Namaku Niko (samaran), sekarang ini aku berumur 21 tahun, kuliah di perguruan tinggi negeri di Makassar. Biasanya sepulang kuliah aku membuka internet di komputerku, tetapi hari ini aku ke warnet biar bisa lebih lama. Aku sering membuka situs Rumah Seks, aku sering membaca setengah baya, entah kenapa aku suka. Di tengah asyiknya aku membaca, sampai-sampai aku terangsang, membuat batang kemaluanku sudah membesar setengah dari 16 cm.
Masuk seorang wanita cantik yang kutaksir umurnya belum cukup 30 tahun. Dia memakai baju biru ketat, sehingga memperlihatkan buah dadanya yang berukuran besar 36D itu ingin berontak keluar dari sarangnya. Dipadukan dengan rok sebatas betis berwarna hitam, sungguh cantik kelihatannya, anggun dan montoklah kata-kata yang tepat untuk mengungkapkannya. Dia mengambil tempat tepat di sampingku.
Mataku tidak lepas darinya, khususnya buah dadanya itu sambil tanganku tetap pada mouse komputer bermain chatting. Dia tersenyum kepadaku, oh sungguh manis senyumnya membuatku grogi. Dia tertawa melihat tingkahku, dan aku mencoba mengalihkan pandanganku ke layar monitor. Di layar chatt ada yang menyapaku dengan nick ^Nita 25^, dan aku langsung membalas sapaannya. Rupanya dia juga di makassar berumur 25 tahun bernama Nita.
Tiba-tiba dia berkata, "Kok cuma chatt aja, ngga buka situs lagi..?"
Aku terkejut, kok dia bisa sampai tahu dan kutanya kok dia tahu. Dia menjawab dengan jawaban yang sangat membuatku terperanjat, katanya dia tahu karena dia yang berada di sebelahku, cewek berbaju biru itu. Kami kembali ngobrol dengan asyik tanpa ada rasa malu-malu lagi. Dari pembicaraan itu, aku mengetahui bahwa dia baru saja putus dengan pacarnya karena tidak mendapat restu dari kedua orangtua, dan dia meminta nasehatku. Kupikir ini merupakan kesempatan yang baik untuk mendapatkannya, maka kujawab saja bahwa cari saja yang lain.
Tanpa kusadari, dia meresponnya dengan baik dengan mengajakku menjadi teman jalannya untuk sementara. Sungguh suatu ajakan yang luar biasa, membuatku sangat senang dan langsung saja kuterima ajakannya tersebut.
Setelah kami berhenti bemain internet, kami lalu pulang bersama naik motorku, karena dia tidak membawa mobilnya. Rupanya dia tinggal sendiri, karena kedua orangtuanya pegi entah kemana. Dia menawariku untuk masuk, tapi kupikir jangan dulu, besok aku pasti datang lagi. Keesokan harinya dia menelpon mengajak jalan yang kebetulan hari itu hari Sabtu, jadi ceritanya kencan pertama di malam minggu.
Kutunggu permataku di ruang tamunya yang cukup luas. Alangkah cantiknya dan manisnya ketika dia muncul dari kamarnya berbalut baju putih panjang dengan belahan dadanya yang wow aduhai, membuatnya begitu sangat anggun dengan rambut panjangnya dibiarkan terurai, tetapi kacamatanya dibiarkan tetap melekat.
Kami lalu jalan-jalan dengan memakai mobilnya ke mall dan ke tempat yang dia sukai, termasuk pantai Losari. Dia begitu senang akan semuanya, hingga jam 10 lewat aku mengajaknya pulang. Setiba di rumahnya, mobil kumasukkan ke garasi, tiba-tiba dia mencium pipiku, kami saling berpandangan dan serentak kami berciuman. Begitu hangat sampai-sampai dia mengeluarkan suara mphh.. mphh.., sambil dia bergerak menuju ke pangkuanku membuat mobil bergoyang saking dahsyatnya cumbuan kami.
Tangannya merangkul di leherku sambil lidah kami saling bermain di mulut masing-masing dan bertukar air liur. Ciumanku turun ke lehernya yang putih mulus, membuat dia menutup matanya sambil mengerang, "Ahh.. Ohh.. yeah.."
Bibirku lalu turun lagi ke daerah yang lebih sensitif, yaitu ke belahan dadanya sambil tanganku mulai meremas-remas payudaranya yang masih terbalut dengan bajunya. Ciumanku mendarat di belahan dadanya, mencium, mengisap, menjilat setiap permukaan kulitnya yang harum putih mulus membuat dia menggelinjang.
"Ohh.., Nik.., terus Sayang..!" erangannya.
"Ohh.., yes.., yeah.., cumbulah aku Sayang..!"
"Kamu suka Nit..?" tanyaku.
Dia tidak menjawab, hanya mmejamkan matanya seraya menikmati setiap cumbuanku.
Tiba-tiba dia tersentak menggeliat ketika ciumanku tepat berada pada puting susunya, sedangkan BH-nya tetap berada pada tempatnya, hanya saja agak merosot sedikit memberi jalan pada putingnya untuk keluar.
Dia tersentak ke belakang sambil berteriak, "Akh.., akh.." membuat klakson mobil berbunyi.
Aku tanya kenapa, dan dia hanya tertawa dan aku pun ikut tertawa. Kami turun dari mobil, masuk ke ruang tamu, kubiarkan dia menggandeng tanganku sampai di depan pintu kamarnya, dan aku terdiam.
"Apakah kamu serius dengan semua ini Nit..?" tanyaku.
Dia tersenyum nakal menanggapi pertanyaanku, dan segera menarik tanganku masuk, dan menutup pintu kamarnya. Kubuka kacamatanya dan memandang ke dalam matanya yang sudah sayu akan kenikmatan yang telah dia dapatkan. Dia tersenyum nakal ketika tinggal CD-ku yang tersisa dan mulai membuka pakaiannya. Astaga, ternyata dia tidak memakai CD, hanya memakai BH saja. Sambil menari di atas kasur, dia menunjukkan jarinya ke arahku seraya memanggilku mendekat.
Ciumanku mulai turun dari bibirnya ke leher jejangnya. Ketika bibirku berada pada buah dadanya, tangan kiriku meremas-remas dan memilin-milin puting susunya, dan tangan kananku mulai berani menggosok bibir vaginanya. Dia menengadahkan kepalanya ke belakang ketika mulai merasakan sensasi yang luar biasa itu. Tanpa sadar, tangannya sudah menangkap batang kemaluanku dan mulai mengocok, menjilatinya, sungguh pintar dia mempermainkannya. Aku bagaikan melayang ke udara ketika mulutnya menelan dan mengulum semua batang kemaluanku tanpa sisa, sambil sekali-kali wajahnya menghadap kepadaku memperlihatkan keahliannya.
Aku tidak tahan lagi, kurebahkan tubuhnya, dan dia mulai melebarkan kakinya. Terlihatlah suatu pemandangan yang mengasyikkan, vagina yang berwarna merah jambu merekah menanti pangerannya dengan bibir vagina yang indah dengan bulu-bulu halus serta tercium aroma yang khas.
"Ohh ya.., Nik.., ayo Sayang.. terus..! Lakukannlah Sayang.., ohh.., jilat Sayang.., cepat..!"
Mendengar permintaannya, maka ciumanku turun ke vaginanya dan menemukan daging kecil segar dan mulai kupermainkan dengan menjilati, menghisap dan sekali-kali menggigit-gigit kecil klitorisnya, hal itu membuat dia melayang keenakan.
Jari telunjukku mulai dihisap dengan penuh birahi olehnya.
"Mphh.., mphh.., oh.. Sayang.., Nik.., mphh.. mphh..!"
Kubuka bibir vaginanya lebar-lebar, dan terlihat dinding vaginanya yang masih perawan dan terciumlah wangi yang khas yang keluar dari vaginya berupa cairan bening yang licin. Kubersihkan cairan itu dengan lidahku dan permainanku sudah pada tanganku yang mulai menusuk sedikit-sedikit ke dalam vaginanya sanbil klitorisnya kujilat dan kuhisap, membuatnya tidak berdaya lagi.
"Ohh.., Sayang.. ohh..! Ayolah Sayang, aku tak.. tahan lagi. Aku ingin.., merasakannya Sayann..nngg..! Masukkanlah Sayang.., kontolmu ke dalam.. memekku..! Ayolah Sayang.., please..!" dia merengek untuk mendapatkan sesuatu yang lebih nikmat lagi.
Aku tidak menanggapinya, tanganku mulai mengusap-usap klitorisnya dengan ibu jariku, sedang lidahku mulai berani menusuk-nusuk ke dalam vaginanya.
"Ohh.., Sayang.., akh.. akh.. ohh.. Sayang. Nik.., please..! Ayolah.., Sayang.., tusuklahh.. jangan menyiksaku seperti ini Sayang.. Akh.., akh.., aku keluar Sayang..!"
Bagaikan cacing kepanasan, dia mulai menggeliat ketika orgasme pertamanya tiba, maka keluarlah cairan kenikmatan itu dari lubang kenikmatannya.
"Slurp.., slurp..," kuhisap semuanya cairan yang keluar dan kubersihkan dengan lidahku.
Kubiarkan dia merasakan orgasme pertamanya, kubelai rambutnya, kucium bibirnya agar birahinya kembali lagi, dan itu manjur. Dia mulai membalas cumbuanku dengan nafsunya. Maka mulailah kutancapkan batang kemaluanku di bibir vaginanya. Begitu hangat dan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, dan betapa nikmatnya ketika mulai bersentuhan, dan kami mengerang bersama-sama.
"Ohh.., oh.., akh.., akh.., pelan-pelan Sayang, sakit Sayang. Pelan-pelan Sayang, aku masih perawan.."
Dengan semangat juang yang membara, kutusuk dan kutusuk sampai batang kemaluanku masuk dan kudorong lebih lagi, maka amblaslah semuanya.
"Bles.., bles..!" masuklah semuanya.
"Akhh.., ohh.., yeahh.. teruss..!" erangan kami berdua saat dia mencapai orgasmenya yang kedua.
Kudiamkan sejenak biar dia merasakan keindahannya, terasa vaginanya menjepit-jepit batang penisku, sungguh sensasi yang luar biasa.
Setelah beberapa lama, gairah nafsunya bangkit lagi, maka kutusuk lagi sampai sedalam-dalamnya hingga mencapai dinding rahimnya.
"Ohh.., yeahh.., enaak Sayaang.. lagi ohh.., tusuk teruss.. Sayangg.., aku suka sekali..!"
Kami bergumul membuat seprei tidak karuan, buah dadanya tidak kuasa bergoyang seirama dengan tusukan pantatku naik turun.
"Ohh.. Sayaanngg..! Sayangg, aku mauu.., keluaar lagii..!" tubuhnya serasa melayang di udara.
Kakinya menjepit pinggaangku dengan satu hentakan yang keras mengakhiri orgasmenya yang ketiga sambil meremas-remas payudaranya.
"Beri aku waktu sebentar Sayang, aku akan memuaskanmu..," katanya sambil membersihkan vaginanya yang keluar darah perawannya.
Kami lalu ke dapur untuk mengambil minuman. Seyumannya sudah menandakan nafsunya sudah bangkit lagi, maka kutundukkan dia sambil menopang di atas meja. Ingin kutusuk dia dengan gaya "doggie style". Terlihat vaginanya berdenyut-denyut menanti serangan yang akan dia dapatkan.
"Ohh.., yeahh.., ohh.. Jilat teruus.. Sayang..!"
Tercium wangi vaginanya yang khas, membuatku tidak tahan lagi, maka kutusuk dia dari belakang tapi kami tidak melakukan anal. Kutusuk dan kutusuk terus, membuat dia menggelinjang seperti cacing kepanasan hinggan badannya lemas.
Kubimbing dia ke sofa, dan kududukkan dia di pahaku sambil tangannya membimbing batang penisku memasuki liang surgawinya. Begitu hangat dan sempit, membuat batang kemaluanku tidak kuasa dibuatnya. Terasa menjepit-jepit liang vaginanya. Layak joki menunggang kuda, dia memompa badannya naik turun sambil dia menghisap jari telunjukku dengan nafsunya. Kuganti gaya dengan gaya menyamping, kuangkat satu kakinya hingga vaginanya serasa melebar.
"Ohh.. yaa.., Sayaangg..! Teruuss.., akhh.., Sebentar laggii Sayang, aku mauu keluar..! Kita sama-sama ya sayang, aku tak kuat lagi.." katanya.
Maka kupompa lebih keras dan cepat hingga kurasakan ada yang ingin keluar dari batang kemaluanku. Maka bagaikan dua mobil yang melaju dengan kecepatan yang sangat cepat, bertabrakan di dalam gua hancur berkeping-keping menyatu satu sama lain. Kami lemas dengan perasaan yang bahagia.
Begitulah kisahku dengan Nita yang merupakan pengalaman yang tidak kulupakan. Atas sarannya sendirilah aku menulis cerita ini untuk mengingat semua yang telah kami lakukan, karena dia akan berangkat ke Kanada untuk berjumpa dengan ibundanya tercinta yang selama ini dinanti-nantikannya. Tapi kami sampai sekarang ini pun dia masih menghubungiku kadang-kadang, tapi hanya sekedar teman, karena di sana dia telah mendapatkan teman hidupnya. Jadi bagi pembaca yang ingin berbagi cerita atau mungkin ingin berhubugan denganku berbagi kenikmatan, boleh menghubungiku.
TAMAT
Komentar
0 Komentar untuk "Nickname Nita25"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.