Kenangan Lynn

0 comments

Temukan kami di Facebook
Sudah dua tahun lebih sejak kekasih gay-ku dari Kansas, Lynn Kent, meninggal dunia. Lynn dan saya sudah berpacaran jarak jauh selama 8 bulan. Kami bahkan berencana untuk menikah secara gay. Tapi kini dia sudah tiada (Parahnya lagi, semua emailnya rusak karena virus). Tapi setidaknya saya masih memiliki foto dirinya, selembar uang $20, dan celana dalamnya yang penuh bercak-bercak sperma. Hanya ketiga benda itulah yang dapat mengingatkanku padanya. Ada banyak hal yang masih kuingat tentang dirinya dan apa yang kami bicarakan di dalam email. Salah satunya adalah fantasi mesumnya tentang kami. Saya harus menambahkan bumbu agar cerita ini menjadi agak panjang dan para pembaca tidak bosan. Meksipun hal ini agak menyakitkan tapi saya ingin berbagi saat-saat indahku bersamanya dengan kalian para pembaca.

*****

Akhirnya setelah menunggu bertahun-tahun, Lynn dan saya akhirnya dapat hidup bersama di rumahnya yang sederhana, di suatu tempat di Kansas. Saya selalu merasa sangat beruntung dapat hidup bersama Lynn, sebagai kekasihnya. Jarang sekali terdapat seorang gay yang ingin berkomitmen. Hebatnya lagi, Lynn itu biseksual; dia bisa menikah dan berpura-pura straight. Tapi dia lebih memilih hidup sebagai gay, denganku. Bagaimana saya tidak mencintainya? Meskipun usia kami bertaut 7 tahun, kami tetap cocok; usia bukan halangan. Wajahnya pun tampan dan rupawan, setidaknya bagiku. Lynn selalu menjaga agar rambut coklatnya selalu nampak pendek dan cepak. Lynn memang tidak sekekar para model sampul majalah fitnes, tapi saya tetap mencintainya. Bagiku, hanya ada dia seorang.

Pada suatu hari, di antara sekian banyak hari-hari bahagia yang kami arungi bersama, Lynn sedang duduk bersantai di ruang tamu. Satu-satunya pakaian yang melekat di tubuhnya hanyalah celana dalam putih model briefs; kontolnya nampak jelas tercetak. Saya sendiri baru saja mandi, butiran-butiran air masih menempel di tubuhku yang lembab. Melihatku berjalan keluar dengan mengenakan handuk, Lynn memanggilku dengan mesra. Tatapan matanya sangat genit dan bernafsu. Saya tahu apa yang dia inginkan. Kontolku mulai naik, membayangkan apa yang akan dia lakukan terhadapku nanti. Dengan bersemangat, kudatangi dia.

"Endy, sayang, kamu nampak seksi sekali hari ini. Tahukah kamu bahwa cintaku padamu bertambah setiap hari? Saya merasa sebagai pria terbahagia di seluruh dunia ini, karena saya memilikimu. Saya senang membuat pria-pria lain iri hati. Biarkan mereka menggigit jari mereka sebab kau adalah milikku seorang. Saya mencintaimu, Endy," katanya, menatapku dengan penuh cinta.

Lynn memang pria romantis. Dia tak pernah bosan mengatakan betapa dia sangat mencintaiku, dan saya pun tidak bosan mendengarkannya. Dengan manja, saya duduk di samping sofanya. Tanganku bergelayut manja di lehernya, kepala kami saling menempel.

"Lynn, saya tahu betapa kamu mencintaiku. Saya juga sangat mencintaimu. Tanpamu, saya akan hancur. Hanya kamu seorang yang kucintai."

Bibir kami pun kemudian saling menyatu, lapar akan ciuman dan kasih sayang. Lidah kami bertautan, mencari cinta. Kedua tangan kami saling meraba tubuh, mencari kehangatan.

".. Ooohh.. Lynn.. Saya mencintaimu, sayang.. Aaahh.."

Saya hampir kehabisan napas ketika Lynn menghisap lidahku. MUngkin karena saya terlalu tegang sehingga saya tidak bisa bernapas. Kurasakan kontolku mulai mnegintip keluar dari handukku. Lynn melihatnya dan tertawa kecil.

"Kontolmu bangun, sayang. Kurasa kamu menginginkan apa yang kuinginkan saat ini," katanya, menatapku serius.
"Dan apa yang kamu inginkan, sayang?" tanyaku, tanganku meraba-raba dadanya.
"Saya ingin kamu. Saya ingin ngentotin pantatmu dan membuatmu berteriak kesakitan pada saat kontolku menghajar anusmu. Kau mau?"

Kami memang selalu berbicara kotor. Omongan kasar dan jorok malah membuat kami menjadi lebih erat sebab kami sama-sama terangsang mendengar kata-kata itu. Kontolku makin ngaceng saat mendengar bahwa Lynn mau menyodomiku, padahal semalam dia baru saja menyodomiku sampai 4 kali berturut-turut. Ah, sungguh kuat sekali dia. Jantan!

".. Aaahh.. Ooohh.."
"Ya, sayang. Saya mau dingentotin lagi. Kamu memang jagoan, Lynn. Tapi saya akan melayanimu dengan sepenuh hati, dan dengan penuh cinta.. Karena kamua adalah suamiku dan pasangan hidupku. Kita akan selalu begini sampai kita tua dan sampai mau memisahkan kita. Oh, Lynn, saya cinta kamu."

Kami pun kembali berciuman sambil saling meraba. Ciuman kami terasa sangat bergairah dan panas. Ingin rasanya kutelan bibirnya. Lynn memang pria yang mudah bergairah dan tahan banting dalam hal seks. Keuntunganku sebagai pasangan homoseksnya adalah bahwa saya pun bergairah besar. Tapi bedanya, dia bergairah untuk mengentot, sedangkan saya bergairah untuk dingentot. Kami cocok, 'kan? Dan Lynn tahu benar bahwa dia takkan mendapatkan seks 24jam jika dia menikah dengan wanita. Maka dari itu, dia lebih memilihku. Dan terbukti, kami bisa hidup bahagia.

Lidahku menyapu-nyapu wajahnya seperti kain pel. Lynn hanya megap-megap, menarik napas dalam-dalam. Sementara itu kedua tangannya sibuk menurunkan celana dalamnya. Dia tak mau benda itu mengganggu aksi seks kami. Lidahku mulai bergerak turun, menyapu leher, dan turun ke dadanya. Di sana, saya berhenti sebentar untuk menikmati bagian tubuhnya yang paling kusuka, selain kontol. Ingin rasanya kuremas dadanya itu. Tapi saya hanya menjilati dada itu dan mencium-cium putingnya. Dapat kurasakan jantung Lynn berdegup kencang. Pasti dikarenakan putingnya yang sensitif.

".. Hhhoohh.. Aaahh.. Ooohh.. Hoosshh.." erangnya.

Asyik menjilati salah satu putingnya, tanganku yang lain mencubit puting yang lain.

"AARRGGHH!!" erang Lynn, kesakitan, namun kontolnya makin ngaceng dan kini mulai mengucurkan precum.
".. Aaahh.."

Saya kemudian bergerilya turun menuju tempat yang bersemak lebat dan berpohon! Saya turun ke kontolnya yang ditumbuhi jembut yang lebat. Dengan bahagia, saya membenamkan hidungku dalam jembutnya dan menghirup aroma kelaki-lakiannya.

".. Aaahh.."

Lynn nampaknya sudah tidak sabar lagi maka saya segera berpindah ke batang kontolnya. Kontol Lynn sudah disunat sesuai dengan trend yang melanda warga Amerika di tahun 60an sampai 80an, bahwa sunat menyehatkan kontol. Alangkah seksinya kepala kontol Lynn yang kemerahan itu, bak jamur. Tanpa menunggu lagi, saya langsung mengulum kepala kontol itu dan menghisap-hisapnya.

".. Aaahh.. Ooohh.. Uuuhh.. Ooohh.." erang Lynn saat kontolnya kusedot.
Pinggulnya terangkat-angkat seolah ingin menyodokkan kontolnya ke dalam mulutku.
".. Aaahh.. Sedot gue.. Aaahh.. Buat gue ngecret.. Aaahh.. Ooohh.. Hhoosshh.. Sepong kontol gue.. Aaahh.."
Napas Lynn menjadi berat sekali dan dadanya terangkat naik-turun. Keringat bercucuran dari dahinya.
".. Aaahh.. Hhhoosshh.."

Saya tahu bahwa Lynn selalu ngecret lebih cepat jika saya pelintir putingnya. Maka kedua tanganku mulai merayap ke dadanya. Begitu kedua puting itu kutemukan, langsung saja kupelintir dan..

"AARRGGHH!!"

Tiba-tiba kontol Lynn mulai berkedut-kedut dan mengembang. Sudah saatnya!
CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!!
Sel-sel spermanya berebut keluar dari lubang kontolnya dan mereka semua tumpah ke dalam mulutku. Lynn mengerang-ngerang saat kontolnya memuntahan pejuh berkali-kali.

"AARRGHH!! AARRGHH!! UUHH!! OOHH!! AARRGGHH!!"

SLURP! SLURP! Langsung kujilati habis. CCROOTT!! Lynn, terengah-engah, berbaring di sofa dengan keringat membanjiri tubuhnya.

"Aaahh.." desahnya saat orgasmenya pelan-pelan surut.

Saya naik kembali ke atas dan mencium bibirnya. Di dalam mulutku masih terdapat sisa-sisa pejuh. Saya ingin membaginya dengan kekasihku. Maka kami pun saling menjilat dan saling menelan. Aaahh.. Tak ada yang lebih seksi dibanding berbagi pejuh lewat mulut. Pada saat itulah, kami merasa sangat dekat sekali. Saat sedang berciuman, kontol kami saling menyenggol. Kmai berdua tersenyum melihatnya, sebab itu berarti akan masih ada seks lagi. Lynn dan saya sudah mencoba berbagai gaya ngentot dan sudah mengentot di berbagai tempat. Dan sekarang, dia akan mengentotku di atas sofa. Lubang anusku berkedut-kedut, tak sabar untuk dimasukin kontol.

"Ayo, duduk di pangkuanku, sayang. Dan saya akan mengentotmu dengan penuh cinta," kata Lynn, mencium dahiku.

Tanpa perlu disuruh dua kali, saya naik ke sofa dan memposisikan lubang anusku di atas kontolnya. Pelan-pelan tapi pasti, kuturunkan tubuhku. Dapat kurasakan kepala kontolnya menggesek-gesek lubang pelepasanku.

".. Aaahh.." erangnya.

Kepala kontol itu mulai mendesak masuk, terus masuk, dan masuk, dan PLOP! Lynn sudah berada di dalam pantatku. Meskipun saya sudah beratus-ratus kali disodomi oleh Lynn, namun pantatku masih ketat. Dan kalaupun longgar, saya yakin Lynn takkan meninggalkanku sebab cintanya ada pada diriku dan bukan pada lubang anusku.

"AARRGGHH!!" erangku saat Lynn mulai menggenjot tubuhku.

Saya juga tak ingin ektinggalan. Saya ingin menyodomi dirku sendiri. Maka meskipun sakit, tetap kupaksa diriku untuk terangkat naik turun.

"AARRGH!! OOHH!! AARRGGHH!!" Rasa sakit itu masih tetap ada, seolah-olah pantatku baru pertama kali diserang kontol.
"AARRGGHH!! Lynn, negntotin gue terus.. AAHH.. Ayo, cogan.. AARRGGHH.. Gue butuh kontol loe.. AARARGGHH.. Ngentotin gue.. AARRGGHH!!"

Keringat sudah mulai membasahi diriku. Dadaku kembang-kempis memompa udara amsuk ke dalam paru-paruku sementara saya harus menahan sakit dan nikmat.

"AARRGGHH!!"
"AARRGGHH!! gue suka ngentotin loe.. OOHH.. Masih ketat.. AAHH!! Kontol gue bakal.. AAHH.. Ngecret nih.. AARRGGHH!! OOHH!!"

Lynn terus mengerang-ngreang sambil meengangkat tubuhku naik-turun. Kontolnya sendiri pasif, hanya berdiri di tempat, membiarkan dirinya dikocok oleh lubang anusku.

"AARRGGHH!! Endy, bersiap.. AAHH.. Gue sampai.. AARRGGHH!!"

Dan dengan itu, kekasihku mencapai klimaks-nya. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Bergalon-galon pejuh langsung menyembur masuk dan mengisi semua rongga perutku. Rasa hangat juga menyerbu masuk. Saya hanya mengerang-ngerang keenakkan. Sementara Lynn mengerang-ngerang karena orgasme.

"AARRGGH!! AARRGGHH!! AAHH!! OOHH!! OOHH!! AAHH!!"

Kontol Lynn masih terus berejakulasi sampai akhirnya pejuh Lynn habis sama sekali. CCROOTT! Meskipun sudah lunglai dan lemas, Lynn tetap menyodomiku.

Ah, saya tidak tahan lagi. Saya pun harus ngecret! Maka dengan mencoli kontolku sendiri, saya memulai perjalananku menuju puncak orgasme. Kontolku kuremas, kukocok, kuelus, kuusap. Pokoknya apapun kulakukan demi muncratnya pejuhku. Dengan tanganku yang lain, saya juga memelintir putingku sendiri.

"AARRGGHH!!" Sakit tapi nikmat! Dan plintitran tadi membuat nafsu birahiku makin memuncak.
"OOHH.. OOHH.. OOHH.." dan
CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!!
Pejuhku muncrat ke atas dan mendarat turun mengenai kami. Rambut kami, tubuh kami, dan wajah kami terkena semburan pejuhku. Saya masih mengejang-ngejang dan mengerang-ngerang.

"AARRGHH!! OOHH!! AAHH!! OOHH!!"

Dengan sabar, Lynn menahan tubuhku agar saya tidak sampai melukai diriku saat orgasme. Dan ketika usai, saya hanya dapat memeluk tubuhnya sambil memulihkan kekuatanku.

Selama beberapa lama, kami hanya duduk di situ dan memulihkan energi kami. Kontol Lynn masih tetap berada di dalam lubang pelepasanku yang hangat. Kami saling memberi dan berbagi kehangatan serta cinta. Indahnya hubungan cinta antara sesama lelaki!

Tiba-tiba Lynn bangun dari sofa. Takut jatuh, kupegangi tubuhnya erat-erat. Lynn memang kuat sekali. Dia sanggup menggendongku dengan kontol tertancap dalam anusku. Tertatih-tatih, Lynn membawaku ke kamar. Saya tidak perlu bertanya apa-apa. Saya sudah tahu bahwa dia masih menginginkan ronde tambahan. Aaahh.. Mana tahan? Tapi saya sendiri juga bernafsu besar, jadi saya tidak mengeluh. Malah saya harap dia bisa ngentotin saya terus-menerus tanpa henti, untuk selamanya.

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Kenangan Lynn"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald