Asmara sang idola - 2

0 comments

Temukan kami di Facebook
"Kamu juga sangat cantik kok Lil, nggak mungkin kamu belum punya cowok", kataku sesaat.
"Diet.. Aku tuh di sini kerjanya sibuk banget", katanya.
"Mana ada cowok yang mau dengan cewek yang super sibuk, yang liburnya cuman 2 kali seminggu", katanya lagi.

Entah keberanian dari mana tiba-tiba tanganku menggenggam tangannya, ketika mobil yang kami tumpangi sedang berhenti di atas sebuah daerah perbukitan. Sementara musik sedang mengalun lembut dari tape mobil. Begitu syahdunya lagu milik procol harum' yang judulnya 'whiter shade of pale'. Membuat suasana makin terasa romantis ditambah dengan hanya kami berdua di dalam mobil. Tanpa aku duga sebelumnya, tiba-tiba Lila mendekatkan tubuhnya sambil matanya menatap sayu.

"Diet.. Saat pertama aku menerima copy identitas diri kamu dan juga kelompok musik kamu, berikut foto-foto anggota group", kataya pelan.
"Perasaanku mengatakan bahwa kamu type cowok yang romantis ternyata benar adanya", terangnya kemudian.
"Lil.. Aku hanya seorang pemain musik", sahutku pelan.
"Apa yang kamu harapkan lebih dari aku, dari segi finansial kamu jauh berbeda, dari kecantikan bahkan kamu sangat cantik yang nggak begitu sulit tentunya buat mendapatkan cowok idaman kamu", jelasku lirih.
"Diet.. Semua itu semu bagiku, kebahagiaan sejati adanya hanya di hati", sahutnya lagi.
"Buat apa terpenuhi segala sesuatunya, sementara hati kita nggak bahagia", ujarnya lirih.

Dengan lembut aku rengkuh bahunya dan menarik wajahnya mendekat dan tak lama kemudian aku sudah mengecup bibirnya yang ranum.

"Ohh.. ", Desah Lila lirih.

Bibirku berpindah perlahan dari bibir terus ke lehernya dan berakhir dibelakang telinganya. Lidahku menjulur dengan lembut di antara lehernya yang jenjang dan cuping telinganya, yang sesekali menjulur ke lubang telinganya.

"Ohh. Ssshh.. ", Desah Lila lembut.

Tanganku yang meremas payudara yang sebelah kiri dari luar gaun hitam nya yang sedikit terlepas talinya. Hal ini semakin membuat Lila mendesah untuk kesekian kalinya.

"Diet kita lanjutin di kamarku aja yah", katanya parau karena masih menahan rangsangan.
"Di sini kurang asyik, lagian juga ntar kalo ada orang lewat terganggu lagi" tambahnya.

Mobil kemudian bergerak perlahan meninggalkan daerah perbukitan. Sepanjang jalan tanganku tak pernah berhenti mengelus paha mulus Lila yang terbungkus gaun hitam panjang, sementara Lila mengemudikan mobil. Dalam waktu kurang dari 30 menit sampailah mobil yang kita tumpangi di depan apartment pertambangan.

Kamar Lila kebetulan ada di lantai yang paling atas sementara apartment ini mempunyai 3 lantai di bawahnya. Setelah memarkir mobilnya di bawah sebuah pohon, aku keluar mobil terlebih dahulu. Dengan mesra aku memeluk pinggang Lila, dan berjalan pelan disisinya menuju kamarnya yang terletak di ujung.

Sesampainya di depan pintu kamar aku menghentikan langkahku, yang aku lanjutkan dengan memeluk pinggang Lila dan kembali aku mengecup bibirnya yang selalu terlihat basah.

"Ohh.. ", Kembali Lila mendesah lirih.
"Diet.. Nggak enak ntar di liat ama orang lain", bisiknya pelan.

Kemudian Lila menyerahkan kunci kamarnya ke padaku. Tak lama pintu sudah terbuka dan nampaklah olehku sebuah kamar yang di tata dengan rapi, serta di padu dengan letak lampu kamarnya yang berada di ujung. Kesan romantis begitu terasa di dalam kamar Lila. Mulai dari warna catnya, letak lampunya. Dengan mesra aku menggendong Lila ke sofa yang ada di tengah kamar yang menghadap ke luar jendela.

Setelah duduk di sofa sejenak, Lila berdiri ke arah musik set yang ada di dekat ranjang, yang tak lama mengalunlah musik instrumentalia milik dari 'Kenny g' yang judulnya 'going home'. Dengan lembut Lila berjalan ke arah sofa dimana aku sedang takjub memandang lekukan tubuhnya yang di balut oleh gaun hitam dan di terpa oleh temaramnya sinar lampu kamar.

Perlahan Lila menghenyakkan pinggulnya yang sexy di sofa, sementara tanganku menyambut pinggangnya yang ramping dan ku peluk erat seketika. Going home masih mengalun syahdu, ketika bibir ku berpindah ke lehernya yang jenjang, serta kedua tangan ku menurunkan tali gaunnya yang berleher rendah. Bra 36B warna hitam yang berenda di tepinya, menambah sexy penampilan Lila malam itu.

Dengan lembut aku meremas kedua payudaranya bergantian. Sementara bibirku masih aktif di bibirnya yang ranum, dan tanganku mulai membuka tali branya dari belakang. Dalam hitungan detik terlepaslah bra hitam Lila, dan terpampanglah di hadapanku sepasang payudara nya yang putih dengan ujungnya yang kecoklatan. Bibirku bergerak perlahan menciumi kedua payudaranya mulai dari yang kiri bergantian dengan yang kanan.

"Sssh.. Ohh Diet", Desah lila yang mulai terangsang.

Tanganku yang kiri meremas lembut payudara Lila yang sebelah kanan, sementara bibirku menjilati ujung puting yang kanan.

"Ohh.. Sssh.. Terus diet", Desahan Lila semakin menjadi.

Setelah cukup lama aku merangsang bagian atas tubuh Lila, kemudian aku lanjutkan dengan menundukan kepalaku sambil menjulurkan lidah untuk menjilati perutnya yang rata. Sambil menunduk tanganku perlahan menurunkan gaunya yang masih menggantung di bagian perut dengan menariknya kebawah. Tampaklah Gundukan CD hitam yang rendanya ada di bagian tengah, dan nampaklah secara transparan bulu vagina Lila yang hitam lebat.

Bulu vagina Lila memang sangat lebat dan hitam itu nampak dari pinggiran Cd nya yang masih dikenakannya. Beberapa ada yang keluar dari pinggiran CD hitam lila. Aku hanya bisa menelan ludah sesaat menyaksikan semua itu. Dengan gigitan lembut aku menarik CD hitam Lila ke bawah yang melewati pahanya yang mulus.

Setelah CD nya berada di pahanya, tanganku menyelesaikannya dengan melepasnya seketika. Dengan gerakan perlahan aku menunduk sambil menjulurkan lidahku ke arah gundukan hitam bukit vagina Lila. Lidahku menjulur lembut menyapu labia minora serta labia mayoranya Lila dan sesekali ujungnya menyentuh clitoris Lila.

"Hekk, Ssshh", Lila mendesah agak keras mendapat perlakuan itu.
"Diett.. Terusin diet", jeritnya lirih.

Setelah cukup lama Lila menerima rangsangan, aku menghentikan sesaat kegiatan itu. Yang tak lama kemudian Lila berinisiatif memberikan kenikmatan yang sama terhadap diriku. Dengan posisi duduk di sofa, ini memudahkan bagi Lila untuk memberikan pelayanan oral Terhadapku. Dengan lembut Lila kemudian menundukan kepalanya dan tak lama dia telah melahap ujung kepala penisku dengan lincahnya.

"Ughh.. ", erangku merasakan kenikmatan yang diberikan oleh ujung lidah Lila.

Sementara tanganku meremas payudaranya dan sesekali aku padukan dengan memilin ujung putingnya lembut. Setelah cukup puas Lila menelusuri seluruh permukaan penisku yang di mulai dari zakarnya dan berakhir di ujungnya yang di padukan dengan gerakan ujung lidahnya menyentuh lubang kencingku.

Perlahan Lila berdiri di hadapanku yang sedang duduk di sofa. Dengan lembut aku menarik pinggangnya perlahan mendekat ke arahku. Bibirku kembali menyentuh payudara Lila bergantian, mulai dari yang kanan dan berakhir di payudara yang kiri. Dengan lembut aku memegang batang penisku yang sudah sangat keras dan mengarahkannya ke belahan vagina Lila yang merekah basah oleh lendir birahinya. Sedikit demi sedikit Lila menurunkan pinggulnya dan bersamaan dengan amblasnya batang penisku di dalam vagina Lila yang masih sempit.

"Sssh.. Ohh Diet", erangnya ketika penisku membelah vaginanya yang basah.

Dengan menggoyangkan pinggulnya perlahan Lila mulai melakukan aksinya. Dan ini membuatku memejamkan mata menikmati sensasi atas gerakan erotis Lila.

"Ughh.. Ssshh", Erangku lirih.
"Diet.. Aku mau keluar", jeritnya parau.
"Sebentar sayang", sahutku tak kalah paraunya.

Tak lama berselang aku merasakan denyutan vagina Lila dan di barengi rasa hangat melintasi batang penisku yang menandakan orgasme pertama telah di dapatkannya. Setelah denyutan mulai melemah, kemudian aku mencabut penisku dan meminta Lila rebahan di sofa. Dengan gerakan lembut aku membuka paha Lila, sambil tanganku menggenggam batang penisku yang masih keras. Perlahan aku melesakkan batang penisku di belahan vagina Lila.

"Sret.. Sret.. ", setengahnya telah masuk membelah vagina Lila.
"Ssshh.. Diet.. Terusin enak", jeritnya lirih.

Dengan sekali tekan, namun cukup lembut aku melesakkan sisa batang penisku ke dalam vagina Lila yang sangat basah oleh lendirnya sendiri.

"Ohh.. Ssshh", kembali Lila mendesah lirih.

Perlahan aku mulai memaju mundurkan pinggulku dengan pasti.

"Ughh.. ", aku merasakan kenikmatan, setelah jepitan vagina Lila berdenyut lembut.

Setelah beberapa lamanya, aku mulai merasakan denyutan di ujung batang penisku.

"Lila sayang.. Ohh.. ", jeritku lirih.
"Aku mau keluar nih sayang", sahutku lagi.

Dengan cepat aku mengocok penisku di dalam vagina Lila. Dalam waktu yang bersamaan aku mencanut penisku dan mengocoknya di atas perut Lila.

"Crett.. Ohh. Ssshh", menyemburlah spermaku di atas perut Lila yang sebagian menempel di kedua payudaranya.

Dengan cepat Lila mengoleskan lelehan spermaku di seluruh permukaan perutnya dan kedua payudaranya.

"Thanks ya sayang ", aku mengecup bibir ranum Lila kemudian.
"Sama-sama sayang", sahutnya lirih.

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Asmara sang idola - 2"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald