Hari semakin sore, matahari telah condong ke barat, perasaan Gina semakin melambung, matanya sayu memperhatikan gulungan serta deburan ombak di depan matanya, atap payung-payung pantai terombang-ambing diterpa deru angin yang nakal mempermainkannya, tonggaknya yang kokoh membuatnya payung-payung tetap berfungsi optimal di sepanjang pinggir pantai di sebelah atas itu.
Sengaja daerah itu dikapling-kapling, didirikannya gubug-gubug beratap rumbia, ukuran 3X4 meter. Jarak berjauhan satu sama lain, dengan tambahan teras dan payung pantai didepanya; manis kesannya, dengan letak 6 meter diatas dasar pasir air laut dipagi hari, namun dimalam hari air pasang bisa mencapai separohnya, 3 meter airnya naik; dengan dilengkapinya jalan tanjakan menuju ke pasir pantai, membuat pasangan muda mudah menuruninya, mendekat menyentuh ke jernihnya air laut pantai itu. Indah sekali pemandangan di sore hari menjelang matahari terbenam, hamparan pasir putih berkilau, sangat kontras dengan warna air laut dan lembayung, biru kejinggaan warna dilangit, sangat memukau samubari.
Deburan demi deburan membawa Gina menerawang kelangit yang hampa, dalam kesendirian penuh kekosongan hati dan jiwanya, kenangannya jauh melambung seakan Rama menari diatas deburan air laut, tersenyum dan mengerlingkan sebelah matanya; yang kadang hilang dan datang lagi. Tiba-tiba terasalah sepasang tangan membelai pangkat lengannya, kehangatan lembut bibir yang menelusuri leher belakang telinga trus kepipi, merambat lembut ke kuping dan dagunya yang penuh hati-hati namun membakar bara asmarannya. Gina merasa lidah itu menelusuri pipinya dan sebuah tangan mengapai dagunya seraya menempelkan bibir itu pada pada bibirnya.
Ditekannya bibir Dharma lembut perlahan-lahan, sedang sambutan bibir Gina hanya bergetar lembut, Dharma menyambut setiap getarannya sambil berkata, "Gina, aku Dharma, jangan terlalu lama sendirian disini, ngak baik untukmu sayang"
Kemudian lidah Dharma menyeruak dalam mulut Gina dengan balutan nafsu birahinya, sambil matanya tetap mengawasi reaksi Gina; terdengar suara lirih Gina, "Rama, aku ingin kau memandangku dan tersenyum padaku, jangan kau pergi dariku"
"Gina, ini aku Dharma sayang, ini aku Dharma."
Sambil mencium leher, dagu Gina yang terus memejamkan matanya sambil bibir sensualnya sedikit menganga, agak menengadahkan mukanya. Dharmapun mengusap lengannya yang tak berlengan baju, sambil sangat hati-hati memutarkan badan Gina kehadapannya, dan dipeluknya hangat sambil dikecupnya bibir sensual itu dengan lembut diiringi birahi yang bercampur sedih dan sayang, rasanya ingin dia memiliki insan belia yang penuh duka dihatinya ini..
*****
Dalam pelukan Rama, Gina bagaikan dihadapkan oleh magnit bumi yang sangat besar sekali, ia menempelkan dirinya didada Rama pelahan-lahan direbahkannya tubuh Gina pada tilam yang dihamparkan di gubuk itu.
Emosinya telah terselubungi bara asmara, Ginapun pasrah, deburan darah dan detup jantungnya mengguncang tubuhnya yang sangat molek dan bergairah. Ditunggunya moment indah yang akan dirasakan bersama Rama, seperti dalam gambaran benaknya; gumaman dan desahan selama pangutan. Jelas getaran cinta yang dibawa Gina membuat Rama semakin tergairah lagi ingin lebih melakukan langkahnya, menjelajahi badan mulus Gina. Dibukanya kancing depan bluse ketatnya yang menepel di badannya, dielusnya sembulan kenyal gunung kembar indah yang mencuat sebagian dari sarangnya warna pastel.
Diangkatnya kepala Gina dan diletakkannya dipangkuannya, dirabanya halus buah dadanya; dengan mata sayu penuh nafsu, diangkatnya lagi lebih tinggi bahu dan kepala Gina dan disandarkanya pada lengan kirinya, jemari tangan kiri mengusap-usap lengan tangan kanan Gina dengan keterbatasannya. Dikeluarkannya daging kenyal montok itu dari branya satu buah sebelah kiri, diciumnya seluruh permukaan payudara itu sampai puas, kemudian Rama memusatkan perhatiannya keputing Gina, dijilati puting kenyal mengeras ini, ditarik dan dijepitnya dengan kedua bibirnya, digigitnya kecil nan halus, sehingga Gina pun mengerang dan melenguh menikmati gulungan lidah dan mulut nakal Rama.
Gemas Rama mendengar rintihan Gina dibukanya kaitan bra dengan cekatannya, segera menjembul keluarlah payudara kanannya dengan bebasnya mencuat menatap atap rumbia gubuk pinggir pantai itu, dengan puting coklat muda yang keras menantang birahi lelaki Rama. Segera, tangan Rama menyambar daging kenyal yang ranum itu, diramasnya dengan tangan kanannya diiringi dengusan nafas nafsunya.
Digesernya lebih tinggi kepala Gina dipangkuannya dengan kaki kiri Rama ditekuk keatas dan disandarkannya kepala dan badan atasnya dipaha kirinya, tangan kiri Rama menyangga kepala Gina dari leher belakang; Seraya kepalanya tetap merunduk dan menikmati payudara kanan Gina.
"Gina, aku ingin menyayangmu sampai kerelung hatimu"
"Aku ingin memilikimu seutuhnya, adalah kamu mau mengimbangi cintaku Gina..!"
"Lakukanlah Rama, aku akan menikmati setiap detak jantungmu dalam membelai jiwaku, jiwaku melayang-layang diawan bersamamu, bila kau sentuh tubuhku dengan birahimu Rama"
Tak tahan mendengar jawaban Gina, Ramapun segera memburu Gina dengan seribu jurus serbuan birahinya; serta merta, dipelintirnya payudara kirinya dengan tangan kanannya sedang mulutnya menyerang payudara kanannya; nafas Rama sangat tidak beraturan, memburu dan terengah, serasa Rama baru saja menyesaikan pertandingan lari seribu meter dan menang.
Merambat Rama menjilati seluruh permukaan dada dan perutnya, tangan kirinnya bergerak merebahkan Gina kembali ditilam yang terhampar, dibukanya retsleting celana jean hitam Gina, dan ditariknya semua berikut celana dalamnya. Sambil membungkuk disisi kanan Gina, Rama terus menelusuri perut dan pusar Gina, sedang tangannya menggapai gundukan 'pussy' Gina, dengan belahan menentang keatas; dirabanya belahan 'pussy' itu dan diselipkannya jari telujuk tangan kanannya untuk mendapatkan klitoris Gina. Ternyata belahan itu telah melembab melelehkan cairan birahi Gina dengan lincah jemari itu telah menemukan benjolan kecil dalam belaan gundukan nikmat tersebut. Disapunya klitoris itu kesemua arah hingga merangsangnya memuai, membesar, mengeras.
Deburan darah dan jantungpun terpacu kencang, Gina mengelinjang, berdesis dan merintih, kenikmatan yang dirasakan tak terelakkan. Melihat geliat lekuk tubuh tubuh Gina yang sangat erotic ini, membuat nafsu birahi dan deru asmaranya membakar tubuh Rama. Serta merta ia menjalarkan jilatannya kearah 'pussy', dengan segera lidahnya menggantikan fungsi jari telunjuk tangan kanannya, dijilatinya seluruh permukaan lipatan 'pussy'Gina yang merekah, sambil nafasnya tersengal memburu, didorongnya lidah kasarnya dalam rongga nikmatnya sampai jauh kedalam.
Digerak-gerakkan maju mundur lidahnya hingga Ginapun kelojotan, dua tangan Gina meraih kepala Rama, ditekan-tekankannya masuk jauh diselangkangannya, harapannya supaya lidahnya bisa masuk jauh kerelung kenikmatannya, sedang kepala dan badan Gina melikuk-likuk belingsatan menahan dera kenikmatan yang disetir oleh Rama dibawah sana. Adapun kepalanya dilemparkannya kekiri dan kekanan sambil meracau hebat.
"Rama, kau apakan 'pussy'ku itu, dorong terus lidahmu kedalam sayang"
"Aku ingin lidahmu menyentuh lorongku yang terdalam sayang."
"Rama teruskan Rama, aku sampai, aku sampai sayang"
Maka mengejang keras sekali seluruh tubuh Gina, kedua pahanya menjepit kepala Rama beberapa saat, hingga Ramapun kelabakan mencari udara segar, secepatnya Gina merenggangkan pahanya.
Ginapun mendapatkan kepuasan yang pertamakalinya dalam hidupnya, Rama merebahkan dirinya disamping kiri Gina, dielus lembut dahi dan rambutnya, sambil menunggu Gina menikmati sisa orgasmenya. Dikecupnya pipi, dagu, bibirnya; dibelainya kembali tubuh Gina telentang tergolek lemas.
"Gina, Aku ingin kau oral "Dudle"Ku ini, sayang, kita main 69 biar kita bisa saling menikmati ya.."
Segera, setelah tersadarkan diri dari buaian orgasmenya, Gina membalikan tubuhnya segera mulai menciumi Rama dengan sangat bergairah, tangannya menggapai kaos T-shirt merah Rama yang tertuliskan "I proud to be Indonesian", dilepaskannya dari tubuh Rama yang gempal penuh otot yang kencang mengkilat sangat kelihatan maco. Diciuminya, dada dan susu yang menyembulkan sedikit ototnya, dengan puting coklat tua yang sebesar kacang tanah yang kecil, ditempelkannya lidah halus Gina diputingnya, dihisapnya puting Rama dengan sayang dan birahinya.
Rama menggeliat, mendesis, matanya sayu menatap wajah dan rambut Gina, dengan tangannya sesekali membelai rambutnya yang terurai sexy. Sedang tangan yang lain, mengapai payudara Gina yang tergantung-gantung menambah gelora asmara dan nafsunya yang saling bertumpang tindih, diiringi getaran-getaran listrik beribu watt menggetarkan seluruh tubuh dan jiwanya.
Sapuan lidah Gina menjalar diseluruh bidang dadanya, tangan kanan Gina menggapai gundukan 'dudle' Rama yang sangat keras didalam bungkusan jeans, dobel dengan celana dalamnya, Segera dibuka perlahan kancing dan retsleting Jeans Rama.
Dihentikannya keasyikan jilatan badan Rama, mencoba menolong Rama membuka jean dan celana dalam yang cukup ketat dibadannya, dengan bantuan Rama mengangkat badan bagian bawahnya untuk melepas kedua celana itu, kemudian disingkirkannya disudut tilam ruang itu. Sesegera terbebas dari kungkungan, 'dudle' besar segar itu melenting tegak menentang keatas langit-langit menunggu belaian Gina.
Tak sabar Gina melihat pemandangan yang erotic itu, segera ia mendekat dan diterkamnya dengan dua tangannya 'dudle' segar berkepala seperti jamur itu, tanpa menunggu perintah dari pemiliknya. Segera Gina mendaratkan bibir sensualnya pada kepala 'dudle' Rama yang sangat mengkilat dan membasah. Dicobanya dia mengecup lubang air seni dikepala 'dudle' yang membasah itu dengan perasaan gemas, penuh birahi dan nafsunya yang sangat besar; magnit dan 'chemistry' dari badan Rama pun menariknya, menaburkan cinta birahi menutup semua 'sense' yang ada di pribadinya.
Mendengar sambutan desahan yang terjadi, dikuatkannya dirinya dan dijilatinya seluruh permukan 'dudle' yang berurat kencang; erangan Rama bertambah dengan getaran badannya, otomatis tangan Rama membelai dan mengacak rambut Gina. Terasa olehnya semua simpul batang 'dudle'nya dijamah, digelitiknya oleh lidah halus nakal kepunyaan Gina.
Kembali Gina kekepala 'dudle', dicobanya mengulum kepala yang besar, basah dan mengikat itu lalu dihisap-hisapnya, dijilati, dikulumnya seluruh kepala jamur itu dengan penuh nafsunya seiring dengan desiran dan denyutan 'pussy' dibawah sana menggoda dirinya sendiri.
Kedua tangan Gina mengikuti naluri sexnya, mengocok pelan batang menara 'dudle' kepunyaan Rama dan kemudian, Rama berkata, "Gina, berikan 'meky' mu padaku darling, tidurilah aku sementara kau menikmati gagahnya 'dudle'ku sayang"
Gina memutarkan badannya, sambil tetap mengulumnya seolah tak ingin Gina melepaskan apa yang ia rasakan saat ini.
Bersambung . . . .
Komentar
0 Komentar untuk "Cinta di sudut lembayung senja - 1"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.