Pahlawanku letnan kolonelku

0 comments

Temukan kami di Facebook
Cerita ini berawal ketika saya memberanikan diri menulis kisah saya yang pertama di 17Tahun, juga beberapa waktu yang silam. Mungkin pengalaman ini tidak banyak orang yang mengalaminya dan saya mungkin termasuk salah satu yang beruntung bisa mengalami 'experience' semacam ini. Ini adalah salah satu kejadian yang tidak akan mungkin saya lupakan seumur hidup saya.

*****

Sudah saya ceritakan sebelumnya di cerita saya beberapa waktu yang lalu bahwa saya adalah seorang biseks yang sangat, sangat dan sangat mengagumi sosok seorang polisi pada umumnya dan polisi Indonesia pada khususnya juga masing-masing yang berumur kurang lebih 30 tahunan ke atas. Saya sangat suka melihat polisi yang sudah jadi oom-oom, baik itu sedang berada di jalanan sedang rajin-rajinnya mengatur kemacetan lalu lintas ataupun yang ada di dalam kantoran seperti Polda Metro Jaya. Melihatnya saja dapat membuat libido saya naik memuncak sampai ke titik paling puncak dalam titik adrenalin dalam diri saya.

Ternyata pucuk dicinta ulam pun tiba, hari yang saya nanti-nantikan akhirnya tiba juga, tidak sia-sia saya menulis kisah dan cita-cita saya dalam salah satu rubrik 17Tahun.com. Begitu banyak mail balasan yang saya tidak sangka akan masuk dalam alamat mail saya, baik itu sanjungan, pujian, kritikan ataupun ejekan. Dengan tidak saya sangka ternyata ada salah satu anggota polisi yang berpangkat cukup tinggi yaitu seorang letnan kolonel yang merespon. Sebut saja namanya Eko (nama samaran) memberanikan diri untuk membalas hangat, memuji dan mengkritik tulisan saya di Uniform Mania. Setelah beberapa kali kami berbalas-balasan email dan saling berSMS ria dengan nomor HP kami masing-masing, kamipun berkenalan mengenai jati diri masing-masing akhirnya kami memutuskan untuk bertemu di kantor beliau pada waktu dan jam yang sudah kami sepakati bersama.

Saya menyadari berapa beruntungnya saya karena akhirnya saya bisa bertemu dengan salah satu sosok yang memang saya paling kagumi, dengan pangkat letkol lagi. Aaahh.. pada hari yang telah kami janjikan, maka pada hari itu juga saya segera memacu kendaraan saya untuk bisa sampai di Polda Metro Jaya. Waktu 1/2 jam bukanlah jarak jauh yang saya tempuh. Akhirnya sampai juga saya di polda pada hari yang indah ini, saya memarkirkan kendaraan di tempat yang memang sudah disediakan. Saya pun turun, menuju pintu masuk dan langsung mencari ruangan yang memang sudah disepakati untuk saling bertemu. Begitu banyak sang polisi gagah dan mature yang membangkitkan libido saya di tempat ini. Ah, alangkah bahagianya saya kalau Pak Eko termasuk salah satu diantara mereka. Akupun lalu berkhayal.

Dengan hitungan beberapa menit saja akhirnya saya sudah menemukan ruangan yang dimaksud, lalu saya mengetuk pintu. Setelah beberapa lama ada yang membukakan pintu, seorang polisi muda bernama Heru mendatangiku.
"Ingin mencari siapa, Pak?!"
"Oooh, maaf selamat pagi, Pak, saya mencari Bapak Eko!".
"Oh, Pak Eko, anda masuk aja lurus dan belok kanan, nah, Pak Eko sedang di ruangannya mungkin sedang online, tunggu saja di dalam".
Dan sayapun berterima kasih dan menuju langsung tempat yang ditunjuk oleh Pak Heru.

Ternyata tidak dapat disangka, sosok Pak Eko begitu gagah, mature dan benar-benar 90% masuk dalam kategori yang saya kagumi. Dengan sosok kurang lebih 75 kg dan tinggi 175 cm, Pak Eko kelihatan begitu sempurna dalam seragam polisinya. Wah, asyik nih, pikirku.
"Selamat pagi, Pak! Apakah Bapak yang bernama Pak Eko?", tanyaku pura-pura, padahal saya sudah membaca nama yang ada dalam papan nama di dada sebelah kanannya.
"Betul, saya Pak Eko", jawabnya.
"Mari silahkan duduk!", lanjutnya.
Tanpa banyak waktu beliau langsung berdiri dan mengunci ruangan tersebut yang memang ternyata ruangan tempat kerjanya.
"Apa kabar, Dik?!", tanyanya memberi salam.
"Gimana perasaan anda setelah bertemu saya?", tanyanya lagi.
Sayapun menjawab dengan malu, "Tidak disangka Pak, benar-benar 90% sesuai dengan yang saya bayangkan, Pak?!"
"Masa sih? Terus kita mau ngapain nih?", lanjutnya tertawa kecil.
"Terserah Bapak saja, saya sudah pasrah!", kataku.

Tanpa basa basi Pak Eko langsung menarik saya untuk berdiri dan mulai memegang batang kemaluan saya dari luar yang memang sudah keras dari tadi. Wah alangkah nikmatnya, bau harum aroma kejantanan seorang polisi tercium oleh salah satu pancaindera saya. Cukup untuk mendorong adrenalin saya sampai ke puncaknya. Seragamnya yang menempel ketat, membuat saya berkhayal sampai ke awang-awang. Dia pun mendorong saya ke pojok sambil tangannya membuka kemeja saya satu persatu sampai telanjang dada. Dia mulai menciumi bibir saya dan menjilati puting saya sampai saya menggelinjang. Tangan yang kekar dan sedikit berbulu itu membuat saya menimati setiap sentuhan yang diberikan kepada saya. Dengan cepat ia membuka tali pinggang dan celana panjang saya hingga akhirnya tinggal CD saya berwarna putih ditinggalkannya. Sayapun mulai memegang-megang kemaluannya yang memang sudah keras dari juga tadi.

Saya pun memberanikan diri ingin membuka tali pinggang dan celananya. Pak Eko kelihatannya keberatan.
Ia pun berkata sambil tersenyum, "Terus terang, Dik, ini pengalaman pertama saya ingin bercinta dengan laki-laki. Sudah lama saya mendambakan ada seorang laki-laki yang ingin saya perkosa seperti ini".
"Adik tidak keberatan kan? Dan Adik tidak perlu membuat saya keluar, tapi saya akan membuat Adik merasakan apa yang seperti Om Peter lakukan kepada Adik!", katanya.
"Wah enaknya, ternyata Pak Eko mengerti kemauanku", pikirku dalam hati.
Saya pun tidak berani membuka celananya, tapi saya membuka kancing kemejanya dua sampai tiga buah, didalamnya ternyata ia mengenakan singlet ketat yang membuat libido saya kembali memuncak. Betapa sempurnanya sosok ini karena saya memang mendambakan yang seperti ini, aah.. beruntungnya saya.

Lalu dengan kaget saya mendengar bunyi "krik krik", yang ternyata itu adalah bunyi borgol yang mengunci kedua tangan saya di belakang.
"Lho kok saya diborgol, Pak?", tanyaku bingung.
"Tenang saja, pokoknya Adik akan kembali mengalami melayang ke langit ke-7!", jawabnya.
"Wah, Pak Eko ternyata begitu menghapal semua kata-kata yang ada di cerita pertamaku beberapa waktu yang lalu", pikirku. Saya pun menurut, akhirnya saya dibaringkan di meja kerjanya, dibukanya CD putihku perlahan-lahan lalu dioralnya aku, aah.. enak sekali rasanya setelah sekian lama tidak merasakan pijatan lembut nan hangat. Sayapun kembali menggelinjang kesana kemari.

Ciuman-ciuman lembut disertai goncangan tangan yang kasar membuat rasa sakit berubah menjadi nikmat. Semua cara ia keluarkan untuk mungkin kembali mengenang Om Peter yang menurutnya mungkin dapat memuaskan diri saya. Dengan ganasnya Pak Eko kadang mengoral kadang mengocok perlahan mengocok kencang membuat Pak Eko kelihatannya tidak tahan menyalurkan rangsangannya dan dengan tanpa basa basi dan cepat ia membuka sendiri tali pinggang dan seragam celana panjangnya beserta CD coklatnya. Wow, kelihatan begitu besar dan hitam kemaluan Bapak letkol ini karena sudah memuncak pada taraf maksimal. Dia pun langsung menyuruh saya jongkok dan menyodorkan kemaluannya kemulutku. Dengan tanpa basa basi akupun mengoral dengan penuh semangat. "Aah aah, enak, Dik, teruskan, teruskan, enak, enak sekali, Bapak sudah tidak tahan lagi, teruss teruss", desahnya.

Dengan tangan terikat ke belakang lebih susah saya mengoralnya, tapi kemudian Pak Eko pun mengerti dan ia memegang kemaluannya tegak agar saya bisa lebih leluasa mengoral. Sayapun dengan rasa tidak jijik karena ini pertama kalinya saya mengoral, sebab dengan Om Peter, beliau tidak mau diapa-apakan. Dia bilang punya cara tersendiri untuk mengeluarkannya. Betapa mengagumkan sosok seorang polisi ini pikirku, aku memandang ke atas melihat gagahnya sosok berseragam setengah ini sambil mendengarkan desahan kejantanan sang letnan.

"Saya mau keluar, Dik, saya mau keluar!"
Lalu saya pun kembali menggenjot isapan mulut saya dengan kencang, mengeluarkannya ke arah wajah saya dan akhirnya lava putih yang hangat memuncrat di wajah saya, begitu lembut rasanya. Dengan tiba-tiba dia menarik saya berdiri dan gantian dia mengoral saya sampai akhirnya saya pun tidak tahan.
"Pak, saya mau keluar juga nih!", kataku.
"Iya keluarin aja, Bapak siap!", katanya.
Tanpa banyak waktu akupun merasakan ada arus deras yang akan keluar dari dalam dan akhirnya aku pun menyemprotkan lava putih, tapi kelihatannya Pak Eko tidak melepaskan mulutnya dari kemaluanku. Semua lavaku ditelannya mentah-mentah, akupun kembali menggelinjang karena nikmatnya.
"Aaah.. terima kasih Pak Eko", kataku.
"Air manimu benar-benar nikmat, Dik! Baru kali ini Bapak merasakan yang enak kayak gini", katanya.
"Masa sih, Pak?!", tanyaku.
"Benar, Dik!", jawabnya. Dia pun membersihkan wajahku yang masih penuh dengan lavanya dengan tissue sampa bersih.

Dengan cepat pula ia memakai kembali lengkap seragam polisinya dengan rapi dan teratur tentu saja tidak lupa membukakan tangan saya dari borgol miliknya.
"Terima kasih ya, Dik telah membuat Bapak senang! Bapak juga tidak mau sembarangan berhubungan seperti, hanya saja setelah beberapa kali kita berkomunikasi baik email atau handphone kelihatannya anda dapat saya percaya", katanya.
"Sama sama Pak, saya juga senang sekali bisa berkenalan dan berhubungan dengan seorang letkol seperti Bapak!".

Kami pun mengobrol dan akhirnya makin siang makin banyak perwira polisi yang masuk keluar ke ruangan miliknya itu. Saya pun dengan puas memandangi pemandangan menakjubkan ini, saya tidak perduli orang lain mau bilang apa, tapi memang suka sekali berada di tempat seperti ini. Sungguh beruntungnya aku hari ini. Tidak berapa lama akhirnya saya pun permisi untuk pamit dan berjanji untuk saling berkomunikasi lagi baik lewat email ataupun handphone. Begitulah pengalaman menakjubkan yang terjadi hari itu di Polda Metro Jaya.

*****

Terima kasih Bapak letnan kolonel Eko yang akhirnya saya mengetahui bahwa ia ternyata sudah memiliki 2 anak seumuran saya. Maklumlah umurnya hampir setengah abad. Ternyata memiliki sifat biseks memang merupakan anugerah yang harus kita terima bukan kita hina. Pengalaman ini adalah pengalaman yang membahagiakan dalam hidup saya, akhirnya cita-cita saya terkabul, meskipun mungkin nan jauh disana masih ada sosok yang mungkin akan menjadi 100% dalam fantasi saya, mudah-mudahan. Terima kasih Rumah Seks.

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Pahlawanku letnan kolonelku"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald