Hari itu aku menerima sebuah email dari grup swinger dimana kami menjadi anggotanya.yang intinya adalah sebuah undangan untuk turut serta pada sebuah acara yang akan diadakan di hotel terbesar di Jawa Barat di tepi pantai.
Ketika kusampaikan pada Anita ia hanya mengernyitkan kening “Nggak kejauhan tuh pah?”, tanyanya.
”Ya entahlah.., mereka set up tempatnya disana, tinggal kita mau ikut atau nggak, semua ada 4 pasang, dengan kita” jawabku.
Mengingat waktu yang dipilih adalah week end, kami setuju untuk turut serta, apalagi mengingat sepanjang bulan Desember hingga lewat tahun baru kami jarang punya kesempatan untuk berdua, maklum anak anak sudah semakin besar dan tuntutannya untuk mengisi liburannya juga semakin beragam, sehingga praktis setiap ada waktu libur serta sepanjang libur natal dan tahun baru yang cukup panjang, waktu kami dikuasai ’mereka’
Pada malam harinya sebelum kami berangkat telp ku berbunyi, ternyata Sonny yang call ”Hey.....udah siap?” tanpa basa basi ia bertanya, memang kawan satu ini orangnya straight tapi baik dan humoris. ”Sudah jawabku, pagi-pagi kami berangkat” jawabku,
”Gini...gini....bisa nggak kalau kita minta tolong?” tanyanya
”Anything ..man” jawabku
”Aku, Herman, dan Andi besok pagi ternyata mesti ketemu sama client, nggak bisa ngelak, ada sedikit masalah soal proyek kita” jelasnya
”Lalu..?” tanyaku masih belum mengerti maksudnya
”Titip Wirda my wife, juga Irene dan Cinthya, kalian berangkat aja duluan kita nyusul setelah pertemuan, soalnya you know.., mereka udah siap – siap kalau dengar berangkatnya jadi kesiangan moodnya suka hilang terus ngambek, nggak fun nantinya ..ok?” jelasnya panjang lebar, dan yang dimaksud Irene dan Cintya adalah istri Herman dan Andi.
”O..itu, ya nggak masalah lagian mobilku kan lumayan besar” jawabku
”Apa kujemput mereka satu persatu?” tanyaku melanjutkan
”Ah nggak usah, come over to my place aja pagi pagi, mereka udah janjian ngumpul disini.”katanya
”Oke.., sampai besok ya..” kataku menutup pembicaraan.
Pagi pagi sekali kami sudah berada di sebuah kompleks perumahan elite di wilayah selatan dan ketika kami tiba di kediaman Sonny, suasana sudah ramai.
”Hey... kami saling berpelukan saat bertemu mereka, memang walau kami belum pernah gabung di acara yang dihadiri Andi dan Cintya serta Herman dan istrinya Irene, namun kami sudah saling mengenal dan pernah makan malam bersama.
”Okay ..udah jangan kebanyakan cerita.., berangkat aja..kita bereskan dulu pertemuan dengan client cerewet itu, nanti kita menyusul” Sonny yang tanpa basa basi langsung berkata.
”Eh...ngusir.....awas ya kamu Son..baru datang boro-boro dikasih minum, ” Anita menanggapi gurauan Sonny.
”Kamu yang awas ntar disana.., jangan minta tambah lho,” ujar Sonny menyambut gurauan Anita.
Demikianlah sekejab kemudian mobil yang kukemudikan sudah meluncur mulus menembus cerahnya udara pagi.
Dari percakapan antar para istri di mobil aku baru tahu kalau Sonny, Andi dan Herman sama sama bekerja dalam sebuah holding yang cukup ternama, dan sesungguhnya sama sekali tak diduga kalau hari ini mereka ditugaskan menemui dan rapat dengan client holding tersebut, ”Namanya juga cari makan.., ya udah mau nggak mau” Wirda menyelesaikan penjelasannya.
Wirda adalah seorang wanita yang masih tampak menarik di usianya, memang ia dan suaminya adalah anggota tertua dalam komunitas kami, Sonny berusia 55 tahun dan Wirda hampir mencapai 50 tahun, masih tampak lebih muda dari usianya, Irene yang termuda berusia sekitar 28 tahun, wajahnya cantik sekali dengan sepasang mata yang besar dan menarik hati, berambut ikal sebahu tubuhnya langsing dan walau dadanya tidak terlalu besar namun proporsional, sementara Cintya sekitar 35 tahun, wajahnya lumayan manis dengan tubuhnya tidak terlalu tinggi, payudaranya besar sekali, namun pinggangnya termasuk ramping, dengan pinggul yang bulat,
Aku mengemudikan dengan santai dan hampir 5 jam kemudian kami tiba di lokasi, sebuah hotel yang terdiri atas beberapa bungalow dan terletak persis ditepi pantai.
Demikianlah setelah merapihkan barang - barang kami di masing – masing bungalow, waktu ternyata sudah lewat tengah hari dan kami semua sudah kelaparan, makanan yang disediakan ternyata lumayan enak dan akhirnya dengan perut kenyang kami semua kembali ketempat masing – masing untuk beristirahat.
Sonny ternyata memesan 4 buah bungalow untuk kami semua, sehingga tiap pasangan punya privacy dan khusus untuk bungalow yang ditempatinya ia memesan yang terbesar dengan 2 kamar, dan aku mengerti maksudnya, kamar yang satunya akan menjadi ’kamar bermain’.
Siang itu aku tertidur di bungalow kami, Anita juga nampak masih lelap ketika aku bangun, hari sudah menjelang sore, kubuka jendela kamar, tampak lautan lepas menghampar membawa ombak dengan buih buihnya, udara cerah dan semua terasa nyaman.
’Tok....Tok...”pintu kami diketuk dan ketika kubuka nampak Wirda berdiri didepan pintu dengan wajah keruh..”Yuk...masuk..”kataku mempersilahkan dan Anita yang juga baru bangun... sudah bergabung.
”Sonny..nampaknya nggak bisa datang” katanya langsung, ”Juga Herman dan Andi, rupanya urusan cukup penting hingga mereka sampai harus menyelesaikannya minggu ini juga” katanya lagi.
Aku tidak menjawab, ku ambil HP ku dan kuhubungi Sonny, ”Hey..man,,,gimana nih..kamu yang punya acara malah masih di Jakarta, kasihan nih para nyonya udah capek capek 5 jam perjalanan kok jadinya begini?” tanyaku langsung
”Sorry, sorry banget.., ada masalah dengan pekerjaan., bener-bener nggak bisa kutinggal.., terserah kalian deh.., tapi aku minta maaf, nih Andi mau bicara” katanya lalu menyerahkan telpnya pada Andi yang juga menerangkan hal yang sama.
”Oke..oke.., aku sih bisa paham, jadi enaknya gimana apa kami semua balik saja ke Jakarta malam ini ?” tanyaku pada Sonny
”Terserah nyonya nyonya deh...., habis gimana..., kalau kamu sih enak perusahaan punya sendiri.” jawabnya pasrah
”Ok coba nanti kuatur deh..” jawabku
Jujur saja, suasana disini sesungguhnya nyaman sekali dan aku benci kalau harus nyetir balik ke Jakarta malam ini juga.
Kupandangi Anita dan kami beradu pandang sebentar, lalu istriku berkata pada Wirda, ”mBak.. kita makan malam dulu deh.., sambil berunding... ” lalu entah apa yang dibisikannya pada Wirda, namun serta merta wajahnya menjadi cerah.
Malam itu kami makan malam di hotel lagi, karena memang makanannya enak dan fasilitas restorannya lumayan bagus, setelah kenyang makan sea food kami memesan minuman dan sepakat untuk ngobrol di dalam bungalow saja sambil minum.
Sambil minum kami ngobrol santai, kecuali aku dan Wirda yang duduk di lantai beralaskan bantal yang lain ber leha leha di sofa, sambil sesekali mengomel pada ketiga pria yang tidak kunjung muncul.
Suasana cukup ramai, bayangkan 4 wanita berkumpul dan aku laki laki sendirian, menjadikanku hanya sebagai pendengar, belum ada sejarahnya seorang laki laki sanggup mengatasi pembicaraan 4 wanita sendirian.
Tiba tiba Wirda yang duduk disampingku melingkarkan tangannya dibahuku, dan ketika aku menoleh, bibirnya sudah mencium bibirku, aku melayaninya dan membalas permainan lidahnya, tubuh kami sudah berpelukan dengan rapatnya dan karena memang posisi kami dilantai, kurebahkan tubuhnya dengan bibir kami tetap berpagutan dan tangan kami saling meraba tubuh masing masing.
Kancing bajuku sudah terbuka dan baju Wirda juga mulai terbuka, tanganku memeluknya dan dengan mudah kait BH yang dikenakannya kulepas, dan beberapa kejab kemudian, puting susunya sudah dalam mulutku.
Walau sudah tidak terlalu kencang dan padat, namun buah dadanya masih cukup ’layak’ untuk dinikmati, dan tangannya juga tak kalah cekatan, karena batang kemaluanku sudah dalam genggamannya.
Tiba tiba kurasakan ada tangan lain yang menyentuhku,, ternyata istriku, yang kini ’membantu’ melepaskan pakaianku, sehingga sebentar saja aku sudah telanjang bulat. Wirda sudah menikmati kemaluanku dengan mulutnya dan Anita kini gantian berciuman denganku, sempat terpikir, wah...4 orang wanita..apa kuat..?
Kerasnya lantai membuatku tak nyaman, maka kuusulkan pindah kekamar, dan sambil berpelukan kami semua pindah kekamar, Cinthya dan Irene masih jadi penonton,
sementara Wirda dan istriku sudah mulai ’menyerang’ begitu tubuhku mendarat diranjang.
Aku telentang dan Wirda berjongkok diwajahku menyodorkan vaginanya untuk kujilat dan lidahkupun segera saja mengembara kesetiap sudut vagina wanita itu sementara tanganku memainkan buah dadanya.
Istriku masih asyik dengan mulutnya dijilat dan disedotnya batang kemaluanku dan juga bijiku tak luput dari serangan mulutnya.
Merasa cukup lagi pula aku tak ingin cepat cepat selesai, kuminta Wirda bergeser dan kuberi tanda pada istriku untuk berhenti, lalu dengan posisi Wirda dibawah kuangkat kedua kakinya kebahuku dan batang kemaluankupun menembus vaginanya. Kupilih posisi ini karena kuingat cerita Sonny suami Wirda bahwa ia paling tidak tahan lama dengan posisi demikian. Benar saja belum lama aku mengayunkan batang kemaluanku mengaduk aduk bagian dalam vaginanya ia sudah mulai mengerang dan mendesah tidak karuan dan semakin cepat aku bergerak semakin cepat ia mengimbangi hingga akhirnya dengan satu keluhan panjang ia mendesis keras ”O...God....I am cumming....cumming..ahhh....” dan tubuhnya mengejang hebat hingga akhirnya berhenti bergerak dengan batang kemaluanku tertanam di dalam vaginanya yang basah.
Sambil berbalik merebahkan diri kemaluanku tercabut dari vagina Wirda yang nampak puas, namun secepat itu pula batang kemaluanku yang masih penuh lendir itu sudah berada dalam mulut hangat Irene yang entah kapan sudah berada disisiku.
Anita kembali menciumi wajahku, dan bergerak kebawah, sementara Irene ternyata juga seorang ’maestro’ dalam memainkan kemaluan pria dengan mulutnya.
Entah kode apa yang digunkan, namun kini Anita sudah diatasku dan kemaluanku diarahkan memasuki vaginanya, aku agak mengeluh dalam hati karena aku tahu kalau dalam vagina istriku, aku takkan mampu bertahan lama, ada suatu kelebihan pada vagina istriku dan itu terbukti, karena banyak sudah aku mendengar pujian dari banyak laki laki yang pernah merasakan Anita, vaginanya memiliki dinding yang dapat meremas dan berdenyut denyut, luar biasa nikmat. Apalagi saat itu lidah Irene juga tak kunjung berhenti menyapu bijiku dan sesekali bibirnya menyedot dan saat istriku menarik pinggulnya terasa lidahnya menyapu batang kemaluanku.
Anita juga sudah sangat terangsang mungkin karena suasana, permainanku dengan Wirda barusan dan sentuhan sentuhan lidah Irene yang pasti sesekali menyentuhnya dengan batang kemaluanku didalam vaginanya. Karena kami sudah sangat dekat dan kenal kebiasaan satu dengan lain, kode yang diberikannya segera kupahami, ia mulai mengayunkan pinggulnya dengan irama nya yang khas dan kami bersama sama mendaki menggapai puncak dan akhirnya ”aku keluar......pa...aku keluar..........aahh...” dan beberapa saat kemudian aku menyusul ”ssshh...ya...ya....ahh...namun tiba tiba Anita melepaskan batang kemaluanku dari vaginanya dan tanpa diduga digantikan oleh mulut Irene. Aku yang sudah sampai dipenghujung tak perduli lagi dan ”Sssshhh... crrrt.....air maniku menyembur dalam mulut wanita istri Herman itu.
Dengan mulutnya disedotnya semua yang kukeluarkan dan kemaluanku baru dilepaskan setelah mengerut kecil.
Tidak lama aku dapat bersantai, Irene yang wajahnya nampak sekali masih sangat bernafsu sudah mulai lagi dengan serangannya, lidahnya menjilatiku dari atas hingga kebawah, bahkan satau persatu jari tangan ku di emutnya dengan mulutnya, dan mau tidak mau batang kemaluanku menjadi tegang dan keras kembali.
Kami sedang dalam posisi 69, tubuhku diatas tubuh Irene dan wajahku terbenam dalam vaginanya, dengan lidahku yang berusaha mencapai sudut sudut yang terdalam, sementara kembali batang kemaluanku sudah dalam mulut Irene ketika tiba tiba kurasa ada tubuh lain yang menempel dipunggungku dan sepasang buah dada yang kenyal dan besar menempel di punggungku, Cintya juga ikutan rupanya.
Kuminta Irene menungging, dan dengan posisi doggy style kumasukan kemaluanku dalam vaginanya. Sambil mengayunkan pinggulku Cintya yang berada disampingku menyorkan buah dadanya kemulutku yang segera kusambut dan kusedot sedot, konsentrasi ku kembali agak terganggu karena dalam posisi berlutut dan kemaluanku terbenam dalam vagina Irene, ada yang menerobos dibawahku dan Wirda sudah menjilati bijiku, anusku, dan kembali ke bijiku, wah..........kalau begini aku tak kan bisa lama pikirku, kupercepat dan dengan keras kuhantam vagina Irene dengan ayunan yang cepat, untunglah Irene segera naik dibegitukan dan akhirnya ...hampir bersamaan aku kembali keluar....sedetik kemudian Irene pun berteriak ...”ahh....keluar...keluar.....sssshhh...tubuhnya mengejang sejenak terus melemas dan kemaluanku pun lepas yang rupanya hanya pindah ke mulut Wirda.
Bersambung . . .
Komentar
0 Komentar untuk "Istri teman-temanku - 1"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.