Aku dan kakakku tinggal satu rumah ketika kami sekolah di kota bdg. Di desa orang tua kami termasuk lumayan kehidupannya. Di sebuah kawasan dekat sekolah kami, ayah membeli sebuah rumah type 45. Ada dua kamar tidur. Rumah belum dikembangkan, Tapi sekeliling rumah sudah dipagar. Rumah itu cukup tempat tinggal kami berdua. Jika ayah datang, dia akan tidur dengan kakakku. Jika ibuku yang datang sekali sebulan dia akan tidur bersamaku. Secara bergantian ayah dan ibu kami datang dua minggu sekali. Selain mengontrol kami, ayah dan ibu juga akan membawa perbekalan kami dan mengontrol kebutuhan kami. Ayah dan ibu juga akan bangga, bila mengunjungi kami. Apa lagi ibuku, pada arisan desa, dia akan bercerita bagaimana kami sekolah dengan tekunnya.
Kakaku Yanto kelas 1 SMU dan aku kelas 2 SMP. Setiap malam kami menonton TV seusai belajar. Kakaku sangat rajin mengajriku. AKu memang dimanja oleh kakakku. Setiap pagi aku memasak nasi dan lauk ala kadarnya. Sepulang sekolah kami sama-sama pergi belanja membeli kebutuhan sarapan pagi kami dan makan siang. Makan malam, belanja sore itu, kami masak.
Setiap kami pergi belanja, mata orang selalu tertuju kepada kami. Bahkan aku mendengarkan ada orang berbisik-bisik, kalau kami adalah pasangan yang ideal. Sama-sama berkulit putih. Setiap berjalan, kakak selalu menggandengku dengan penuh kasih sayang. Dia suka memelukku. Tak salah kalau banyak yang mengira kami pacaran. Usiaku 13 tahun, tapi tubuhku sudah kelihatan dewasa dan berbentuk, walau buah dadaku masih kecil.
"Kamu dengar enggak, tadi orang bisik-bisik kalayu kita pacaran?" tanya kakaku.
"Aku dengar," jawabku.
"Kamu malu engak, kalau kita dikatai pacaran?"
"Tidak."
"Emangnya, kamu sudah punya pacar belum?" tanya kakakku sembari memelukku. Setiap aku dipeluknya, aku senang dan aku menyandarkan kepalaku ke dadanya. Aku senang dielus-elus kakakku.
"Belum. AKu belum punya pacar. Apa enaknya pacaran itu sih, Kak?"
"Mau tahu?"
"Ya..."
"Pejamkan matamu," katanya. AKu memajamkan mataku. Aku merasakan bibir kak Yanto menempel di bibirku. Bibir bawahku diisap-isapnya dan aku dipeluknya. Lidahnya bermain di mulutku. Aku diam saja.
"Kenapa diam?" Balas dong?" katanya.
"Bagaimana membalasnya?"
Kalau aku mengecup bibirmu yang bawah, kamu mengecup bibirku yang atas dan sebaliknya," katanya. Kak Yanto kembali mengecup bibirku. Seperti yang dia katakan, aku mulai mengceup juga bibirnya bagian atas. Saat dia mengjulurkan lidahnya ke dalam mulutku, aku tak tahu harus berbuat apa. Kak Yanto meminta agar aku menjulurkan lidahku. Saat itu aku merasakan nikmat, saat lidahku diisap-isapnya dengan lembut. Gantian kami saling mengisap lidah. Tangan Kak Yanto terus mengelus-elus buah dadaku dari baliki baju kaos yang kupakai. Aku mulai merasakan sesuatu. Aku tak tahu apa itu.
Tangan kak Yanto masuk ke dalam kaos ku. Dia lepaskan pengait Braku. Dengan cepat tangannya mengelus-elus buah dadaku. AKu menggelinjang kegelian.
"Sabar...nikmati saja," katanya. Akupun menimmatinya. Tanpa sadar, baju kaosku yang memang longgar diangkatnya ke atas, sampau melewati buah dadaku. Denga cepat kak Yakno mengisapisap pentil tetekku.
"Ah... kak geli..." kataku.
"Geli tapi neakkan. NImmati saja. Katanya mau tahu rasanya pacaran," katanya.
Kak Yanto terus menjilati puting susuku dan aku merasakan nikmat. Perlahan kak Yanto melapas pakaianku dan Braku. Aku sudah setengah telanjang. Lalu Kak Yanto juga membuka baju kaosnya. Di luar hujan semaki lebat, hingga tak seorang pun yang mengetahui keadaan kami. Gerbang sudah dikunci, demikian semua pintu dan jendela. Kami berpelukan di atas sofa.
Kami saling mengisap lidah. Kak Yanto terus menjilati tengkukku dan menciumi perutku.
Aku sudah tak tahu apa-apa lagi. Aku menikmati semuanya. Sampai akhuirnya, aku tak sadar, aku sudah telanjang bulat demikian juga kak Yanto sudah telanjang bulat. Lidahnya terus menjilati perutku dan disekitar pusarku, lalu menuruni perutku dan terus menjilati memekku.
"Kak... kok dijilati? Malu ah. Jijik lagi..." Protesku.
"Udah diam aja. Tak usah protes. Nimmati saja..." kak Yanto meminatku diam. Aku diam. Kak Yanti menjilati pangkal pahaku dan bagian memekku. Memekku yang masih licin ketika itu. Kalau pun ada bulu, masih bulu-bulu halus.
Lidah Kak Yanto terus menjilati lubang memekku. Itilku benar-benar dipermainkan oleh lidahnya. Aku tak tau mengatakan apa yang sedang kurasakan. Aku juga tak tahu, kalau kamui sudah berada di atas ambal di dekat sofa. Kak Yanto terus menjilati memekku. AKu merasakan memekku benar-benar geli dan nikmat. Bukan hanya memekku yang dijilatinya. Kak Yanto juga menjilati lubang duburku. Aku kegelian. Aku ingin protes, karean tak pantas rasanya kakakku sendiri menjilati lubang duburku. Tapi aku tsudah tak mampu protes.
Kak Yanto mulai menindihku dan memasukkan penisnya ke dalam lubang memekku. Perlahan-lahan memekku yang sudah basah dan licin lebih terasa hangat dan nimmat lagi, saat ujung kontol Kak Yanto menempel di muka memekku.
Kak Yanto mulai menekan memekku. Aku merasakan ada ganjalan di permukaan memekku. Saat Kak Yanto menekan lebih dalam lagi, ingin rasanya aku menjerit karena sakit.
"Sabar... sebentar lagi sakitnya hilang dan nikmatnya akan terasa lebih lagi..." katanya.
Aku mengikuti arahannya. AKua berpikir, Kak Yanto yang sangat menyayangiku, tak mungkin amenyakitiku. Ah...peruih sekali rasanya. Kak Yanto menekan terus kontolnya sampai aku merasakan jantungku seperti tertusuk.
"Kaaakkk... sakiiiit..." kataku tertahan. Kak Yanto berhenti sebentar. Perlahan kontolnya dia tarik perlahan. Lalu ditusukkan kembali. Dia tarik perlahan dan dia tusuk lagi. Beberapa kali, aku sudah merasakan perihnya mulai berkurang. Sudah berganti dengan nimat.
Tanpa sabar aku meminta, agar Kak Yanto meneruskan cucuk tarik kontolnya di memekku. Kak Yanto memelukku erat sembari mengulum-ngulum lidahku. Sesekali dia mengiusap tetekku. Aku merasakan nikmat sekali. Kami saling emmeluk erat dan saling menciumi tubuh masing-masing. Saat Kak Yanto memelukku erat, aku tanpa sadar membalasnya dengan erat pula. Akhirnya, aku merasakan kehangatan dan kami sama-sama terkulai.
Adzan subuh membangunkan kami. Aku terbangun memlihat kami tertidur di atas ambal. Kubangunkan Kak Yanto dan kami berbenah diri. Kami menyiapkan sarapan, karea sebentar lagi kami akan pergi sekolah. Kak Yanto mengajakku mandia bersaa di kamar mandi. Kami memasuki kamar mandi dengan bugil. Tak ada rasa malu bagi kami. entah kenapa.
Seusai mandi, Kak Yanto mengtatakan, mulai tadi malam kita sudah resmi pacaran. Bahkan kita sudah melakukan hal suami isteri, katanya. Aku diam saja. Dalam pikiranku, begitu ya suami isteri. Pantas orang mau menikah.
Sejak hari itu, kami tidak lagi tidur di kamar masing-masing, tapi kami tidur sekamar. Kalau tidak di kamarku, di kamar Kak Yanto, bergantian. Setiap kami melakukan hubungan suami isteri kami, kak Yanto memakaikan sarung karet ke kontolnya. Akhirny akau mengetahui, kalau itu adalah kondom.
Kak Yanto membawakan CD untuk kami tonton bersama. Dari CD itulah kami mengetahui cara-cara bersetubuh dengan berbagai gaya. Kami mempreaktekkannya. Kak Yanto semakin sayang padaku, bila di rumah. Aku juga menyayanginya. Kini kami sudah sama-sama mahasiswa. Kami sama-sama tidak emmiliki pacar, karean kami bukan hanya pacaran tapi kami sudami isteri, dengan cara kami sendiri.
Tamat
Komentar
0 Komentar untuk "Kakakku suamiku"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.