Begitu sampai di kamar, Yoan menutup korden jendelanya dan menyalakan lampu kecil di kamar itu. Suasana menjadi remang-remang dan bernuansa merah. Yoan lalu menyalakan lilin-lilin besar dalam gelas di dekat ranjang, yang dalam sekejap memancarkan cahaya kuning dan menebarkan aroma yang sensual.
"Yoan, apa kita mau langsung sekarang juga?" tanya Siska.
"Yup," jawab Yoan sambil langsung melumat bibir Siska dengan penuh nafsu.
Lidah Yoan yang mencari-cari akhirnya dibalas oleh lidah Siska yang tidak berpengalaman, yang kemudian ikut tenggelam dalam lautan birahi. Kemudian Yoan tiba-tiba melepaskan ciumannya dari bibir Siska yang meminta-minta, meninggalkan pandangan kebingungan di mata Siska. Yoan lalu berjalan menuju pintu kamar, lalu menutupnya, dan ia melakukan hal yang sama terhadap pintu kamar mandinya. Seketika suasana menjadi sangat merah dan dan hanya cahaya-cahaya lilin yang tersisa dan bohlam kecil warna merah. Daster tidur warna merah yang dipakai Yoan tampak serasi dengan suasana saat itu sehingga membuatnya tampak seksi dan membuat lekuk-lekuk tubuhnya tampak jelas di antara nyala lilin.
"Buka bajumu Siska," kata Yoan, "Semuanya, aku ingin melihat kamu telanjang di depanku."
"Aaa.."
"Jangan bicara Siska, kamu nggak ingin merusak suasana romantis ini kan?" lanjut Yoan, "Turuti saja omonganku dan semuanya pasti indah dan menyenangkan."
Siska kemudian mulai membuka sabuknya tanpa berkata apapun. Ia mengakui bahwa suasana ini sangat romantis dan menimbulkan kesan aneh tapi sensual, dan ia jelas tak ingin merusaknya. Ketika ia sudah tinggal bra dan celana dalam, ia mulai agak merasa risih. Ia belum pernah telanjang lebih dari ini dengan siapa pun juga, kecuali kemarin tentu saja, ketika ia dilanda nafsu birahi yang hebat.
"Terusin Siska, jangan mengecewakan aku."
Akhirnya Siska membuka bra-nya dan kemudian celana dalamnya, kemudian berdiri dengan risih di depan Yoan. Butir-butir keringat mulai membasahi keningya karena udara yang sangat panas di dalam kamar. Yoan mengamatinya dari kepala sampai kaki. Yoan tak dapat menahan rasa bahagianya, karena fantasinya akan menjadi kenyataan. Ia belum pernah benar-benar berkuasa atas seseorang sebelum ini, bahkan cewek-cewek di asrama pun membuka bajunya dengan sukarela, bukan dengan malu-malu seperti ini. Tubuh Siska sangat indah, dengan payudara besar yang turun di dadanya, tetapi tidak lembek, melainkan sangat montok dan berlemak, selain putih mulus. Pangkal pahanya dipenuhi bulu-bulu yang membentuk segitiga berwarna hitam dan agak lebat. Yoan tak kuasa untuk tidak menelan ludahnya. Lalu Yoan melepas dasternya dan berdiri telanjang bulat di hadapan Siska. Mereka berdua berdiri telanjang berhadap-hadapan dalam jarak dua meter, mata Yoan menatap tajam penuh nafsu ke mata Siska, sedangkan Siska menatap malu-malu ke mata Yoan, dan ke tubuh Yoan yang sempurna.
Yoan berjalan mendekati Siska, selangkah demi selangkah. Kemudian ia memeluknya, dan berbisik di telinganya, "Ini saatnya, Sis. Saatnya bagi kamu buat pasrah, serahin saja ke aku, demi kenikmatan kita berdua.." Lalu Yoan melumat bibir Siska dengan penuh nafsu yang langsung disambut oleh lidah Siska yang membara. Siska melakukannya dengan sangat baik, membuat Yoan semakin bersemangat untuk memilikinya. Mereka berpelukan, merasakan kedua payudara mereka bersentuhan, dengan puting-puting mereka saling bersentuhan dan kemudian semakin mengeras.
Siska menggesek-gesekkan dadanya ke dada Yoan semakin keras seakan ia tidak sabar untuk merasakan kenikmatan. Yoan menyadari ini, hingga ia kemudian mendorong Siska sampai jatuh ke ranjangnya yang besar dan empuk, yang menjadi basah oleh tubuh Siska yang berkeringat. Siska sudah tak sabar menginginkan kepuasan seperti kemarin. Ia lalu membuka kakinya lebar-lebar, menunjukkan selangkangannya yang lembab oleh cairan kewanitaannya. "Lakukan sekarang Yoan," kata Siska penuh harap. Tapi kemudian Yoan tidak langsung menuruti kata-kata Siska, melainkan ia menuju ke arah kepala ranjang. Di sana ia mengambil tali nilon, yang ternyata telah terikat ke kaki-kaki ranjangnya, dan mengikatnya ke pergelangan tangan Siska sebelah kanan. Siska hanya menatap dengan pandangan penuh tanya, tapi tak berkata apa-apa, takut merusak suasana. Yoan melakukannya juga dengan pergelangan tangan Siska yang sebelah kiri, juga terhadap kedua pergelangan kakinya. Kebingungan Siska langsung terlupakan ketika Yoan lalu merebahkan diri di atasnya, dan mulai menghisap-hisap puting susunya, pertama-tama ia menghisap dengan lembut, kemudian dihisapnya sekuat-kuatnya, kemudian lembut kembali, membuat Siska menjadi gila karena nikmatnya.
Setelah beberapa menit bermain dengan puting susu Siska, mulut Yoan mulai turun menjelajahi perutnya, lalu turun lagi ke pahanya, ke bagian dalam pahanya, dan kemudian berhenti. Siska seakan tersentak ketika Yoan tidak merangsangnya lagi, diangkatnya kepalanya ke atas untuk melihat apa yang sedang Yoan lakukan. Dan dilihatnya Yoan yang sedang memandangi sela-sela pahanya. Yoan sedang menikmati apa yang dilihatnya sekarang. Ia belum pernah melihat kemaluan yang begitu alami seperti ini, masih benar-benar perawan. Dengan bibir vagina yang tipis berwarna merah muda kecoklatan, tapi gemuk di bagian luarnya, dan gumpalan daging yang menyembul di bagian atas berwarna coklat muda. Bagian bibir dalamnya tertutup rapat, tidak memperlihatkan bekas-bekas pernah dipenetrasi oleh benda-benda asing. Dan semua itu dilapisi oleh rambut-rambut yang tipis pada bagian sekitar vagina sampai dekat anus, dan menebal pada bagian di atas klitoris. Semuanya tampak begitu basah dan mengkilap, serta menunggu untuk dinikmati olehnya, semua keindahan itu hanya untuknya.
Yoan tidak dapat menahan dirinya lebih lama lagi dan langsung melumat selangkangan Siska yang gemuk. Jari-jarinya bergerak terlatih memainkan klitorisnya, sementara lidahnya bergerak-gerak lincah di bawahnya, berusaha mencari lubang surgawinya. Gerakan Yoan yang begitu cepat dan intens membuat Siska tenggelam dalam kenikmatan yang begitu diimpikannya selama ini, membuatnya bergerak kesana kemari karena sensasi yang ditimbulkannya, tapi gerakannya terbatas oleh tali yang mengikat keempat anggota tubuhnya dengan kuat. Mulut Yoan semakin liar, lidahnya sudah menjulur masuk ke dalam lubang kemaluannya, berusaha menghisap apa saja yang ada di situ, sementara jari telunjuk dan jari jempolnya semakin kasar memainkan klitorisnya, sementara tangan kanannya sendiri sudah menjelajah ke dalam kemaluannya sendiri, yang sudah meminta-minta. Siska mengerang-erang semakin keras sementara jilatan-jilatan dan hisapan-hisapan Yoan serta gerakan jari tangannya semakin gila bekerja di pangkal paha Siska yang sudah lembab.
"Yoan.. terus Yoan.. terus.. sebentar lagi.. sedikit lagi Yoan.. ah.. ahh!" Siska mulai berteriak dengan penuh kenikmatan menuju orgasmenya yang hebat. "Ahh.. ahh.. sekarang Yoan.. sekarang waktunya.." dan akhirnya Siska tenggelam dalam kenikmatan orgasme yang sensasional ini, seluruh tubuhnya bergetar hebat, selangkangannya seakan mau meledak akibat sensasi yang ditimbulkannya, seakan-akan seluruh aliran darahnya terpusat hanya di otot-otot vaginanya saja, yang kemudian tertarik kesana kemari dalam kenikmatan. Tapi kenikmatan itu tidak berlangsung lama ketika mulut Yoan tetap dalam intensitas yang sama, mencari-cari tiap titik kenikmatan di lubang kemaluannya, dan jarinya yang terus-menerus menarik dan memainkan klitorisnya.
Ketika saraf-saraf kenikmatan di vaginanya mulai beristirahat dan menjadi sensitif, Yoan seakan tidak peduli dan terus menjelajahi selangkangan Siska dengan liar dan kejam. "Cukup Yoann.. aku sudah.. aku.. tolong.. Yoan cukup.. ini berlebihan," rengek Siska sambil berusaha menjauhkan kepala Yoan yang seakan menempel pada selangkangannya, tapi tentu saja usaha itu percuma karena kedua tangan dan kakinya yang terikat erat di kaki-kaki ranjang. "Cukup Yoan.. tolong.. aku menderita.. aku.." kata-kata Siska tak dilanjutkan lagi ketika ia hanya bisa terengah-engah kesakitan, ketika vaginanya yang belum terlatih terus-menerus dirangsang pada saat sedang sensitif.
Setelah mendengar rengekan-rengekan Siska, Yoan seakan semakin gila. Ia memperkuat hisapan-hisapan dan jilatan-jilatan pada area sensitif Siska, dan jari-jarinya pun juga semakin kasar. Hisapan-hisapan ini membawa Siska menuju orgasme berikutnya, yang dibarengi dengan rasa sakit tapi juga kenikmatan yang aneh. Tak lebih dari satu menit kemudian Siska sudah di ambang orgasmenya yang kedua, dibarengi dengan lidah dan jari Yoan yang semakin menggila, vagina Siska meledak dalam kenikmatan dan kesakitan dalam waktu bersamaan. Saraf-saraf vaginanya yang sudah lelah berkonstraksi lagi selama beberapa kali, membuat Siska terlonjak dari tempat tidurnya dalam kesakitan dan kenikmatan yang murni, dalam konteks yang tak pernah dibayangkannya sebelumnya.
"cukup Yoan.. cukup.. aku sudah puas.. aku sudah nggak kuat lagi.." kata Siska lirih. Tapi ini masih juga belum berakhir. Yoan yang sudah gila menjadi semakin binal mendengar suara Siska yang manja dan penuh belas kasihan. Ia ikut klimaks setiap kali Siska orgasme, dan ia masih belum puas, berarti ia harus meneruskannya. Yoan terus menghisap-hisap vagina Siska yang lembab dengan suara keras, dan lidahnya terus menjulur semakin dalam ke lubang kemaluannya. "Jangan Yoann.. aku nggak tahan.. tolong.. jangann.." teriak Siska. Siska menggeliat-geliat kesetanan dalam ikatannya ketika vaginanya yang sudah sangat sensitif dan belum terlatih itu dilumat kembali oleh Yoan.
Satu menit kemudian Siska kembali tenggelam dalam sensasi aneh antara kesakitan yang amat sangat dan kenikmatan yang terombang-ambing antara ada dan tidak. Saraf-saraf vaginanya kembali berkonstraksi dengan keras oleh rangsangan-rangsangan dari lidah dan jari Yoan untuk ketiga kalinya. Siska sudah hampir tidak sadar, ia hanya merasa panas dan merah di sekelilingnya, sementara vaginanya yang sudah sangat sensitif itu berkonstraksi lagi dan lagi, dan meledak dalam orgasmenya yang ketiga kali. Siska sudah tidak lagi meronta-ronta lagi, ia sudah hampir tidak bereaksi lagi. Hal in membuat Yoan tersadar bahwa mungkin ini terlalu inten untuk pengalaman pertama. Mungkin beberapa kali lagi baru Siska akan bertahan.
Akhirnya Yoan menghentikan semua bentuk rangsangannya ke selangkangan Siska. Siska langsung sadar kembali ke dunianya, samar-samar dirasakannya vaginanya yang super sensitif dan sangat basah dan lengket. Kemudian dilihatnya Yoan berbaring di sampingnya, sedang menggesek-gesekkan kedua tangannya di vaginanya sendiri, semakin lama semakin cepat, sampai akhirnya Yoan menggelepar dalam kenikmatannya sendiri.
Sekitar lima menit kemudian Yoan terbangun dan menoleh kepada Siska, dilihatnya wajah Siska yang sedang kelelahan, dengan rambut basah kuyub oleh keringat dan napas yang mulai beraturan. Ia bangkit dan diciumnya bibir Siska, dalam dan lama. Ketika ciuman itu berakhir, Siska membuka matanya dan dilihatnya senyuman bahagia Yoan di depannya. Siska tersenyum tipis dan lemas.
"Bagaimana Sayang? Nikmat kan tadi? Maaf kalau aku terlalu kasar." kata Yoan.
"Aku capek sekali, Yoan.." kata Siska pelan, "Dan kurasa aku tadi sudah diambang batas antara pingsan dan sadar."
"Ya, aku tahu, tapi akui saja tadi merupakan pengalaman klimaks terhebat yang pernah kamu alami bukan?" jawab Yoan, "Dan itu baru saja permulaan dari serangkaian pengalaman yang akan kita jalani, Sayang."
Tangan Yoan turun dan menyentuh selangkangannya, membuat Siska terlonjak saking kagetnya, "Ouch.. ati-ati Yoan," kata Siska.
"Sorry Sayang, cuman ingin merasakan lagi, aku belum puas nih," jawab Yoan sambil menarik tangannya yang basah oleh cairan kemaluan Siska dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Hmm.. tastes so good.." Yoan lalu melepaskan ikatan di tubuh Siska dan mereka mengobrol selama tiga puluh menit lebih dekat dan akrab daripada yang pernah mereka lakukan selama ini.
Tamat
Komentar
0 Komentar untuk "Yoan dan Siska - 2"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.