Kemudian kupegang pipinya, aku masih mencium dengan lembut bibirnya. Lama-lama nafas kami berdua mulai tidak beraturan. Lalu kujulurkan lidahku ke dalam rongga mulutnya, agak gelagapan juga dia menerima serangan dariku, tapi tiba-tiba dia membalas lebih ganas lagi, lidahku disedotnya sesekali digigitnya. Bunyi perpaduan antara bibir yang bertemu bibir dibarengi saling sedot lidah sudah tidak kami hiraukan, permaianan lidah kami berdua malah bertambah hebat.
Pembaca yang budiman, mungkin bisa anda membayangkan posisi kami pada waktu itu, aku yang duduk di jok depan kemudi, sedangkan dia berada di jok sampingku, jelas perutku yang pada waktu itu sedang berasyik ria terganjal oleh rem tangan, ditambah badanku yang agak melilit. Pegel juga waktu itu, lalu kusudahi percumbuan kami. “Lia, kita pindah ke belakang,” bisikku. Lia tidak bicara, kemudian kami berdua pindah ke belakang.
Oh ya, waktu itu aku memakai mobil espass supervan, jadi di bagian tengahnya agak lega sedikit, didukung kaca yang gelap, sehingga sangat mendukung sekali. Tapi sebelum melanjutkan, aku kembalikan dulu peralatan bekas makan tadi sambil membayar, lalu aku balik lagi ke mobil.
Lama juga kami diam, dengan inisiatifku aku mulai menghampiri wajahnya, sambil kedua tanganku memegang wajahnya. Dia memejamkan matanya. “Aku sayang kamu Lia..” kataku sambil mencium kembali bibirnya yang mungil, sehingga dia tidak sempat membalas ucapanku tadi.
Kali ini permainan kami lebih hebat dari tadi, Lia yang tadinya agak ragu malah kini tampaknya makin ganas, nafasnya mulai agak memburu. Tidak sampai disitu saja, tangan kananku mulai turun ke bawah, mengelus pahanya yang mulus. Setelah mengelus, tanganku kuarahkan ke setelan jok sehingga posisi Lia sekarang jadi setengah posisi tidur, sedangkan badanku ada diantara kedua pahanya. Kemudian kupegang lagi wajahnya sambil masih tetap berciuman, tanganku mulai menelusuri lehernya terus pundak dan akhirnya sampai pada bongkahan payudaranya yang indah, lalu tanganku kuarahkan ke kancingnya, kubuka satu persatu.
“Erickk..” bisiknya sambil tangannya merangkul leherku.
Setelah kancingnya terbuka semua, terpampanglah payudaranya yang masih ditutupi oleh BH hitamnya. Aku mencari pengait BH-nya, lalu kubuka dan kulempar ke jok paling belakang. Tanpa melepas bajunya, aku kemudian bergeser lagi ke atas, kulumat bibirnya. Setelah puas, ciumanku mulai berpindah ke telinga kirinya, kulumat dan sesekali kugigit telinganya. Lia makin mendesah kenikmatan. Lalu setelah puas dengan apa yang kulakukan, kujiilat lehernya yang jenjang, terus menuju pundaknya, yang akhirnya sampai ke payudaranya yang masih kencang, dengan putingnya yang tampak lebih mencuat. Dengan lembut kujilat putingnya silih berganti, kadang aku meremas keduanya, lalu kusedot puting susunya, sesekali kugigit mesra.
“Ooohh.. Eriicckkk..” rintihnya.
Aku masih saja asyik mempermainkan kedua bukit kembarnya itu, lalu tanganku kugunakan untuk membuka bajuku, lalu kulepas juga celana jeans-ku, karena batang kemaluanku agak sakit, maklum pada waktu itu sudah dalam posisi siap tempur. Kemudian tanganku kuarahkan ke payudaranya, kuremas-remas dengan lembut, sambil lidahku masih mempermainkan puting susunya yang begitu menantang. Puas dengan meremas kedua payudaranya, kedua tanganku kuarahkan ke pahanya. Dengan posisi masih melumat payudaranya, tanganku mengelus-elus pahanya, terasa juga olehku bulu-bulu halusnya, kugeser ujung rok mininya ke atas sehingga bukit kemaluannya yang masih tertutup CD putihnya jelas telihat. Tapi aku tidak mau terburu-buru, kualihkan tanganku ke pinggangnya.
Setelah puas bermain dengan payudaranya, lidahku menjulur ke bagian bawah. Kujilat pusarnya.Tangan Lia meremas-remas rambutku, kakinya bergerak tidak beraturan, mungkin karena dia menerima rangsangan sehingga dia tidak bisa diam. Setelah itu, lidahku turun lebih ke bawah lagi, kali ini di hadapanku terpampang jelas surga kenikmatan. Lalu kujilat kemaluannya yang masih tertutup CD putih, jari tanganku kuarahkan ke pinggir CD-nya. Kugeser sedikit pinggir CD-nya sehingga bibir kemaluannya agak kelihatan, lalu kujilat bibir kemaluannnya, kusedot mesra yang mana membuat Lia semakin keras meremas rambutku. Tidak puas dengan itu, kutarik CD-nya untuk kulepaskan, sedangkan roknya kubiarkan saja karena itu membuatnya makin seksi aja. Lia ikut membantu dengan mengangkat pantatnya ke atas sehingga dengan mudah aku melepas CD-nya.Dengan tidak sabar, aku lalu menjilat kemaluannya. Dengan kedua jariku, kukuakkan bibir kemaluannya itu, lalu kujulurkan lidahku ke dalamnya.
Kemaluannya sudah basah sekali, lalu aku sambil menjilat dinding kemaluannya aku mencari klitorisnya. Setelah ketemu, kujilat klitorisnya. Kemudian kusedot sampai cairannya pun ikut tersedot olehku. Lia semakin mendesah tak karuan. Tiba-tiba kakinya dinaikkan ke atas pundakku sehingga wajahku agak terjepit oleh kedua pahanya. “Eerriicckk..” jeritnya sambil tangannya meremas rambutku. Kubenamkan wajahku di kemaluannya, disamping itu jepitan pahanya semakin terasa oleh wajahku. Hmmm.. rupanya dia baru klimaks.
“Rick, udah Rick.. udah.. masukin aja Sayang..” pintanya sambil mengusap-usap rambutku, sengaja kubiarkan dulu jilatan dan hisapanku terhadap kemaluannya. Kubiarkan dulu dia menikamati puncak kenikmatannya. Setelah kulihat dia agak santai, kutundukkan kepalaku lagi untuk menuju kemaluannya yang indah itu, tapi dia malah menahannya, sambil menggelengkan kepalanya dia tersenyum. “Udah Rick.. jangann.. aku nggak kuat loh..” katanya. Akhirnya kuturuti juga, dengan posisi kaki agak ditekuk, badanku aku ditegakkan, lalu kuarahkan batang kemaluanku yang sejak tadi sudah minta bagian. Kulihat wajahnya yang agak berkeringat.”Sshh.. Erickkk.. pelan Sayang..” katanya begitu aku baru memasukkan setengah batang kemaluanku, sambil kedua tangannya agak menahan dadaku. Memang kurasakan agak sulit juga. Kalau perawan sih bukan, tapi karena jarang dipakai, jadinya agak susah juga masuknya.
“Aakkhhh.. Riccckkk..” rintihnya begitu aku langsung memasukkan batang kemaluanku, dia kaget juga waktu kuperlakukan begitu. “Nakal kamu Rick..” sambil berkata dia mencubit pinggangku,Pelan-pelan aku mulai menggerakkan pantatku, dengan refleks dia melingkarkan kedua kakinya ke pinggangku. Makin lama gerakanku makin cepat, bibir kami pun sesekali saling berpagutan, diselingi desahan-desahan nikmat.
“Oookhh.. Lia.. enak sekali Sayang..” kataku dibarengi nafas yang memburu. Kulihat wajah Lia, matanya terpejam, sepertinya dia sedang menikmati persetubuhan yang kami lakukan. Tidak berapa lama.. tiba-tiba pelukannya makin erat dan jepitan kakinya yang melingkar di pinggangku, terasamenjepit sekali, rupanya dia mencapai puncaknya lagi, aku diam sebentar sambil kutekan lagikemaluanku ke dalam vaginanya.
“Riccckkk.. aaakkhh.. sshhh..” rintihnya sambil matanya merem melek. Aktifitasku kuhentikan sejenak biar dia merasakan kenikmatan yang baru dia dapat. “Rick.. kamu belum keluar ya.. gantian ya,” pintanya sambil tersenyum manis, aku hanya menganggukkan kepalaku. Memang kalau dalam bercinta bukannya aku kuat, tapi aku selalu mengatur irama. Aku ingin supaya pasanganku puas lebih dulu, setelah dia puas baru aku yang mencari kepuasan, jadi tidak akan saling mengecewakan.
Kini gantian posisiku yang agak setengah tidur, dan tubuh Lia berada di tengah kedua pahaku. Kulihat dia mengambil tissue, lalu mengelap batang kemaluanku. Setelah itu dia melihat wajahku sebentar, lalu dengan perlahan dia mulai menjilat kepala kemaluanku. “Sshhh..” aku cuma bisa mendesis karena geli yang kurasakan. Lia masih saja asyik menjilati lubang kepala kemaluanku, lalu tiba-tiba dia memasukkan kepala kemaluanku ke dalam mulutnya. Sesekali batangku dia gigit dengan lembut. Hisapannya lembut sekali, aku cuma bisa mendesah kenikmatan. Lia tampaknya menikmati permainan ini, aku hanya bisa mengelus-elus rambutnya, sesekali kuremas kedua bukit kembarnya.
Lama-lama hisapannya semakin kuat, enak sekali rasanya. Kurasa mungkin kalau begini terus aku bisa ambrol maka aku buru-buru menghentikan aktifitasnya, dia tampak keheranan. “Udah Lia sayang.. aku nggak kuat.. kamu sekarang di atas, ya..” kataku. Lia cuma tersenyum, mungkin senyumannya itu penuh arti, aku tidak bisa mengartikannya. Lalu Lia setengah berdiri, kemudian dia mengangkangi tubuhku, diraihnya batang kemaluanku, lalu diarahkan ke lubang kemaluannya. Begitu kepala kemaluanku tepat pada lubang kemaluannya, dengan sedikit sentakan kemaluanku amblas dilahapnya. Kami terdiam sesaat, kulihat Lia memejamkan matanya, tangannya dia taruh di dadaku, lalu pelan-pelan dia gerakkan pantatnya naik turun, kepalanya mendongak ke belakang. Setiap kali dia melakukan gerakan, dari mulutnya keluar desahan dan rintihan yang makin membangkitkan nafsu birahiku, begitu juga denganku, aku pun mengerang kenikmatan.
Makin lama gerakan Lia makin cepat, batang kemaluanku terasa seperti diremas-remas. Walaupun keadaannya agak gelap tapi dapat kulihat mimik wajahnya seperti menikmati permainanan ini. Badannya yang terlihat mengkilap karena keringat yang keluar. Aku pun tidak tinggal diam, tanganku meremas kedua payudaranya, sambil sesekali memelintir putingnya, lalu kuangkat badanku sedikit supaya aku bisa menghisap putingnya yang begitu menantang. Tangannya mendekap leherku, seperti meminta lebih keras lagi aku menghisap putingnya. Gerakannya tambah liar saja, dan erangannya jelas sekali terdengar. “Aaakkhhh.. ssshhh.. Errriicckk..” erangnya sambil meremas rambutku. Aku semakin aktif saja melumat putingnya, dan Lia makin hebat saja gerakannya.
Tiba-tiba kurasakan sesuatu akan keluar dari batang kemaluanku. Aku mencoba bertahan, tapi sepertinya tidak bisa. “Liaaa.. aku mau keluarr.. aakkhhh..” erangku. “Aku juga Rick.. sebentar lagi.. bareng yaa.. okhhh.. okhhh.. Erickkk..” desahnya sambil tangannya sekarang memegang wajahku, lalu dia melumat bibirku, tangannya melingkar di pundakku, tetapi bibirnya masih mencium bibirku.
Dan.. “Aaakkhhh.. Erriicckkk..” jerit Lia sambil mendekapku begitu kuat sekali. “Aakkhhh.. aku keluaarrr Liaa.. ookhhh..” eranganku menahan kenikmatan yang tiada taranya. Kami lalu terdiam dengan nafas yang tersenggal-senggal, dengan posisi Lia masih di atasku, kemudian Lia mencium keningku, lalu melumat bibirku, aku pun tak mau kalah, kubalas ciumannya. Kami berciuman cukup lama, sambil mengucapkan kata-kata sayang. “Aku sayang kamu Lia.. kuharap jangan berakhir disini,” kataku sambil mencium keningnya, tampak dia memejamkan matanya begitu aku mencium keningnya. “Lia sayang kamu juga Rick..” ucapnya. Kulihat sepintas wajahnya penuh kebahagian dan kepuasan. Tak terasa kami tertidur dalam posisi masih di atas badanku. Deru kendaraan yang lewat terdengar jelas sekali, aku sadar, lalu aku bangun, kulihat kami masih dalam keadaan telanjang bulat. Lalu kubangunkan Lia untuk segera berpakaian kemudian kita kembali untuk pulang. Untungnya posisi mobil tidak menghandap ke jalan raya, ditambah kaca mobil yang gelap se
hingga kecil kemungkinan kalau orang bisa melihat ke dalam mobil. Setelah beres berpakaian lalu kami pulang, tapi sebelumnya saya janjian dulu dengan Lia untuk bertemu kembali malam nanti, dan dia setuju. Hmmm..
Oke deh, komentar dan kritiknya saya tunggu.
TAMAT
Komentar
0 Komentar untuk "Berawal dari meja billiard 02"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.