukanku, tanganku tak henti hentinya memainkan buah dada yang besar itu, terbesar dibanding semua wanita yang ada disini.
Wirda yang mungkin kelelahan nampak meringkuk tertidur di sofa dengan tubuh telanjang. Aku berdiri mengambil selimut dan menutupi tubuh istri temanku itu lalu , kubisikan sesuatu pada Cintya dan kami naik keatas tempat tidur, diikuti pandangan mata Irene dan istriku.
Aku dan Cintya mengambil posisi 69, dengan dia diatasku, mulutnya segera memainkan batang kemaluanku dan sebentar saja akupun sudah bangkit lagi, sementara vaginanya yang kujilat dan kusedot sedot itu, klitorisnya yang kumainkan dengan lidahku membuatnya banjir dengan lendir, dan tak lama kemudian ia sudah menunggangiku dan bergerak dengan liarnya, buah dada yang extra besar itu berayun ayun yang segera kutangkap dan kupilin pilin putingnya, sesekali direndahkan dadanya untuk di hisap dan disedot olehku. Cintya tak tahan terlalu lama dengan satu gerakan yang sangat keras ditanamkannya batang kemaluanku sedalam dalamnya dan ia meracau tak keruan lalu mendesah dan ambruk di dadaku.
Masih kubiarkan sebentar ia diatasku lalu kurebahkan ia kesamping dan kucium bibirnya, matanya tampak mengantuk dan wajahnya nampak puas. Cintya memang tak terlalu cantik namun wajahnya manis mencerminkan hatinya yang baik.
Baru saja mau bangkit, istriku sudah menahan dadaku agar tetap rebah dan kini mulutnya bermain, seakan ingin ’pamer’ pada yang lain ia menghisap dan menjilati batangku, pinggulku diganjalnya dengan bantal dan kakiku diangakat keatas lalu lidahnya menembus anusku, sesekali diputarnya lidahnya dalam anusku dan kembali batangku masuk kedalam mulutnya, istriku tahu sekali kelemahanku dan untuk ketiga kalinya malam ini aku ejakulasi hanya dalam waktu beberapa jam. Pas saat aku keluar Irene juga sudah didekat kami dan ikut mencicipi lagi air maniku.
Kali ini aku ’habis’ dan tanpa dapat ditahan sekejab kemudian aku sudah lelap.
Mataku masih terasa sangat berat untuk dibuka, namun suatu perasaan aneh menjalariku, rasa hangat dan nikmat di selangkanganku mulai menyerang, aku masih terpejam ..., entah siapa yang memainkan mulutnya di batang kemaluanku yang dengan cepat sudah kembali menegang, dan sejujurnya.., aku tidak peduli. Namun rasa tidak peduli itu berubah ketika sebuah mulut hangat lainnya menelusuri dadaku, mengemut puting dadaku dan naik keatas lalu mencium mulutku, lidah kami bertautan dan saling mengisi rongga mulut masing-masing, tanganku bergerak memeluk tubuhnya dan ketika akhirnya kubuka mataku, kulihat Wirda yang menciumku dengan hangatnya dan entah siapa yang masih asyik dengan mulutnya di batang kemaluanku, aku belum tahu.
Wirda bergerak menurun dan kini kedua wanita itu seakan memperebutkan batang kemaluan yang kumiliki, mereka bergantian menghisap dan menjilatku, bila yang satu menghisap dan memasukan batang kemaluanku dalam mulutnya maka yang lain menjilati bijiku dan sebaliknya, aku mengangkat kepalaku ternyata wanita satunya adalah Irene.
Gerakan mereka terhenti sebentar, Wirda mengambil posisi dan setengah berjongkok ia mengarahkan batang kemaluanku menembus vaginanya sementara Irene menggenggam bijiku, dan setelah terbenam seluruhnya Wirda mulai bergoyang rodeo, seakan dia cowboy dan aku kudanya, buah dadanya berayun ayun, aku masih belum sempat ’menyelaraskan’ irama gerakan ku ketika entah dari mana Irene ’menduduki’ wajahku dan menyodorkan vaginaku yang kujilat dan kusedot sedot, tanganku melupakan buah dada Wirda dan memegang pantat Irene, dengan jariku ’kubelah’ vaginanya dan lidahku masuk sedalam mungkin sesekali kusedot dan kuemut emut klitorisnya.
Tidur tadi rupanya tidak membuatku menjadi lebih perkasa karena mulai kurasakan denyut denyut di batang kemaluanku, tanda bahwa aku tak kan tahan lama, namun aku juga pantang mengecewakan wanita, maka supaya ’selesai’ bersama, jariku kumasukan ke vagina Irene dan klitorisnya kesedot, ku emut dan kuhisap dengan teratur, terasa lendirnya makin banyak memasuki mulutku dan desah serta erangannya semakin keras, Wirda juga mengayunkan pantatnya dengan batang kemaluanku tertancap di vaginanya semakin cepat.
Tidur tadi rupanya tidak membuatku menjadi lebih perkasa karena mulai kurasakan denyut denyut di batang kemaluanku, tanda bahwa aku tak kan tahan lama, namun aku juga pantang mengecewakan wanita, maka supaya ’selesai’ bersama, jariku kumasukan ke vagina Irene dan klitorisnya kesedot, ku emut dan kuhisap dengan teratur, terasa lendirnya makin banyak memasuki mulutku dan desah serta erangannya semakin keras, Wirda juga mengayunkan pantatnya dengan batang kemaluanku tertancap di vaginanya semakin cepat.
Dengan tangan berpegangan pada bahu Irene yang juga bergerak dengan liarnya diatas wajahku, akhirnya Wirda dengan setengah menjerit disertai nafas yang memburu keras berteriak ”Ahhs....ss....st...god ..keluar,,....ahhhh”, disusul Irene yang akhirnya juga mencapai puncaknya. Aku yang tak tahan lagi akhirnya ’meledak’ dengan dahsyatnya...”ahhh..st.........aaahhh......, namun aku tidak bisa memeluk siapapun dan hanya bisa meremas buah dada Irene yang masih ’menduduki’ wajahku dan menyemburkan seluruh sisa persediaan air maniku dalam vagina Wirda.
Bertiga akhirnya kami terkulai dan rasanya semua itu bagiku seperti mimpi karena kejab berikutnya aku sudah kembali terlelap dengan wajah penuh lendir Irene dan kemaluan yang menciut namun masih ’basah kuyup’
Cahaya silau menerpa mataku, ternyata hari sudah terang, entah siapa yang menutupi tubuhnku dengan selimut, karena aku sudah terbungkus dalam selimut, walau masih tetap telanjang, ketika kulirik ternyata aku sendirian, lalu kemana emapat wanit yang semalam menemaniku ?, Aku bangkit dari tempat tidur dan seperti biasa, batangku juga ikut ’bangun’ dengan menguap lebar aku melangkah mengambil air minum, lalu kekamar mandi, ketika kubuka pintunya ”Aw..” sebuah teriakan kecil mengejutkan ku, ternyata Cintya sedang berendam di bathtub, dengan busa dan gelembung sabun menutupi tubuhnya, ”Pagi...” kataku, ”yang lain nya kemana?” tanyaku sambil melangkah ke toilet dan sambil menunggu jawabannya aku membuang air seniku ditoilet, wah..banyak sekali pagi ini, mungkin karena habis terforsir semalaman. ”Lagi pada jalan.., katanya sih mau cari oleh-oleh” jawabnya, ”Ok..ya udah santai aja Cyn.., kataku..sambil melangkah ke washtafel, mengambil sikat gigi dan menggosok gigiku.
”Ikutan ya ?” pintaku menghampiri bathtub, dan dengan segera Cynthia memberika ruang bagiku dihadapannya, dan kamipun berendam bersama, namun karena tidak cukup lebar maka posisi kami berhadapan.
Kakiku yang satu menumpangi pahanya dan kaki satunya ditumpangi oleh kaki Cinthya dan isengnya...jari jari kakinya menyentuh batang kemaluanku.
” Mas ..” kata Cynthia lembut
”Hmmm..”jawabku sambil tetap memejamkan mata menikmati hangatnya air sabun dan sntuhan kakinya di kemaluanku.
”Aaaah...males ih.., mau diajak ngobrol malah merem..”katanya manja
Ia bangkit, menarik tanganku dan kamipun berdiri, tanpa menggunakan aba aba kami sudah berpelukan dengan tubuh licin karena busa sabun, seperti ikan belut ia menggelinjang dan menggeserkan tubuh dan buah dadanya yang besar merangsang itu ditubuhku, kemaluanku yang tegang bertambah keras rasanya.
Kunyalakan air dan memancur melalui deuce yang digantung dan sambil berpelukankami membersihkan busa sabun yang memenuhi tubuh kami.
Sambil berpelukan dan berciuman, tanpa mengeringkan tubuh kami menuju ranjang dan langsung bergumul. Kali ini tanpa ada yang ’mengganggu’, kunikmati betul buah dada yang besar itu, kuremas, kuhisap putingnya, kusedot dan kumainkan sepuas mungkin sementara Cynthia juga tidak tinggal diam, tangannya memainkan dan meremas kemaluanku.
Dengan posisi diatas aku leluasa mengatur permainan, kini dengan lidah menelusuri tubuhnya terus kebawah aku sampai di vaginanya. Saat terang begini terlihat kalau vaginanya masih bagus, sedikit direkahkan nampak kemerahan dengan kebasahan yang mengundang selera, dan Cintya memang berkulit halus, tidak terlalu putih namun juga tidak gelap, puting susunya merah kecoklatan, dan klitorisnya masih sangat ’layak’ dijilat.
Aku tidak mau tanggung, kuganjal pinggulnya dan kuangkat kakinya sehingga aku semakin leluasa mengembara di vaginanya, sesekali kuberi ’perjalanan keliling dunia’ ketika lidahku menyapu anusnya, lalu tanpa memberi kesempatan lagi aku bangkit dan meletakan kakinya di pundakku, dan batang kemaluanku sudah terarah ke vaginanya.
”Mmm...kemulut dulu...” protesnya
”ssshh...udah nggak tahan nih...” kataku
Memang siapa yang akan tahan lama pagi pagi bersetubuh, itu hukum alam, kalau pagi, setelah bangun tidur, sperma sudah diperoduksi maksimum pasti tidak akan bertahan lama, apalagi wanita yang kuhadapi ini memiliki mulut yang sedemikian nikmatnya.
”Blessss..” kemaluanku langsung kutanamkan sedalam mungkin hingga matanya agak terbeliak saat vaginanya dimasuki langsung begitu, lalu pantatku mulai mengayun dengan irama yang teratur.,
Kini dapat kurasakan benar bagaimana nikmatnya vagina Cinthya, legit dan enak.
Kurendahkan tubuhku sambil tetap bergoyang dengan irama yang teratur dan mulutku berhasil mencapai mulutnya dengan kakinya masih tetap dipundaku, vaginanya seakan menelan kemaluanku, dan posisi ini ternyata membuatnya sangat nikmat..”ah..ah...,sssh...enak...aduh...enak....ah hh” racaunya tak henti henti, dan akhirnya ”cepet ...cepet....mau keluar...” aku mengayunkan pinggulku semaksimal mungkin dan bersamaan kami mencapai puncak...”sssh..ah.ssshh..hhh” entah usra dan lenguhan siapa yang paling keras. Air maniku pun pagi ini sudah menyiram rahim dan vagina Cynthia. Ejakulasi yang pertama pagi ini.
Kami terdiam beberapa saat menikmati sisa sisa getaran kenikmatan, sebelum terkulai.
”Mas..., kalau Mas Andi ada...pasti langsung di masukin lagi nih, dia paling senang kalau habis dipakai begini langsung masuk” katanya menceritakan suaminya
”Iya..” jawabku, ”Memang enak kok...sloopy second” jawabku dan ia tersenyum, mencium bibirku lalu bangkit menuju kamar mandi membersihkan diri.
Aku juga bangkit, namun mengambil rokok dan menghisapnya penuh nikmat.
Cintya lalu kembali dan kami ngobrol macam macam hal. Masih tetap telanjang dan aku sungguh senang menatap buah dadanya yang besar itu, namun padat dan kencang menantang.
Agak lama kami menunggu hingga Anita dan lainnya kembali, dan saat mereka tiba ”Wah.....bugil bugilan” kata istriku menghampiriku dan mencium bibirku, aku tahu ia pasti mencium aroma vagina di wajahku karena dengan kerling nakal ia berkata..”Curang ya..udah start lagi” katanya. Aku hanya tersenyum.
Kami sarapan dikamar, dan wajah heran waitres yang mengantarkan makanan tak kuasa ia sembunyikan melihat 4 wanita, yang satu hanya menutupi tubuhnya dengan selimut saat masuk dan aku yang juga masih telanjang cuma menutupi ’barang’ ku dengan bantal.
Setelah kenyang, kami jalan jalan dipantai, wah...seperti raja dengan 4 permaisuri saja rasanya aku hari itu, sampai lupa memberi laporan sama suami suami yang tertahan dengan pekerjaan.
”Hallo..., Hey..gimana...” suara Sonny memasuki gendang telingaku saat Wirda memberikan HP nya padaku ketika suaminya menelpon ”Man...your wife ...lezat bener rasanya..” kataku , ”Sialan...., enak ya loe...gila...semua digilir..? tanyanya.
”Bukan ..mereka yang menggilirku” jawabku sekenanya.
”Nih..Andi mau ngomong” katanya
”Hey,..thank’s ya...pagi pagi Cintya udah sarapan tuh...sarapan rohani...eh...susunya itu..aduh...nggak bosen deh ” kataku sambil tertawa. ”Diancuk....” Andi yang berasal dari Jawa Timur memaki dengan logatnya yang khas dan kepada Herman pun aku sempat mengucapkan salam dan berkata ”Man..Irene mulutnya luar biasa ya... thank’s ya sering sering aja kalian lembur begini ha..ha...”.
Suara tawa terdengar di ujung sebelah sana, memang begitulah pujian tentang bagaimana nikmatnya rasa istri dari teman yang mencobanya adalah nilai yang sangat ditunggu, karena memberikan kebanggan.
Siang itu, karena hari masih panjang, kami bersantai dan saat Irene dengan Cintya berenang, aku ’ditangkap’ oleh Wirda, awalnya aku disuruh telungkup, lalu punggungku dijilati dari leher samapi pantat, di belahnya pantatku dan lidahnya menari nari disitu, aku kali ini tidak diberi kesempatan menjilatinya karena saat berbalik, ia langsung berada diatasku dan membenamkan batang kemaluanku dalam vaginanya, cukup lama kami bersetubuh, karena tadi sudah keluar di vagina Cynthia aku jadi agak lama, istriku kali ini hanya menonton, asli menonton memperhatikan setiap gerakan kami, mengamati saat aku dihisap, dijilat dan sebaliknya, dan rupanya ia menunggu, karena setelah Wirda mencapai puncaknya terkulai dan lepas dari tubuhku, kemaluanku sudah memasuki vaginanya, aku masih tetap dalam posisi dibawah. Hingga kami sama sama mencapai nirwana.
Pas saat aku melepaskan kemaluanku dari vagina istriku, Irene dan Cynthia masuk, mereka tersenyum dan Irene menghampiriku lalu ’membersihkan’ punyaku dengan lidahnya ”Pemanasan’ katanya..ketika aku memandangnya. ”Habis ini ya”
Setelah beristirahat sebentar, Irene berusaha keras membangunkanku yang lalu menuntaskan hasratnya dengan liarnya, kali ini ketiga wanita yang lain menjadi penonton,.. hingga....... menjelang kami mencapai puncak, Irene mencapai tujuannya beberapa saat lebih dahulu, dan ampun.............saat aku keluar seperti sudah berjanji Irene melepaskan kemaluanku dan ketiga mulut yang selalu ’haus’ itu menjilati dan menghisap air mani yang keluar sampai ngilu aku dibuatnya.
Kami masih bersantai hingga sekitar Pk. 15.00, dan sesaat sebelum berkemas mereka gantian kembali menjilat dan menghisap batang kemaluanku, namun hanya istriku yang menerima air maniku karena aku mengeluarkannya dalam-dalam di mulutnya, ...namanya juga etika suami istri.... lalu kami pun siap untuk pulang ke Jakarta,
Hampir sepanjang perjalanan pulang semua tertidur karena lelah dan ini adalah perjalanan terberat yang kulakukan, mataku benar benar berjuang untuk tetap terbuka dan menjaga konsntrasi pada jalan raya.
Perlu waktu hampir tiga hari bagiku untuk memulihkan kondisi, bahkan dua hari pertama setelah pulang punyaku sama sekali tidak bangkit walau pagi hari sekalipun, terlalu diforsir rupanya, namun pengalaman tersebut adalah salah satu yang sangat mengesankan.
Tamat
Komentar
0 Komentar untuk "Istri teman-temanku - 2"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.