Perjalanan hidu sepasang teman - 3

0 comments

Temukan kami di Facebook
Tidak puas dengan jemarinya, dia segera memasukkan miliknya ke tubuhku. Ah, aku tidak sanggup menolak, aku diapit dua lelaki dengan penuh nafsu dan birahi. Mereka pun bergiliran kembali, tubuhku dinikmati sambil berdiri. Kemudian Heri bergantian dengan Aris. Kemudian mereka bergantian lagi. Entah mengapa, karena tidak sanggup menahan birahi, Heri yang bergantian dengan Aris berusaha memasuki lubang anusku. Awalnya kurasakan sesuatu yang aneh, kukira sakit. Awalnya miliknya tidak dapat masuk, tetapi karena usaha yang gigih dan dengan berbagai cara, akhirnya anusku dapat dimasukinya. Keluar-masuklah milik mereka bersamaan di semua lubangku. Sesaat beberapa lama suaraku agak merintih pelan, dan akhirya mendesah kuat. Aku tidak dapat berkutik, aku tidak mengerti harus berbuat apa, mereka terus mendekap dan menikmati tubuhku. Entah mengapa aku merasakan kenikmatan dan puncaknya.

Akhirnya kami selesai mandi. Tubuh ini segar tersiram air dan lemas terpakai secara bergiliran. Sehabis mandi pun aku dan Rina tidak dapat mengenakan pakaian, mereka terus menggerayangi tubuh kami tanpa ada rasa puas.
Terkadang aku dan Rina meminta baju kami, tetapi jawab mereka, "Tubuh kami yang menjadi baju kalian.."
Ternyata kata-kata mereka pun benar-benar mereka lakukan. Merekalah yang menjadi baju kami. Terkadang mereka memuji aku dan Rina. Aku dan Rina agak canggung, karena baru kali ini kami tidak mengenakan pakaian sehelai pun dihadapan banyak lelaki. Mereka tampaknya berusaha supaya kami seperti ini, agar mereka dapat terus-menerus menikmati indahnya tubuh kami.

Akhirnya siang pun tiba, awalnya aku dan Rina dicumbu secara berpasangan. Aku tidak dapat menolaknya, aku mulai menyukai nikmatnya berhubungan. Setelah beberapa lama, aku mulai dicumbu dua orang, saat itu aku melihat milik Heri. Aku penasaran, karena aku mulai menyukai yang berbentuk itu. Aku ingin mengetahui seperti apa nikmatnya, apakah yang dirasakan Rina dan yang akan kurasakan dengan mulut ini. Akhirnya tubuh ini mulai dinikmati milik mereka, aku tambah penasaran, akhirnya kudekap milik Heri yang belum menikmati tubuhku. Miliknya kudekap dengan jemariku dan kumasukkan ke dalam mulutku, kurasakan bentuknya di dalam mulutku. Kulakukan seperti yang pernah Rina lakukan. Kurasakan nikmatnya, dan entah mengapa aku mulai menyukainya. Lama-lama kurasakan agak asin, tetapi malah kusuka dan menambah gairahku, beberapa lama kurasakan tumpahan di dalam mulutku.

Aku berpikir, "Tampaknya aku tambah menyukainya.." lalu kutelan, rasanya seperti menelan telor penyu, tetapi ini benar-benar kunikmati. Birahiku memuncak. Akhirnya mereka menggilirku dan Rina secara bergantian, sehingga kami semua sudah saling bersentuhan, tiada satu pun yang tersisa.

Akhirnya kami selesai dengan liburan akhir minggu, dan lalu kami bergegas ke tempat asal. Di jalan pun kami masih tetap bersentuhan. Tampaknya birahi kami terus menguat. Setelah kejadian itu, mereka tampaknya tidak mau lepas dari aku dan Rina. Mereka mengisyaratkan rasa tanggung jawab terhadap kami atas apa yang telah terjadi, dan mereka berusaha mendapatkan kami seutuhnya. Aku dan Rina pun berhubungan terus dengan mereka tanpa ada rasa menyesal.

Sempat aku pernah terlambat bulan, dan mereka mau menikahiku, tetapi rasanya aku tidak mau di usia sekarang ini. Akhirnya salah satu diantara mereka, yaitu Aris dapat membuatku datang bulan. Dia mengundangku ke rumahnya, dan dia memberikan alat test untuk kucoba, dan ternyata aku positif. Tetapi dia membuat semua ini seakan-akan tenang-tenang saja. Lalu dia memberikan obat untukku, yang katanya dapat membuatku dalam waktu beberapa jam menstruasi. Tetapi sebelum kupakai obat itu, dia meminta ijin kepadaku untuk mengecup bibirku. Awalnya kutolak, tetapi akhirnya karena tidak enak dengan kebaikannya, akhirnya kubersedia, dan kuberikan sebagai ucapan terima kasihku. Akhirnya dia senang dan mulai melahap bibirku, entah mengapa bibir dan lidah kami jadi berperang, birahi kami pun bersaing memuncak.

Adegan demi adegan berlanjut, sehelai demi sehelai kain pun tertanggal dari tubuh ini. Akhirnya tubuh kami menyatu penuh dengan birahi. Tampaknya dia tidak ada puas-puasnya untuk merasakan tubuhku, serasa hanya ini kesempatannya. Karena usia kami masih muda dan kondisi kami sangat fit, akhirnya ronde demi ronde pun terjadi. Semburan demi semburan kurasakan di dalam tubuhku. Tetesan demi tetesan yang keluar dari miliknya juga tertelan mulut ini, sampai tidak dapat dikeluarkannya lagi, dan kami berdua jatuh TKO. Setelah itu kupakai obat pemberiannya dan beberapa waktu kemudian rasa yang kualami setiap bulan kurasakan kembali.

Hari-hariku terus berjalan, persahabatanku dengan Rina berlanjut dan jiwa kami masih muda, kami ingin banyak mengenal sesuatu yang baru. Kami sering mendapat kenalan baru dan kami saling berbagi, dan juga bertukar pasangan. Pengalaman dan pengetahuan kami terus bertambah. Setiap lelaki yang tidur denganku dan Rina tidak mau lepas. Mereka berusaha memiliki kami. Tubuh dan wajah yang indah dan kemampuan kami di atas ranjang benar-benar membuat mereka ketagihan. Hubungan sex kami sangat aktif, hampir setiap hari kami bergiliran dengan setiap pacar kami. Rasanya makin diasah, gairah kami makin tajam, sampai-sampai tidak dapat dibendung lagi.

Beberapa kali kami berkerkenalan dengan pria yang hampir setua orangtua kami, aku dan Rina bertahap mulai dekat dengan mereka. Mereka baik, lembut dan pengertian, selalu mau mengerti perasaan kami. Disuatu hari, Om Edo mengajak kami jalan-jalan, kami senang dan dapat bergembira dengan puas. Keesokan harinya, aku diajak Om Edo jalan-jalan ke Lembang. Di sana kami jalan-jalan ke beberapa objek wisata terdekat. Udara pun kurasakan dingin, gerimis membasahi bumi, aku tidak kuat menahan rasa dingin. Rasanya aku perlu penghangat untuk menghangati tubuh ini. Beberapa kali kupegangi telapak tangan Om Edo untuk merasakan hangat. Beberapa lama Om Edo akhirnya mengerti keadaanku, dia merangkulku untuk membagi kehangatan tubuhnya.

Sampai di suatu tempat yang tenang, di sana hanya ada kami serta tumbuh-tumbuhan saja. Awalnya kami duduk di antara pepohonan. Om Edo berada di samping sambil merangkulku. Aku menyukai hangat tubuhnya. Tampaknya cara duduk kami mengganggu, akhirnya kupindahkan tubuh ini ke depan Om Edo. Aku duduk di depan tubuhnya, dan kurasakan kehangatan di belakang tubuhku. Dia memelukku dari belakang. Salah satu tangannya kuajak ke atas pahaku dan lalu kuelus-elus. Tangan Om Edo memeluk pinggangku. Perutku dielus dengan pelan, tampaknya dia menikmati sentuhan tanganku, begitu juga denganku. Tampaknya kami berdua mulai merasakan sesuatu yang menghangat. Tangan Om Edo tidak mau kalah dengan tanganku, dia mengelus-elus pahaku, ah lembutnya yang kurasakan.

Tahap demi tahap tangannya mengarah ke lubangku, aku menikmatinya. Nafsu kami pun meningkat, Om Edo mencium dan menikmati telingaku, ah beku tubuh ini rasanya. Perlahan dia mencium pipi dan leherku dengan lembut, lalu perlahan ke arah bibirku. Akhirnya kami berciuman, alangkah lembutnya Om Edo yang kurasakan.
Perlahan kulepas kecupannya, lalu kudekati telinganya, dan kubisikkan, "Yang lembut ya Om..!"
Om pun menunjukkan kemampuaanya, dia membuai jiwa, batin dan tubuhku, serasa melayang diri ini. Kupasrahkan tubuh ini untuk Om Edo, dan kami pun sama-sama menikmatinya.

Bibir Om Edo mengecup bibirku kembali, tangan kirinya mengelus-elus celana tengahku dengan lembut. Perlahan telapak tangan kanannya yang memeluk perutku kuarahkan ke dadaku, kurasakan lembutnya sentuhan tangannya. Tangannya segera melakukan tugasnya dan kunikmati sentuhan lembutnya. Perlahan kancing dan resteling jeans-ku dibuka Om edo. Tangan kirinya menyusup ke dalam celanaku. Rupanya lubangku sudah terangsang dan basah. Tanpa basa-basi, Om Edo menggosok daerah sensitifku, tanganya tidak terburu-buru masuk ke vaginaku. Perlahan tangan kanannya meraih kaitan bra-ku dan melepasnya perlahan. Tangan kanannya menyusup dan mengelus pundakku, lalu perlahan ke depan, ke dadaku.

Sesaat beberapa lama kemudian, dia mengangkat kaos dan bra-ku, sehingga mahkotaku terlihat jelas. Bibirnya perlahan berjalan, dari bibir, dagu, leher, pundak dan akhirya putingku masuk ke dalam mulutnya yang lembut. Dada, perut dan daguku reflek terangkat. Perlahan tanpa kusadari tanganku melepas kaos dan bra-ku, celana jeans-ku pun agak kuturunkan sedengkul, dan akhirnya kulepas semuanya dan kami buat menjadi alas. Secara perlahan jari Om Edo masuk ke lubang vaginaku, ah daguku terangkat tinggi. Kedua tempat itu, yaitu dada dan vaginaku disentuh Om Edo. Perlahan jari Om Edo keluar-masuk di lubang vaginaku, awalnya aku tidak kuat menahan nikmatnya sampai aku tegang dan menahan nafas. Aku melayang jauh dan tidak sanggup bergerak, yang bisa hanya pasrah menikmatinya.

Sesaat kurasakan rangsangan yang kuat, dan kukeluarkan desahan yang tidak sanggup kutahan. Tampaknya Om Edo mengerti. Tanpa kusadari bajuku menjadi alas dan Om Edo perlahan memeluk tubuhku dari depan. Dengan rasa pasrah dan penuh dengan kenikmatan, kudekap tubuh Om Edo. Perlahan kurasakan ada sesuatu yang keras dan menonjol di dekat bawah perutku, lalu perlahan masuk ke vaginaku, daguku terangkat dan suaraku tidak sanggup kutahan. Desahan demi desahan suaraku yang tegang pun mengeras, sampai akhirnya kami merasakan puncak dari semua itu. Akhirnya dari sana kami berangkat menuju ke tempat Om Edo di daerah sana. Karena kami belum puas, kami pun melakukannya kembali di tempat Om Edo.

Setelah semuanya terjadi, suatu saat Om Edo mengajakku menikah. Maklumlah, dia ditinggal istri-istrinya (istri yang lalu) yang sudah tiada, dan dia tidak memiliki anak. Dia mengatakan butuh aku, tetapi kutolak, dan aku janji tetap membantu sesuatu yang kurang padanya, maaf jawabku, begitu juga dengan Om Edo, dia berkata sama. Mulai dari situ aku menyukai Om-Om, karena mereka memiliki cara berpikir dan emosi yang sudah matang. Pernah suatu saat kukatakan pada Om Edo kalau aku pernah hamil, dan untunglah tidak terjadi, lalu kuungkapkan aku tidak mau hamil di usia ini. Lalu Om Edo mengenalkanku dengan alat-alt KB, lalu kucoba dan ternyata aku memilih spiral, karena lebih aman. Lalu kutawarkan Rina untuk memakainya, dan dia menyetujuinya. Akhirnya saat kami datang bulan, Om Edo mengajakku dan Rina ke dokter kenalannya, lalu kami dipasangkan spiral.

Akhirnya kami merasa tenang dalam setiap berhubungan. Tidak ada rasa was-was, yang ada hanya kepuasan. Setiap semburan dari penis dapat kami rasakan dan nikmati di dalam permainan. Aku melakukannya bukan hanya dengan Om Edo, tetapi juga dengan Om yang lainnya, tapi hanya Om Edo yang terbaik. Suatu hari Om Edo ulang tahun, aku bingung harus memberi hadiah apa, dia sangat baik.

Sesampainya di rumahnya kami, (aku dan Rina) hanya merayakannya bertiga, dia, aku dan teman baikku Rina. Akhirnya kami jalan-jalan. Dan akhirnya sampai kami kembali ke rumahnya, aku bingung karena tidak ada hadiah. Terlintas aku ada ide, pastilah kami suka.
Lalu aku bertanya pada Rina, "Kamu mau nggak ama Om Edo..?"
Rina menjawab, "Terserah kamu, boleh aja..!"
Lalu aku mengajak Rina dan Om Edo ke kamar, di sana aku memancing Om Edo. Akhirnya dia terpancing, dan kami bermain bertiga. Karena hebatnya Om Edo, nafsu kami (aku dan Rina) menjadi tinggi. Dia mencumbu kami secara bergiliran. Karena aku dan Rina tidak kuat menahan nafsu, jika ada kesempatan, milik Om Edo kami nikmati, dan seterusnya kami bermain sampai puncak.

Tampaknya Om Edo sangat berterima kasih kepada kami, terutama kepadaku. Segala sesuatu yang kami khayalkan selalu dijadikan kenyataan oleh Om Edo. Waktu aku di kelas akhir sekolahku, aku dan Rina sudah sering berganti-ganti pacar (cowok), tetapi tidak semuanya dapat merasakan tubuh kami, karena kami tidak memberinya sembarangan. Kebetulan aku dan Rina adalah teman sekelas, ya jadi kami sering bertemu. Saat itu kebetulan aku dan Rina memiliki pacar yang sekelas, ya kami jadi sering berjalan bersama. Hubungan kami sudah tidak ada batas lagi, kami sering berkumpul di rumah kami secara bergantian. Tentu saja jalinan hubungan kami sangat dalam, sampai ke dalam tubuh kami.

Hubungan kami tidak hanya di luar sekolah, di dalam sekolah pun hubungan kami dengan pasangan kami sangat aktif. Setiap keadaan yang memungkinkan, dan bila hasrat kami muncul, kami pun melakukannya. Maklum, pakaianku sangat memungkinkan, sesaat kuangkat rokku tinggi, kulepas sedikit CD-ku, maka milik pasangan kami dapat masuk dengan leluasa, tentu saja dengan gaya tertentu. Terkadang di kelas, di WC sekolah, atau tempat lainnya yang aman, kami terus melakukannya. Tentu kami harus bergiliran berjaga-jaga, supaya tetap aman. Tetapi aku dan Rina masih berhubungan dengan teman pria kami yang dulu, serasa diri kami rakus.

Akhirnya kami lulus dengan nilai yang cukup baik, dan kami mengadakan perpisahan sekolah. Aku, Rina dan kekasih kami pergi perpisahan bersama, kami berpasangan, dan tentu saja di sana kami mencari kesempatan untuk mencurahkan birahi kami. Tetapi rasanya perpisahan bukan hanya untuk kawan-kawan sekolah, tetapi juga kami (aku dan Rina) putuskan untuk kekasih sekelas kami. Awalnya mereka tidak menerima dan menolak, tetapi akhirnya mereka tidak dapat menolak, karena keputusan kami bulat, dan kami jelaskan bahwa kami masih bisa akrab seterusnya.

Liburan panjang pun kami rasakan, tampaknya Aris dan Heri akrab lagi terhadap kami, dan kami berjalan bersama. Aku dan Rina diajak berlibur bersama mereka, dan kami pun bersenang-senang bersama. Seusai berlibur dengan mereka, Om Edo pun memberi hadiah kepadaku dan Rina berlibur ke Bali, dan kami merasakan kegembiraan bersama. Akhirnya kami kuliah, dan tempat kuliah kami di pinggiran kota Jakarta. Di sana kami dibelikan rumah oleh Om Edo sebagai tempat tinggal kami untuk kuliah. Kami memberikan alasan ke keluarga bahwa tempat itu adalah tempat yang murah dan baik buat kami. Akhirnya aku dan Rina tinggal di sana, dan kami berhubungan akrab dengan Aris dan Heri, tetapi mereka tidak mengetahui bahwa kami berhubungan dengan Om Edo yang kami katakan sebagai pemilik kost.

Awal kuliah kami masih berganti-ganti pacar dan kawan. Mereka sering menginap, begitu juga aku dan Rina. Akhirnya, di akhir semester, aku dan Rina mulai serius dengan Aris dan Heri. Sering Om Edo, Aris dan Heri bergantian bermalam, tetapi Aris dan Heri tidak mengetaui hubungan ini, kecuali Om Edo. Akhirnya kami lulus kuliah, dan kami mulai mengurangi aktivitas hubungan intim kami terhadap Om Edo, dan dia mengerti keputusan ini. Sampai akhirnya kami (Om Edo, aku dan Rina) dapat jodoh, sampai pada saatnya Aris dan Heri memiliki kami, akhirnya janur kuning menyelimuti salah satu jari kami.

Aku, Rina, Aris dan Heri terus berhubungan sampai dengan hubungan yang tidak akan pernah lepas. Kami sering ke luar kota bersama, di sana kami berpasangan. Terkadang kami jenuh berhubungan dengan suami, tetapi kami tetap berpasangan, pasanganku adalah suami Rina dan suamiku berpasangan dengan Rina. Kami melakukannya untuk mendapat gairah dan mempererat hubungan kami. Kami terus menikmati ini sampai di atas rajang, dan tanpa ada rasa cemburu serta iri, kami terus berbagi. Mereka bangga memiliki kami, tidak jarang setiap bersama, tubuhku dan Rina ditelanjangi dan terus dinikmati suami kami secara bergantian. Terkadang aku dan Rina serta Om Edo masih berhubungan jauh, terkadang sebulan sekali atau lebih kami melakukannya tanpa diketahui pasangan kami.

TAMAT




Komentar

0 Komentar untuk "Perjalanan hidu sepasang teman - 3"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald