Antara Pekanbaru - Jakarta - 5

0 comments

Temukan kami di Facebook
Kukecup leher Ina.. "Bang.. Hati hati.. Jangan dicupang, ntar kelihatan"
"I.. ya, jangan kua.. tiir"

Aku terus mengembara dengan bibirku, kecupan demi kecupan telah membuat Ina memejamkan matanya karena nikmat. Kugeser kepala ku sedikit kebawah dan oh.. Payudara itu demikian ranumnya. Semalam memang aku sudah meremas dan dan menghisapnya, tetapi baru kali ini aku dapat melihat bentuknya dengan jelas.

Payudara Ina putih sekali, saking putihnya aku dapat melihat urat urat kecil bewarna merah dan biru seperti menempel dipermukaan kulitnya. Putingnya kecil, runcing dan memanjang (pantas semalam enak banget ketika dikenyot) sekitar puting berwarna coklat muda dan di payudara kiri masih tersisa sedikit warna merah bekas kecupanku tadi malam.

Segera kubenamkan kepalaku diantara dua bukit indah tersebut, Ohh.. sungguh nikmat menancapkap bibir serta lidah di daging kenyal itu. Pelan kubelai pangakal payudara itu, terus, terus memutar pelan menuju putingnya. Tubuh Ina menggelinjang dan sekarang dia telentang, telanjang, mengangkang dan mengerang sambil menantang.

"Bang.. Ina.. Nggak tahan, sekarang terserah Abang aja."
"Iya sayang"
"Tetapi kenapa Ina bohong sama Abang"

Aku coba mencari tahu sambil terus turun menjilati perut dan pusarnya.

"Auh.. Abang.. ge.. geli.. Tapi.. Terus bang"

Pantat Ina mulai bergerak liar, membuat penisku tambah tegang dan mulai mengeluarkan lendir puith di ujungnya.

"Ina benci selalu dibilang masih kecil.. Sama bapak tiri Ina"
"Terus"
"Katanya sama Ibu, Anakmu itu kan masih kecil, ayo nggak apa apa kita main aja aku sudah nggak sabar kalau mesti nunggu dia tidur"
"Apa maksudnya dengan main ajaa.." kata kataku sedikit terputus karena aku berusaha melepaskan celana pendekku.
"Maksudnya, mereka langsung begituan, padahal kamarku cuma dibatasin triplek tanpa loteng"

Ina sekarang semakin erat memelukku, dibagian bawah aku dapat merasakan penisku tepat berada diatas bulu bulu halus vagina Ina yang tumbuh belum sempurna, geli dan.. sangat merangsang.

"Jadi Ina ngintip mereka"
"Mula mula nggak sih bang, tapi.. lama lama Ina dengar Ibu mengerang-mengerang dan berkata ou.. ou.. ou.. jangan dulu, jangan dulu. Oh.. aku nggak tahan.. ouh."

Sekarang batang penisku persis dibelahan vagina Ina. Vaginanya terasa hangat dan mulai berlendir.

"Ina penasaran. Eh rupanya Ibu telanjang dan diatasnya kulihat bapak tiriku lagi asyik menghisap puting payudara Ibu dan Ina mendegar bunyi aneh.. Klepok, klepok tiap kali pantat dan pinggul mereka beradu"
"Oh.. Ina yang mereka lakukan sama seperti apa yang sekarang kita rasakan"
"Iya Bang.. Ina bukan anak kecil lagi kan. Buktinya sekarang Ina sudah bisa kayak Ibu telanjang dan Abang diatas Ina."
"Iya sayang"

Bibirku sampai diperbukitan paling indah yang pernah aku lihat. Bulu vagina Ina masih sangat jarang, warnanyapun masih kemerah merahan. Semalam aku mengira dia mencukur bulu bulu itu, tetapi rupa rupanya bulu itu memang belum tumbuh dengan sempurna.

Kukecup bulu itu, turun menuju belahan vaginanya, ah.. warna merah muda menyembul ketika bibir vagina Ina kusibak dengan jariku. Bibir kiri dan kanan vaginanya sedikit bergelambir atau seperti ada sayatan kulit tipis persis dipinggir mulut vagina, segera kuhisap pelan clitorisnya.

"Bang.. Terus.. Bang.. oouueenak Bang"

Pinggul Ina mulai bergoyang dan pahanya terasa menjepit kepalaku sedangkan kedua tangannya mendorong agar kepalaku lebih dalam terbenam ke dalam vaginanya. Segera kujilat klitorisnya dan pelan pelan lobang vaginanya juga kujilat dengan ujung lidahku, cairan putih bening mulai mengalir dari dalam vagina yang masih tertutup rapat karena masih perawan.

"Ina, coba pahanya direnggangkan dikit"

Aku merubah posisiku sedikit lebih tegak dengan bertumpu pada kasur agar penisku bisa lebih leluasa bergerak dipermukaan vagina Ina.

"Abang, mau diapain Bang"
"Oh tolong payudara Abang dibelai belai, ayo sayang"

Oh.. Kenikmatan luar biasa segera menjalari setiap ruang pori poriku ketika payudaraku diplintir lembut oleh Ina, tidak itu saja, tiba tiba dia bangkit, sambil bergelantungan dipundakku Ina menghisap kedua tetekku bergantian.

"Oh.. Ina.. Pelan pelan sayang. Abang jadi nggak tahan"."

Kedua paha Ina sekarang terpentang lebar, vaginanya terbuka dan siap menerima tusukan tusukan penis yang menegang. Kugeser pinggulku ke atas dan kebawah lembut berirama, penisku bergerak seperti mencongkel clitoris Ina, Ina makin teransang. Sekarang tercapai sudah keinginanku melihat kedua mata sayu itu dalam keadaan horny, memang indah dan sangat merangsang.

Lendir semakin membasahi kedua kelamin kami, gerakan penisku semakin lancar dan lincah diatas permukaan licin vagina Ina. Tiba tiba dia memeluk erat pinggulku.

"Bang Ina ingin sekali jadi wanita yang sempurna"
"Maksud Ina"
"Ina mau, Abang masukkan penis Abang. Tapi Ina juga masih takut kehilangan perawan Ina, gimana nih bang, Ina nggak tahan"

Ina meminta dengan pasrah, kulihat bibirnya setengah terbuka menunggu lumatan dan matanya sayu terpejam lemah. Aku dapat merasakan getaran tubuhnya yang dahsyat karena itu gerakan pinggulku semakin kupercepat. Setelah 6 sampai 8 kali ujung penisku melindas clitorisnya Ina menjerit.

"A.. a.. a.. Abang, Ina lepaass lagi"

Pelukannya demikian erat dan pada saat itu pula penisku berdenyut keras sekali, air itu bergerak liar dari selangkanganku, kepangkal paha terus menuju batang penis yang berdiri tegak dan oh.. dia menyembur keluar.. lepas.. lepas..

Kupegang kepala penisku yang masih berdenyut dan menyemprot terpatah patah, kujepitkan diantara kedua payudara Ina, Ina senang sekali. Kedua teteknya dia jepit dengan tangannya sehingga menimbun hilang semua batang penis dipangkal payudara tambun itu.

"Bang, kenapa tadi Abang nggak masukkan aja"
"Ina, masa depanmu masih panjang sayang.. Kamu masih muda. Dunia memang berlaku tidak adil terhadap kaummu. Kami para lelaki dengan gampang bisa membuang keperjakaan dimana saja, di tempat lacur, di kamar mandi dikandang binatang, ya dimana saja kami suka. Tidak ada yang ribut."
"Maksud Abang?" Ina melap keringat yang menepel didahiku..
"Kebanyakan lelaki masih saja menuntut kamu perawan sampai ke malam pertama, Abang tahu ini sangat berat buat kalian para perempuan. Lihatlah godaan itu begitu banyak hampir disetiap sisi kehidupan."
"Jadi gimana dong bang. Aku kan kepingin nyoba juga"
"Ya.. Itu bukan berarti kamu nggak bisa mencobanya, kamu bisa melakukan dan merasakan kenikmatan sex itu tanpa harus kehilangan keperawananmu"
"Oh iya. Ina ngerti sekarang, thank you bang. Abang telah ngajarin Ina mencicipi kenikmatan itu dan Ina toh masih tetap perawan kan"
"Iya, tapi kamu mesti hati hati, kamu hanya boleh melakukannya dengan orang yang sudah bisa mengontrol emosinya, jangan lakukan dengan pacarmu yang sebaya"
"Emang kenapa bang.."
"Kalau saja tadi Abang nggak bisa menahan diri, ya.. Sekarang kamu sudah nggak gadis lagi, perawanmu tinggal kenangan.. He he.. he.." Aku mencium bibirnya yang setengah terbuka karena mau komplain.
"Jadi kalau gitu, Ina mesti lakukan dengan siapa dong kalau lagi kepengen"
"Ya sama Abanglah, jangan sama yang lain he.. he.. he"

Cubitan bertubi tubi mendarat dipingangku membuat aku harus lari dari tempat tidur ke kamar mandi dalam keadaan telanjang lancip eeh bulat.

"Ina"
"Ya.. Bang"
"Coba dengar lagu itu"

Saat itu kami berada didalam taksi menuju ke rumah saudaranya Ina di Depok, kebetulan dari radio terdengar sebuah lagu lama Crisye yang diaransement baru.

"Anak sekolah datang kembali dua atau tiga tahun lagi"
"Bang. Bang. Tukar aja stationnya bang"

Ina cemberut karena nggak mau dibilangin masih kecil

"Iya dik.."
"Eh Bang aku sudah besar tauk, jangan dipanggil dik, semalam aja aku sudah bisa"

Mulutnya langsung kubekap dengan tangan kananku, takut dia malah buka rahasia kami semalam. Sopir taksi cuma mesem mesem sambil memindahkan gelombang radio ke station lain.

"Ok para listener dimana saja anda berada, kami tahu sore ini macet terjadi dimana mana, kami minta anda bersabar dan untuk menemani perjalanan anda berikut sebuah nomor lama, 'When a Man Love a Wooman'"
"Tet.. tet.. Titt.. eh.. maju.. Oi.. Jangan tidur.."

Macet dipintu tol Rawamangun mulai mencair, kulihat gadis berkepang dua melambaikan tangannya dari atas bus dan masih saja senyum dikulum. Buat dia tidak ada yang perlu dipermasaalahkan tinggal duduk di bangku empuk bus super executive sambil menonton tayangan video. Lagu Michahel Bolton dan teriakan, serta suara gaduh klakson mobil telah merenggut khayalan indahku dengan si Ina. Semenjak itu aku hanya dapat berita bahwa dia pindah ke Surabaya ikut dengan Ibunya yang sudah bercerai dari bapak tirinya.

Buat adik adikku yang masih SMP atau SMU kalian boleh saja menikmati semua vasilitas atau fitur fitur sex yang ada pada tubuh kalian, tapi ingat masih banyak lelaki yang akan menuntut keperawanan disaat MP dengan kalian kelak. Namun itu tidak berarti kalian tidak bisa, toh seperti aku dan Ina". Kami sama sama puas dan bisa menikmati kebersamaan kami, tetapi itu bisa terjadi karena aku sudah berpengalaman dan bisa mengontrol diri.

Nah kalau kalian punya pengalaman seru seperti itu atau yang mirip mirip tapi nggak bisa bikin ceritanya, email aja aku, nanti kubuatkan cerita yang bagus buat kalian. Atau kalau ada yang sekalian mau belajar menikmati sex seperti si Ina. Dengan senag hati akan dilayani. he.. he..he.

Jakarta May 2004


Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Antara Pekanbaru - Jakarta - 5"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald