Di tengah hujan deras - 3

0 comments

Temukan kami di Facebook
Aku langsung bergegas mandi, berdandan dan mengatur kamarku tanpa memakai baju, hanya kulilitkan handuk saja. Kasur kuletakkan di tengah ruangan dan kututupi dengan selembar kain, sebab aku tidak mau nanti malam tidur dengan bau sperma. Untungnya kosku ini termasuk bebas dimasuki cowok sampai jam 10 malam, jadi kami bebas melakukan apa saja tanpa perlu khawatir, apalagi khusus saat ini hujan tampaknya akan deras lagi, sehingga aku yakin segaduh apapun kami nanti suaranya akan hilang ditelan deru angin dan hujan.

Setelah selesai persiapan ruangnya, aku segera mengoleskan baby oil ke seluruh badan agar tampak mengkilap dan seksi plus harum. Tidak lupa aku makan dahulu, tidak terlalu banyak yang penting cukup untuk memberi tenaga, karena aku tahu kalau sudah berhubungan dengan Ken aku pasti tidak bakalan sanggup bangun apalagi makan. Tidak lama setelah aku merapikan dandanan lagi sehabis makan, kudengar pintu diketuk dan aku bergegas membukanya.

"Hallo cantik," Ken mencium bibirku dan mencubit pantatku di balik handuk yang kukenakan sebelum masuk dan memutar film blue.
Dia memang suka merangsang dirinya dengan menonton film begituan sebelum meniduriku. Setelah mengunci pintu aku menyusulnya dan segera kuciumi bibir dan lehernya habis-habisan dengan napas memburu. Aku memang tidak butuh film untuk merangsang diriku, sebab dengan bugil di depan cowok saja dan membayangkan bahwa sebentar lagi aku akan menjerit-jerit kesenangan cukup untuk membuatku merasa horny.

"Umhh.. aku kangen sekali Yang,"
Kubuka kancing kemejanya satu persatu sambil kuciumi dadanya, dia tetap tidak bergeming sambil terus menatap layar TV. Kujilati sekujur tubuhnya mulai dari wajah, leher, dada hingga ke perut dan pusarnya, dia hanya mendesah sedikit. Memang cowok ini susah dirangsang, tapi kalau sudah on, wuiihh dasyat..! Oleh sebab itu meski harus kurendahkan diriku dengan menari-nari erotis menjilat kepala sampai ujung kakinya pun aku rela, bahkan bila aku diharuskan merengek dan menangis memohon padanya untuk sudi menusuk kemaluanku, aku pasti mau.

Dia telah membuatku bertekuk lutut dan memujanya. Seluruh sendiku terlanjur dibuatnya tergila-gila pada jilatannya, hisapannya, kecupannya, sentuhannya, remasannya, cubitannya, bahkan pada pukulan dan tamparannya. Bercinta dengannya berarti merelakan diri menjadi budak seks yang sangat hina yang hanya dapat menerima perlakuannya tanpa banyak cincong.

Puas bermain dengan dada dan putingnya, aku membuka ikat pinggangnya dan kurebahkan dirinya di atas kasur agar aku dapat menelanjanginya dengan mudah. Kulempar jauh-jauh handuk yang menutup tubuhku, lalu mulailah aku beraksi merangsangnya, mulai dari kuciumi jari-jari kakinya, kukulum dan kujilat dengan penuh perasaan lalu naik menuju betisnya, kulakukan hal serupa pada sebelah kakinya.

Kurapatkan kedua kakinya dan kurebahkan badanku di atasnya lalu kugesek-gesekkan buah dadaku hingga bersentuhan dengan bulu-bulu kakinya. Iihh.. gelinya.. merangsang. Kubuka kembali kedua kakinya dan kutekuk, lalu aku masuk di antaranya dan merapatkan wajahku ke selangkangannya. Kumanja dia dengan oral seks kebanggaanku, membuatnya makin lama makin mengerang tidak karuan.

Akhirnya usahaku tidak sia-sia, bersamaan dengan adegan memancarnya mani pria di film porno itu Ken segera merenggut rambutku dan menarikku hingga rebah di kasur. Aku gemetar dan berdebar-debar menanti luapan birahinya atasku. Dengan ahlinya Ken menggerayangi tubuh bugilku dengan lidah dan tangannya sekaligus menyentuh setiap titik rangsangku, membuatku tidak dapat berbuat apa-apa kecuali mendesah, melenguh dan menggelinjang hebat tatkala sebelah putingku digigit, sedangkan sebelahnya lagi dipelintir jarinya dan tangan satunya sibuk bermain di daerah kemaluanku, sebelum akhirnya kedua jarinya amblas ke dalam vaginaku.

"Aakkhh.. Ooww yeah..!" kugigit bibirku erat-erat mencegah jeritan penuh kenikmatan yang hendak keluar.
Badanku mulai bergoyang seirama dengan sodokan jari-jarinya di dalam vaginaku. Tanganku bergerak meraih wajahnya dan kukulum bibirnya penuh nafsu. Kubayangkan lidahnya sebagai sebuah penis dan kuhisap dengan semangatnya. Kemaluanku pastilah sangat banjir sebab dapat kudengar bunyi kecipaknya beradu dengan tangan Ken semakin jelas. Ken mencabut jarinya dan menarik lidahnya dariku yang langsung memperlihatkan wajah kecewa tapi tidak lama kemudian wajahku segera berubah menjadi meringis nikmat tatkala kurasakan lidah Ken menari-nari di lubang sanggama hingga anusku sambil tidak lupa menghadiahkanku beberapa gigitan di klitoris, bibir vagina dan daerah panggulku.

Enaknya cumbuan Ken membuatku merintih-rintih dan melambungkan dadaku hingga payudaraku yang bengkak berisi bergoyang-goyang liar menggoda Ken untuk meremasnya sambil tetap menghisap vaginaku menelan semua cairan yang keluar dari vagina merah jambuku ini. Adakalanya dia begitu lembut menjilati tubuhku dan membelai seluruh permukaan kulitku, membuatku mendesah nikmat, namun kadang pula dia begitu liar dan kasar melahap semua kenikmatan yang ditawarkan tubuh bugil dan menggoda yang terbaring menyerah tanpa syarat kepadanya ini.

Dia memang tidak dapat ditebak, semakin keras aku menjerit kesakitan, makin bernafsu dia menyakiti dan membuatku menjerit lebih keras lagi. Jika sampai di satu titik dimana aku tidak dapat menjerit lagi dan hanya dapat menangis lirih menahan rasa sakit sekaligus nikmat, maka dia tampak sangat puas dan mulai melembutkan cara bercintanya. Namun anehnya, dari pertama kuserahkan diriku bulat-bulat padanya, aku telah jatuh cinta pada cara bercintanya yang aneh ini, atau dengan kata lain lama-lama aku kecanduan berat ditiduri olehnya hingga satu hari saja tidak kurasakan penisnya menyodok vaginaku, maka pastilah aku terus uring-uringan tidak menentu.

Ketika aku tidak berdaya lagi, akhirnya Ken mau meloloskan permohonanku untuk disenggamai olehnya. Sebagai permulaan, dipaksanya aku mengulum penisnya agar licin jika dimasukkan ke dalam vaginaku. Tentu saja pekerjaan itu kusambut dengan senang hati dan kukerahkan seluruh kemampuanku menjilat, mengulum dan mengisap penis yang sangat kudamba itu.

Pekerjaanku itu memang 'tokcer', buktinya Ken segera mengalihkan penisnya ke arah vaginaku, dan amblas lah batang lumayan besar itu, meski tidak sebesar punya Rio atau Leo itu ke dalam liang senggamaku dan tentu saja disambut vaginaku penuh sukacita dengan langsung menjepitnya erat-erat. Dari gerak tubuh Ken kutahu dia pun sangat terangsang dan ingin menyalurkan nafsunya itu sesegera mungkin.

Dalam beberapa saat selanjutnya hanya terdengar dengusan napas terengah cepat dan gesekan seprei di antara bunyi 'pak-pak-pak' yang timbul dari terpaan daerah selangkang Ken dengan pantatku. Tubuh kami menyatu bergoyang seirama tidak beraturan, kadang cepat kadang pelan, lalu cepat lagi hingga beberapa kali aku tidak sanggup menahan erangan keras yang keluar sebagai ungkapan nikmat yang kurasakan tatkala gesekan kejantanan Ken terasa sekali dalam dinding vaginaku. Tengah asyiknya aku mendaki gunung kenikmatan birahi itu, tiba-tiba Ken menghentikan sodokannya dan menarik rambutku hingga leherku serasa akan patah.

"Hana, kamu habis ditiduri orang lain ya?" tanyanya marah sambil lebih keras lagi menarik rambutku sampai kepalaku mendongak ke atas dalam posisi doggy style.
"I.., iya Ken." jawabku ketakutan.
"Kapan dan di mana, Han..?"
"Tadi siang di rumah temanku." erangku pelan menahan sakit. "Aku dipaksa Ken, aku nggak bisa menolak, abis mereka berdua sih." tambahku sambil berbohong sedikit untuk membela diri.

"Ooo.. jadi sekarang kamu udah terima servis massal ya? Dasar perempuan jalang nggak tau diri, memekmu gatal apa kalau nggak dimasuki kontol? Rasanya aku harus memberimu pelajaran deh."
Tanpa mencabut penisnya dari liang senggamaku, tangannya meraih ikat pinggangnya yang tadi kuletakkan di sisi tempat tidur. Aku tidak berani bersuara sedikit pun, bahkan tidak berani mengembalikan kepalaku ke posisi normal.

Selanjutnya dapat ditebak, Ken menaikiku bagaikan seorang rodeo. Dicambuknya tubuhku sambil terus mengocok kejantanannya di dalam liangku. Setiap pukulan yang hinggap di tubuhku hingga berbekas merah sangat dinikmatinya, begitu pula setiap jeritan yang keluar dari bibirku, semakin mendorongnya mencapai orgasme, sementara mulutnya tidak berhenti memaki-maki aku.

"Aakh.. kkhh.." setelah berganti gaya beberapa kali agar dia dapat terus menyodokku sambil memukul hingga tidak ada bagian tubuhku kecuali wajah yang luput dari ciuman ikat pinggangnya, akhirnya dia mencapai orgasme yang sangat hebat.
Semprotan air maninya terasa hangat ketika tumpah di wajah dan mulutku. Mau tidak mau meski badanku penuh bilur kemerahan aku juga mencapai orgasme yang sangat hebat pula hingga tubuhku bergetar liar sebelum akhirnya diam terpuruk di atas kasur. Kupejamkan mataku sambil menjilati sperma yang masih tersisa di sekitar mulut dan wajahku.

"Kamu memang berbakat jadi perek Han. Dari pertama aku menidurimu, aku langsung tahu kalau kamu ini memang perempuan binal yang sangat-sangat gatal. Tapi nggak pa-pa, mungkin itu malah menguntungkan suatu hari kelak."
Ditepuknya pahaku sebentar, lalu dia cepat-cepat berkemas memakai bajunya.

"Besok kuhubungi lagi kalau ada waktu. Kamu boleh tidur dengan orang lain tapi ingat, kamu harus beritahu aku dulu. Mulai sekarang aku yang akan menentukan dengan siapa kamu bisa bersanggama dan siapa yang boleh menidurimu. Dengar?"
Aku hanya dapat mengangguk menerima ultimatumnya meski masih tidak jelas dengan maksudnya. Dia masih sempat menggigit klitorisku sebelum meninggalkanku terbaring tanpa daya penuh memar dan sperma di dada dan wajah. Tanpa repot-repot membersihkan diri aku langsung jatuh tertidur kecapaian.

Keesokkan hari dan hari-hari selanjutnya hingga saat ini Ken mewujudkan kata-katanya dengan menjadikan aku pelacur sungguhan yang melayani semua permintaan kapan saja dan dimana saja sesuai keinginan klien yang tidak lain adalah teman-temannya sendiri. Aku tidak pernah menyesali semua yang terjadi pada diriku, sebab justru dengan menjadi pelacur di tangan Ken aku dapat memenuhi semua kebutuhanku, terutama kebutuhan akan seks yang tidak kusangka semakin hari semakin besar.

Sejak saat itu aku telah enam bulan menjadi pelacur di kalangan teman dan relasi Ken. Rio dan Leo menjadi klien tetapku setiap Jumat malam tanpa dipungut bayaran. Ken sendiri masih sering meniduriku, terutama bila tidak ada pesanan. Sebagai tambahan pula semenjak lima bulan yang lalu aku pindah kos ke sebuah rumah kontrakkan bersama empat orang gadis lain termasuk Vivi agar kami lebih bebas menerima klien dan bebas ditiduri oleh pacar-pacar kami dan berorgy semalam suntuk. Tapi peranku di dunia kampus tetap tidak berubah. Di mata teman-teman yang tidak mengetahui kerja sembilanku, aku tetap Hana yang dulu, mahasiswi semester delapan yang cemerlang dan nyaris tanpa cela di mata dosen.

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Di tengah hujan deras - 3"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald