Perjalanan hidu sepasang teman - 1

0 comments

Temukan kami di Facebook
Waktu diusiaku yang beranjak dewasa, aku merasa bangga terhadap diriku yang ceria, supel, riang, penuh canda dan memiliki keindahan yang ada di dalam diriku. Tidak jarang aku berkumpul dan berjalan-jalan dengan kenalan baru, untuk saling mengetahui hal-hal yang baru. Aku di sekolah memiliki teman yang cantik dan seksi, sebut saja namanya Rina, tetapi diriku memiliki lebih dari apa yang dimilikinya. Temanku memiliki tubuh yang ideal, tinggi diatas 165 cm, berat 40 kg lebih, kulit putih mulus, bokong yang padat, dan yang paling kami banggakan adalah keindahan kedua buah dada yang kami miliki (34B lebih ukurannya), terkadang kami suka memakai pakaian yang pedek dan ketat untuk dapat memamerkan apa yang kami miliki, dan tentu saja indahnya tubuh kami sering dipuji. Bangga rasanya dapat menarik perhatian orang, yang terkadang tidak berkedip melihatku.

Sebut saja namaku Yulia, aku sangat akrab dan saling berbagi dengan temanku ini, walaupun itu hal yang kecil dan sepele. Di sekolah dan sepulang sekolah, rasanya seperti perangko saja, jarang berjauhan dan selalu terlihat bersama, dan tidak jarang kami menginap bergantian. Kalau sedang berdua, kami sering membandingkan sosok tubuh kami, apa yang kurang dan apa yang lebih. Kami membandingkan tubuh dengan berbagai macam jenis pakaian, dari yang dapat memperlihatkan indahnya tubuh dan pakaian yang benar-benar tertutup.

Dia sering bercerita apa yang sering dilakukannya dengan pacarnya, sampai ke hal-hal yang disukainya. Saat kami duduk berdua, dia menceritakan bagaimana dia merawat dadanya, dia mengajarkan bagaimana menghindari penyakit kanker payudara. Rina mengajarkan cara memijat dan lain-lain. Dia mengatakan kalau wanita menyusui sangat minim untuk terkena kanker. Dengan berbisik, Rina mengatakan kepadaku cara menjaganya dengan cara lain, tetapi lebih suka bila dibantu.
Dia berbisik lagi, "Dibantu dengan pacarku."
Lalu kubertanya, "Bagaimana..?"
"Sepeti ini (tanganya lalu meremas-remas dadanya) dan kadang dihisap, awalnya aku risih, tapi karena aku suka, jadi aku menyenanginya (pacarnya dan caranya)."
"Aku bingung.., seperti apa sih..?" jawabku.
"Bodoh kamu..!" kata Rina, lalu dia melepaskan pakaiannya dan memang bentuknya indah, aku saja terkagum-kagum, apa lagi pacarnya, buah dadanya mulus dan terlihat padat.

Lalu dia melepaskan BH yang menutupi keindahan dadanya. Kedua dada yang padat dan kedua puting yang merah terlihat lembut. Lalu tanganya meraba-raba, meremas-remas kedua puting yang terlihat bulat, akhirnya kedua puting payudara itu mengeras dan kedua dadanya tegang.
"Seperti ini.." katanya.
Dan dia memainkan puting yang merah itu sambil berkata, "Dia menghisap ini dengan nafsu, dan lembut juga lidahnya memainkan ini, nikmat loh..!"
"Apa nikmatnya..?" kataku.
Lalu dia menghampiriku dan tanganya meraba dadaku (yang ukurannya lebih besar dari miliknya), "Seperti ini loh Non.., dadamu boleh juga ya..?" kata Rina sambil tersenyum dengan peragaan kedua tangannya.
Rasanya aku tidak menyuka hal seperti ini, tetapi perlahan-lahan aku rasakan nikmat.
"Awalnya risih, tapi lama-lama rasanya lumayan, enak juga..!" kataku.

Kemudian kulihat tatapan matanya ke wajahku, rasa ingin berbagi pengalamannya terlihat.
"Bolehkan kubagi pengalamanku..?" sahut Rina dengan rasa penasaran, "Biar kamu tau yang kunikmati dari pacarku.." sambungnya dengan rasa ingin memberitahunya yang tinggi.
Aku berpikir dan rasanya penasaran juga, "Seperti apa sih..?" tanyaku dengan sikapku yang ingin mengetahui lebih lagi.
Lalu Rina meremas, dan kemudian mengangkat kaosku, sehingga BH-ku yang berenda dan berwarna krem dapat ditonton.
Rina melihat dan memujiku, "Kalau kamu punya pacar pasti suka dengan yang satu ini.. (dada berukuran 36 yang putih dan mulus)"
Dia pun melepaskan kedua kaitan bra-ku, bra yang tadinya menutup dengan sesak kedua buah dadaku, akhirnya diangkat bersama kaosku, sehingga tiada sehelai kain pun menutupi dadaku yang tertutup sesak, dan seakan dadaku sekarang lepas dan terlihat mengembang. Memang ukuran yang aslinya lebih besar dari bra yang kupakai.

Lalu tangan Rina merangkulku, tangannya meraba-raba dadaku sambil berkata, "Kayak ini loh non.."
Kemudian dia memainkan putingku, wajahnya menghampiri dadaku yang satunya, lalu bibirnya mulai mencium putingku. Setelah beberapa lama, kurasakan sesuatu yang nikmat.
"Nikmat Rin.." sahutku kepada Rina.
"Lanjut ya..?" sahut Rina sambil mulutnya melanjutkan tugasnya.
Putingku yang merah dan mengeras akhirnya masuk ke dalam mulut Rina. Kurasakan kelembutan dan kenikmatan, sehingga rasanya tubuh ini pasrah untuk dinikmatinya. Dadaku pun mengeras, kurasakan titik kenikmatan dari putingku yang menyebar dan mengalir ke seluruh tubuhku. Sesaat kurasakan kenikmatan itu mengalir ke bagian tengah tubuhku, tepatnya diantara kedua paha tepat di bawah perut yang tertutup bulu-bulu hitamku yang lembut. Rasanya terbang tinggi tanpa sadar. Aku merasakan puncak pertamaku, walau itu hanya dari cumbuan. Rasanya ingin terulang kembali.

"Terima kasih ya..!" kuucapkan kepada Rina.
"Senang rasanya dapat berbagi dan memberi tau kamu.." ucap Rina.
Lalu kami mengenakan pakaian lagi.

Hari pun terus berganti, Rina terus membagi pengalamannya kepadaku. Dia terus mengajariku banyak hal. Pernah dia bercerita tentang hal yang tidak pernah lepas disaat dia bersama pacarnya, yaitu berciuman. Dia bercerita kalau pacarnya sekarang bukan yang pertama, dia sudah mengenal beberapa bibir yang membuat kenangan padanya.
"Apa nikmatnya kissing.., kenapa kamu suka..?" sahutku ke Rina dengan rasa penasaranku.
"Makanya pacaran biar tahu, kamu mau tau..?" jawab Rina.
"Sebenarnya udah banyak cowok yang ngajak pacaran, tapi aku belum mau aja..!" balasku.

Aku terus mengungkapkan rasa penasaranku ke Rina, Rina pun memberi respon, dan dia berkata, "Kamu mau kalo aku kasih tau, aku praktekin..?" katanya sambil bercanda.
"Mau Rin, kamu bisa..?" jawabku serius.
"Bisa.., ehm.. cuma kissing kamu aja kan..?" jawab Rina yang terlihat bingung.
Aku bingung campur penasaran, lalu kujawab, "Aku ingin tau Rin."
Lalu Rina mendekatiku, dia menghampiri wajahku, bibirnya perlahan menghampri bibirku. Aku merasa janggal, gemetar, tegang campur macam-macam perasaan. Perlahan-lahan memangnya aksinya, dan akhirnya bibirku tersentuh bibir Rina, kurasakan lembut dan nikmatnya sentuhan bibir Rina, dan itulah yang pasti disukai pacarnya. Lalu Rina melepas kecupan bibirnya, aku hanya terdiam dan tidak mengerti harus berbuat apa.

"Bibir kamu lembut, kalo kamu pacaran pasti cowok kamu ketagihan.." sahut Rina.
"Masa..?" jawabku.
"Kamu mau tau banyak tentang kissing..? Aku ajarin deh..!" kata Rina mulai agak bersemangat.
Dengan rasa masih penasaran, aku mulai menanggapi tawaran Rina, dan kujawab, "Aku ingin tau banyak.., ajarin aku dong..!"
Lalu Rina bercerita panjang lebar tentang pengalaman kissing-nya dengan tahap demi tahap, dan lalu kami mempraktekannya. Entah mungkin karena kami berteman dan sama-sama sejenis, mungkin kami tahu dan mengerti apa yang harus dilakukan untuk berbagi kenikmatan. Akhirya kami sama-sama merangsang seluruh tubuh kami, ah.. nikmatnya tiada tara.

Kami terus berbagi dan mengulanginya dari hari ke hari, tetapi itu hanya terbatas karena kami sama-sama sejenis, dan tidak ada rasa suka, yang ada hanya kenikmatan. Waktu pulang sekolah, aku tidak dapat pulang bersama Rina, karena dia sudah diajak pacarnya. Aku pun pulang bersama teman yang lain. Sesaat ditengah perjalanan pulang rasanya aku ingin main dan menginap di rumah Rina saja. Akhirnya aku menuju ke rumah Rina.

Saat aku sampai dan pintu rumahnya ternyata terkunci, aku pun masuk dengan kunci cadangan pemberian Rina. Rumahnya tenyata sepi, kukira dia ada di rumah. Sekilas aku mendengar suara Rina (entah seperti apa suaranya, hanya terdengar samar) di dalam kamar. Akhirnya kamar Rina kuhampiri. Kubuka perlahan pintunya supaya dia tidak kaget. Astaga, alangkah kagetnya aku, kulihat Rina sedang berdua dengan pacarnya tanpa sehelai pakaian di badannya (kecuali pacarnya). Untung pintu terbuka sedikit sekali, aku hanya dapat mengintip. Aku hanya terdiam menatap Rina dengan pacarnya, maklum baru kali ini aku melihat insan berduaan dengan gairah seperti itu.

Awalnya mereka berciuman, lalu meraba-raba, dan yang dilakukan Rina dengan dadaku sama seperti yang dilalukan pacarnya, meraba, meremas, menghisap dan begitulah. Kulihat Rina menikmati dan terlihat pasrah untuk dinikmati. Tubuhnya pasrah, wajahnya terlihat melayang seperti aku waktu itu, tetapi tidak sehebat aku terbangnya. Aku heran melihat pacarnya yang tidak hanya mencumbu dada Rina, tetapi juga mencumbu belahan yang juga kumiliki yang ada di antara kedua paha. Rina pun kulihat melayang, dan sesaat kemudian dia mengeluarkan suara desahan yang kuat, aku pun samar-samar merasakannya juga.
"Ah, nikmatkah rasanya, seperti apakah nikmatnya..?" pikirku dalam hati.

Sesaat kulihat beberapa jari tangan pacar Rina keluar-masuk di antara paha Rina yang tertutup bulunya. Kulihat kaki Rina melebar, seakan-akan serakah mengambil tempat. Tidak beberapa lama Rina terbangun dan memberi isyarat supaya pacarnya mendekatkan pinggangnya ke arah wajah Rina. Lalu kulihat Rina melepaskan celana pacarnya, aku heran melihat tonjolan di celana pacarnya. Seperti apakah tonjolan di balik celana dalam itu. Rina mengelus dan mencium tonjolan itu, aku berpikir sambil heran seperti inikah caranya pacaran. Tanpa basa-basi lagi Rina menarik dan melepaskan celana serta CD pacarnya.
"Ah, seperti itukah tonjolan yang selama ini yang samar-samar kuketahui..?" kataku dalam hati.
Aku hanya dapat melihat dengan terpana dan heran, tetapi sesaat kurasakan aku menyukainya juga. "Kapankah aku dapat mengetahuinya lebih jelas..?" kataku lagi dalam hati sambil berusaha membayangkannya.

Rina mendekap tonjolan itu dengan jemarinya. Kelima jari Rina kemudian mengusap-usap milik pacarnya dengan nikmatnya. Kulihat pacar Rina menegang. Tidak lama kemudian wajah Rina menghampiri tonjolan yang didekap dan dielus-elus jemarinya itu. Lalu bibirnya pun terbuka seperti goa, lidahnya keluar dan menjilat tonjolan yang pucuknya seperti jamur itu. Kulihat lidah Rina menyentuh dengan nikmatnya, dan bibirnya mulai terbuka lebar lagi. Milik pacarnya pun masuk ke dalam goa itu (mulut Rina) sampai dalam. Kulihat Rina memejamkan mata dengan perlahan sambil menikmati yang masuk ke dalam mulutnya. Mulut Rina dan bibirnya terlihat seperti menghisap permen dengan nikmatnya.

"Ah, kurasakan nikmat lembutnya bibir dan lidah Rina waktu di dadaku, pasti pacarnya menikmatinya seperti yang kurasakan di dadaku." kataku dalam hati.
Milik pacarnya terlihat hampir keluar, dan akhirnya tertelan lagi di mulut Rina yang lembut. Mulut dan kepala Rina bergerak terus dengan nikmatnya. Kulihat adegan berikutnya, setelah masuk dan dinikmati mulutnya, kulihat Rina menarik milik pacarnya dengan perlahan (sambil merebahkan badan, kakinya seperti membuka stand) ke arah tepat di bawah perut, di antara kedua paha Rina. Dibalik bulu Rina yang halus dan hitam, kulihat dari jauh itulah yang dituju milik pacarnya yang perlahan seakan hilang dan bersembunyi di tubuh Rina. Kulihat mereka berdua tegang, lalu milik pacarnya hadir dan terlihat lagi, kemudian masuk dan terus menerus seperti itu. Dan perlahan-lahan bergerak cepat. Suara Rina yang mendesah halus seakan perlahan-lahan dibesarkan volumenya sampai besar.

Cukup lama aku mengintip mereka berdua dengan perasaan heran dan ingin tahu. Beberapa waktu kemudian, milik pacarnya ditarik keluar dari tubuhnya, dan kulihat dia menegang. Rina terbangun dari terbangnya, dan kulihat wajahnya menghampiri milik pacarnya. Sesaat entah apa yang keluar dari milik pacarnya dan terbang ke arah mulut Rina yang terbuka. Kulihat pacarnya merasakan kenikmatan, tampaknya Rina terlihat tidak puas dengan sesuatu yang terbang masuk ke mulutnya, lalu dia terlihat kembali menghisap milik pacarnya sampai air yang keluar itu habis tertelan mulutnya.

Bersambung . . . . .




Komentar

0 Komentar untuk "Perjalanan hidu sepasang teman - 1"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald