Namaku Nova, l mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta di Malang. Kisah ini kualami saat aku bertemu dengan seorang gadis yang bernama Gita. Gita adalah seorang gadis pelajar sebuah SMU di kota Malang. Perkenalan kami berawal disaat aku mengantar adikku di pesta ulang tahun temannya. Wajah yang cantik pikirku saat aku mulai bertatapan mata dengan dia. Entah bagaimana, lanjutnya hingga seminggu setelah perkenalan kami peristiwa 'nikmat' ini terjadi.
Saat itu cuaca kota Malang sedang mendung, sekitar pukul 16.40 aku menerima telepon dari Gita, bahwa dia akan datang ke rumah kontrakanku untuk belajar Fisika bersama. Kira-kira pukul 18.00 bel pintu rumahku mengalun, segera kubuka pintunya dan betapa aku sangat terpesona melihat pemandangan indah yang kini ada di hadapanku.
"Gita.., e.. e.. si.. silakan masuk..!" kataku dengan agak terpatah-patah.
"E.., Rina ada Mas..?" tanyanya sambil pandangannya melihat ke dalam rumah.
Saat itu memang Rina adikku sedang pergi ke rumah tante yang tidak jauh dari jalur rumah kontrakanku. Tidak lama kemudian kami duduk di sofa ruang tamu sambil mengerjakan tugas Fisika yang diberikan gurunya siang tadi.
"Ada PR apa..?" tanyaku.
"Ini lho Mas.. diberi tugas untuk ngerjakan bab tentang Thermodinamika. Padahal aku paling sebel deh kalo belajar fisika," ungkapnya dengan nada agak sewot.
"Ya udah.. nggak pa-pa, entar kalo Mas bisa Mas bantuin ya..?"
Segera aku mengambil posisi duduk melantai di antara meja dan sofa. Gita pun segera mengeluarkan buku yang sejak tadi bernaung di dalam tas warna hijau muda yang dibawanya. Akhirnya aku pun ikut bermain dalam soal-soal yang dia kerjakan. Sesekali saat aku menjelaskan tentang jawaban itu, pandangannya kurasakan kosong menuju wajahku. Dan terkadang tanpa sengaja, siku tanganku menyentuh dua buah tonjolan yang ada di bagian dadanya.
"Sebentar.., Mas buatin minum dulu ya..?" kataku sambil beranjak dari sampingnya.
Tidak berapa lama kemudian aku kembali sambil membawa dua buah gelas minuman.
"Rina.. kok belum datang juga sich Mas..?" ungkapnya manja.
"Tunggu aja.. entar lagi dia pulang." jawabku.
"Oh ya.., gimana PR-nya, udah beres atau.. masih ada lagi yang harus dikerjakan..?" kataku sambil kembali aku duduk di posisi semula.
"Kayaknya.. udah." jawabnya sambil membuka lembaran buku tugasnya.
Waktu terus berjalan.. dan kulihat saat itu sudah pukul 19.25 WIB. Saat itulah aku mulai merasakan ada getar-getar nafsu yang kian menggelora di dalam benakku. Saat itulah aku mulai berani mengungkapkan kata-kata rayuan yang membuatnya tersipu. Entah berawal dari mana hal ini terjadi. Kupegang lengan tangannya.., dia mulai memandangku dengan penuh rasa malu. Namun tidak kuhentikan aksiku disini, malahan aku semakin berani untuk membenamkan bibirku ke bibirnya yang mungil dan merah basah itu.
Sepintas aku melihat dia memejamkan matanya dengan sayup, dan membalas kecupan bibirku dengan lembutnya. Tanganku mulai menjelajah di bagian-bagian sensitifnya. Kuselipkan tanganku di bagian kancing bajunya, aku semakin bernafsu saat aku menyentuh dan meremas bagian payudaranya yang kenyal dan padat berisi itu.
Segera aku merayap turun menciumi bagian lehernya, dan.. "Ouhgf..!" terdengar lirih desah nafasnya yang membuat nafsuku semakin menggejolak.
Tiba-tiba.., "Kring.., kring..," kami sempat terkejut mendengar suara telepon itu.
Segera aku berdiri untuk menerima telepon tersebut.
"Halo..?" terdengar suara disana yang aku hafal betul, itu suara Rina.
"Mas.. sorry, aku nggak pulang malam ini. Aku bobok di rumah Tante Mira. Oh ya.., kalau Gita datang, bilangin bukunya ada di alamari bacaku. Udah dulu ya.., daag..," katanya tanpa memberi aku kesempatan untuk menjawab.
Dengan agak kesal kuletakkan gagang telepon di tempatnya.
"Telpon dari siapa Mas..?" kutangkap suara itu dari hadapanku berdiri.
"Oh.., ini dari Rina. Dia nggak pulang malam ini..," kataku.
"Jadi Rina nggak pulang..? Kalo gitu saya pulang dulu ya Mas..!" katanya sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tasnya.
"Eit.., mau kemana..?" tanyaku sambil aku mendekatinya.
"Gita.., malam ini kamu tidur di sini aja. Besok pagi aku anterin pulang deh..," kataku.
"Tapi.." jawabnya.
Tanpa basa basi aku ambil gagang telepon dan segera kutelepon rumahnya, dan kusampaikan pada orang tuanya hal tersebut. Segera aku menutup semua pintu rumah, dan membimbingnya masuk ke dalam kamarku. Di sana kami melanjutkan percumbuan yang sejak tadi tidak dapat kutahan.
Kurebahkan tubuhnya di atas tempat tidurku.., dan.., "Mas.." kudengar lirih suaranya mengharap padaku untuk meneruskan ciuman yang saat itu kuhujamkan ke bagian sela-sela leher dan dagunya.
Aroma tubuh yang menggejolak membuatku semakin panas. Tanganku meraih lipatan kain yang menutupi bagian dadanya, kusibakkan kain tersebut dan kini.. aku melihat dengan jelas dua buah bukit yang padat berisi dengan lembah sekelilingnya berwarna putih.., bersih dan, oh.. sangat menggairahkan.
Entah apa yang dia rasakan.., tiba-tiba ada sesuatu yang menyentuh di bagian depan celanaku, dan ternyata jemari tangannya yang lentik telah mulai menyentuh permukaan penisku yang sejak tadi menegang.
"Aku mau.. menemani kamu malam ini.. tapi, kumohon jangan kau renggut kesucianku sayang.." terdengar pintanya di sela-sela gelora nafsuku yang semakin menjadi.
Aku semakin tidak perduli dengan apa yang dia katakan. Dan tanpa pikir panjang lagi, kulepaskan gaun yang menutupi bagian perutnya ke bawah. Wow.., sungguh pesona yang menajubkan, kulihat CD-nya yang berwarna jingga terasa membias dan menambah semakin tinggi hasratku untuk.. eghghgh. Kutarik CD-nya hingga sempurnalah kini tubuhnya untuk telanjang bulat.
Betapa tidak aku terangsang, tubuh yang putih mulus dan sangat beautiful itu kini tergeletak di hadapanku tanpa sehelai benang. Aku hanya melihat dia memejamkan matanya sambil terdengar isak tangis kecil yang semakin menambah indah malam itu. Seperti terhipnotis.., dia hanya diam saat aku menjilati bagian vaginanya. Aroma khas vagina yang selama ini selalu kudambakan kini telah menyelubungi semua hidungku. Lidahku semakin berani untuk mejulur masuk ke sela-sela liang itu. Tidak lama kemudian kurasakan vagina itu basah oleh cairan yang keluar dari liang itu.
Dan kudengarkan, "Eeefsstt.., Mass.. oughf..!" desisan nafsu dari seorang gadis SMU.
Segera kuatur posisi '69' agar aku pun merasakan hal yang sama. Kira-kira 15 menit kulakukan itu. Kini tibalah untuk penisku yang tegang dari tadi, kini mulai menyentuh bibir luar vagina Gita yang sudah cukup basah dengan cairan. Kuselipkan pelan.. pelan.. masuk ke dalam dan sedikit demi sedikit kurasakan cengkraman otot-otot vaginanya.
Sementara itu .. aku dengarkan lirih .. suara Gita menahan sakit karena tekanan penisku kedalam liang vaginanya. Sesaat kemudian aku benar-benar telah menembus "gawang" keperawanan Gita sambil teriring suara jeritan kecil "Ooohhgfg.. sa..kiit..Mass..", aku pun semakin cepat untuk mengayunkan pinggulku maju mundur .. demi tercapainya kepuasan ..Kira-kira 10 menit aku melakukan gerakan itu. Tiba-tiba aku merasakan denyutan yang semakin keras untuk menarik penisku lebih dalam lagi, dan.. "Terus.., Mas.., terus.. kan..! Ayo.., teruskan.. sedikit lagi.., ayo..!" kudengar pintanya sambil mengikuti gerakan pinggulku yang semakin menjadi.
Dan tidak lama kemudian badan kami berdua menegang sesaat, lalu.., "Seerr..!" terasa spermaku mencair dan keluar memenuhi vagina Gita, kami pun lemas dengan keringat yang semakin membasah di badan.
Kulihat Gita begitu beseri sambil menciumi tubuh dan bibirku.
Dia kemudian berkata, "Cintailah aku selamanya.., agar kau dan aku akan selalu merasakan hal ini.."
Segera kucabut penisku yang masih tenggelam di dalam vaginanya, dan kurasakan hangat serta kulihat merah darah perawannya Gita.
Aku tiba-tiba terbangun, dan kusadari kini Gita telah ada di sampingku sebagai calon isteriku yang sebentar lagi menikah. Kusadari hal itu semua hanyalah.. mimpi yang indah.
TAMAT
Komentar
0 Komentar untuk "Dari les ke cintanta Gita"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.