Perjalanan rafting kali ini betul betul melelahkan. 4 jam berada di atas perahu karet dan menelusuri sungai yang menggelegak sangat menyenangkan. Sandra dan saya memang berencana untuk bermalam di Pelabuhan Ratu setelah seharian bermain air. Seusai makan siang dan membersihkan diri di base terakhir, kami beranjak pergi. Sandra, teman saya dari Perancis, tak habis-habis memuji keindahan alam yang kami lewati. 15 menit saya tancap gas jeep kesayangan saya, akhirnya tiba jualah kami ke hotel tepi pantai yang telah kami book dari Jakarta.
Ternyata kamar yang kami pesan adalah family room, yang terdiri dari 2 queen bed size. Saya langsung terlelap ketika kepala saya menyentuh bantal yang empuk dilapisi dengan sarung bantal yang bersih dan harum, sementara Sandra masih duduk di teras, mengagumi keindahan pantai laut selatan yang berdebur tiada henti.
Jam 6 sore saya terbangun karena suara gemericik dari kamar mandi. Ah, ya! Makan malam! Saya harus mandi sekarang.
"Sandraa, kita makan nggak malam ini??" Dia menjawab dari dalam ,
"Iyaa, ini saya mandi, sebentar lagi saya siap!!". Dengan malas-malasan saya bangun. Tak lama Sandra keluar dari kamar mandi dengan sarung Bali kebanggannya terlilit di tubuhnya yang sintal.
"Hey cepat mandi, saya lapar!".
"Iyaa.. ini saya mau mandi!" seraya mengambil alat-alat mandi saya dan beringsut ke arah shower.
Setelah menikmati shower hangat sekitar 15 menit, saya kenakan kembali t-shirt saat saya keluar dari kamar mandi. Saya tercengang dengan pemandangan yang ada dihadapan saya sekarang. Sandra, bertelanjang bulat diatas queen size bednya, sedang menggosokkan minyak olive pada tubuhnya. Saat itu dia sedang mengoleskan pada bagian buah dadanya yang lebih besar dari milik saya.
Sesungguhnya ini bukan hal yang pertama kali terjadi karna kami sering melakukan perjalanan bersama, tetapi kali ini mata saya tak dapat berpaling karna posisinya begitu frontal dengan pintu kamar mandi. Tiba-tiba dada saya bergemuruh, tetapi saya diam saja, mengambil baju dalam dan jeans untuk dikenakan nanti. Dengan tenang dan agak gemetar, saya lepaskan t-shirt saya, memunggungi Sandra dan juga melumuri badan saya dengan body lotion.
"Kinan, kamu nggak pernah cukur ya?" tanyannya tiba-tiba.
Saya menoleh, "Cukur?, tentu aja! Ini liat!" kata saya sambil mengangkat tangan, memamerkan ketiak saya yang bebas bulu.
"Bukan, maksud saya pubic hair!", balasnya tertawa.
Saya tertegun "Oh, itu.. hm.. saya malas, habis gatal sih. Memang kamu cukur?" kata saya sambil kembali memunggunginya.
"Ya, tiap hari.. nggak plontos sih, biar rapi aja. Kalau begini nggak gatal. Kamu coba deh.. pasti pacar kamu senang".
"Malas ah, kalau tiap hari". Tiba-tiba Sandra berguling ke tempat tidur saya dan berlutut di hadapan saya sehingga mata kami sejajar
"Ini lihat! Apa menurut kamu nggak bagus?". Saya betul-betul kaget, tidak menyangka bahwa dia betul-betul minta perhatian. Pelan-pelan mata saya menelusuri tubuhnya dan terhenti di bagian pubic. Tak tercukur plontos memang, tetapi ada sisa segaris rambut yang menyebul di bawah perutnya.
"Ayo kenapa nggak coba? Anderan pasti tergila-gila", katanya merayu.
"Aduh, Sandra, saya ngeri main silet di daerah itu.. ntar kalau saya berdarah gimana??".
"Mau saya tunjukan caranya biar nggak luka? Ayo, sini!!" katanya bersemangat. Diletakkannya selembar handuk di tepi ranjang, dan dikeluarkannya alat- cukurnya yang masih baru dari beauty case birunya. Dibimbingnya saya duduk di bibir ranjang.
"Celanamu dibuka doong, bagaimana aku mulainya?" katanya membuyarkan saya yang lagi terbengong-bengong. Pelan-pelan saya buka g-string saya. Kami berdua betul-betul telanjang sekarang.
Saya masih juga terpana akan semangat Sandra untuk mencukur pubic saya.
"Nah, kamu sekarang tiduran, tapi kakinya tetap menggantung ya." Ada perasaan aneh yang menyelimuti dada saya, tetapi saya masih diam saja mengikuti perintahnya.
"Kakimu dibuka dong". Saya buka kaki saya sedikit. Dia jongkok didepan memek saya. Tanpa berkata-kata, dia buka kaki saya lebih lebar lagi. Saya yakin dia melihat seluruh vagina saya. Perasaan aneh menggelora di sekujur tubuh saya. Saya belum pernah mengalami hal semacam ini dengan wanita. Dengan Andrean, biasanya saya tidak merasa aneh ketika ia mulai menjilati memek saya. Saya merasa ada angin hangat pada selangkangan saya. "Apa? dia menghirup aroma vagina saya?" teriak saya dalam hati.
Persis seperti ketika Andrean mulai mengerjai memek saya dengan lidahnya. Tetapi Sandra tidak menjilati vagina saya, ia mengoleskan sabun cair yang telah bercampur dengan sedikit air pada alur pubic saya dengan jari-jarinya yang lembut. Vagina saya seketika berdenyut, darah saya mengalir dengan cepat. "Tidak, saya tidak sedang bercinta" jerit saya dalam hati sambil menutup mata, pasrah pada mata silet ditangan Sandra.
Jari-jari kiri Sandra memegangi pangkal paha, untuk menahan agar kaki saya tidak menutup tiba-tiba. Jari-jari itu ada disebelah dalam paha saya, bergerak hati-hati, bahkan seperti mengusap.
"Tahan ya, saya mulai nih" katanya dengan konsentrasi. Sreet.. sreett.. mata silet itu mulai mencukur pubic saya bagian luar. Tungkai kaki kiri saya dinaikkan ke ranjang dengan hati-hati. Lagi-lagi saya menarik napas panjang.. rasanya geli bercampur ngeri merasakan mata pisau silet itu menari-nari di daerah sensifif saya.
"Sandra, stop.. aduuh", jerit saya.
"ha? Kenapa?".. saya bangun dan meringis
"Geli, tau..", Sandra tertawa,
"Iya, tau. Tahan sedikit! Ayo, mulai lagi. Coba rileks, sweety..". Saya menjatuhkan lagi badan saya ke ranjang menarik napas dan menutup mata lagi. Kali ini saya berharap mudah-mudahan proses ini cepat berlalu, karna sejujurnya, sebetulnya saya HORNY!! Saya buka kaki saya lagi. Kali ini Sandra memegang selangkangan saya agar bisa melihat jelas alur pubic saya bagian dalam.
"Yang lebar dong.." rayunya. Saya lebarkan lagi kaki saya. Kali ini kedua tungkai kaki saya tertekuk di atas ranjang. Tak tahan, saya raih bantal untuk saya peluk dan berharap dapat meredam gelora tubuh saya. Sreet.. hati-hati Sandra mencukur pubic saya bagian dalam.
"Hati-hati.." kata saya lirih.
"Hmm.. " katanya dari balik bantal saya, sembari sesekali mencuci mata pisau dengan air hangat yang ia sediakan. Saya gigit bibir saya kuat-kuat. Vagina saya mulai berdenyut lagi.. rasanya hangat disitu. Saya yakin Sandra melihat selangkangan saya mulai basah, bukan karena air sabun, tetapi basah alami.
"Udah beluum?" Tanya saya ngeri..
"Sebentar lagi,.. sabar.." katanya. Mata silet itu terasa menari semakin dekat dengan mulut vagina saya. Perasaan saya bertambah campur aduk.
Menit-menit berlalu bagaikan bertahun-tahun. Akhirnya Sandra berucap "Hua.. selesai"..
saya legaa sekali, dan segera menutup kaki saya lagi
"Eit, tunggu, belum dibersihkan", katanya. Pelan-pelan, dengan handuk hangat dia menyeka paha bagian dalam saya, membersihkan dari sisa-sisa rambut yang dibabat-nya tadi. Mulai dari atas, kemudian selangkangan saya, kemudian pelan-pelan di bagian vagina saya.
"Ehm.. biar saya saja.. thank's" kata saya jengah. Dan saya melanjutkan pembersihan itu sendiri. Rasanya aneh sekarang, karena pubic saya jadi sedikit. Dingin! Sandra memandang hasil karyanya dengan bangga, " Gimana? Bagus kan?" katanya sambil menyambar cermin kecil dari dalam tasnya.
"Ini, coba kita lihat". Diberikannya cermin itu kepada saya. Otomatis, saya buka lagi kaki saya dan memperhatikan pussy saya yang sekarang plontos
"Wah..Thank's! jadi kelihatan ya!" kata saya. Sandra tersenyum, sambil tetap melihat hasil karyanya.
"Oh, Kinan, lihat, masih ada yang tertinggal!" katanya sambil menunjuk ke arah selangkangan saya.
"Oya?", Sandra lagi lagi berlutut di muka pussy saya. Kali ini dengan kedua ibu jarinya dia pegang selangkangan saya yang masih terbuka.
"Kinan.." katanya lirih.."Ini adalah pussy terindah yang pernah saya lihat", matanya tak lepas dari selangkangan saya, pelan-pelan dilelusnya pussy saya dengan kedua ibu jarinya. Dada saya terbakar.
"Sandra, saya bisa horny kalau kamu perlakukan saya begitu.." Sandra seakan tak perduli, dia tetap mengelus pussy saya perlahan-lahan
"Wangi sekali.." Saya tak tahan lagi.. saya tarik Sandra ke ranjang, saya sambar lehernya dan mulai menciuminya dari belakang.
Sandra tampak pasrah saja, apalagi ketika saya raih puting susunya yang berwarna merah muda dan mancung, minta dihisap. Saya ciumi lehernya dan mulai memainkan puting susunya. Saya cubit sedikit putingnya bersamaan dan Sandra mulai mengerang, kemudian saya mulai pelintir putingnya ke arah yang belawanan dengan lembut..lidah saya mulai turun ke pundaknya. Tangan Sandra mulai mecari letak vagina saya yang menempel pada pantatnya yang semok sementara saya terus meremas susunya yang empuk dan memlintir puting susunya dari belakang.Dengan satu gerakan, kami sekarang berhadap-hadapan.
Seperti tak mau kalah, Sandra langsung menyambar bibir saya, mencari lidah saya dan kami saling mengulum dengan liar. Saya hisap lidahnya dan Sandra menjilati bibir bawah saya dengan buas. Tiba-tiba ciumannya berpindah ke leher saya, dan cep! Ia langsing mengulum puting kanan saya, dan tangan satunya memuntir puting kiri saya. Dada saya berdenyut. Baru kali ini saya diciumi wanita, sensasinya aneh tetapi saya sudah tak mau kehilangan moment lagi. Walaupun masih dalam keadaan duduk, tubuh Sandra saya telikung dengan kaki. Saya usap rambutnya yang panjang dan coklat itu, sambil saya tarik kepala saya kebelakang.
"Ohh.. Sandra.. terus Sandra.. sshh.."..
sekarang, gantian puting kiri saya dikulumnya, lidahnya menari-nari dan sesekali dihisapnya dengan kuat. Tak tahan melihat susunya yang mencuat di bawah, perlahan saya remas dengan tangan kiri saya. Kemudian perlahan lidahnya turun ke arah perut, Lidahnya berputar, memainkan lubang pusar saya. Geli dan amat sensasional sekali rasanya.
Sebelum saya betul-betul menikmati tarian lidahnya di pusar saya itu, ia sudah berpindah lebih rendah lagi ke arah cukuran hasil karyanya kebanggannya. Dibukanya kaki saya dengan kedua tangannya, kali ini bukan ibu jarinya yang mengelus pussy saya tetapi lidahnya yang dengan gerakan berputar pelan-pelan menjelajahi pussy saya. Lembut sekali. Saya mendesah karena sensasi yang ditimbulkannya.
"Auhh.. oo.. yaa.."lidahnya naik turun pada permukaan vagina saya dan akhirnya clitoris saya dijilatnya berputar pelan-pelan. Saya rasakan nafasnya yang menderu dan hangat. Darah saya mendesir cepat. Saya amat menikmati sensasi ini dan Sandra tetap berimprovisasi dengan arah jilatannya yang berbeda-beda, membuat kepala saya hampir pecah. Kemudian dilepaskan bibirnya, digantikan dengan ibu jarinya dengan lincah menggosok dan memainkan clitoris saya dengan gerakan memutar.
Pelan-pelan, dimasukkannya jarinya kedalam vagina saya, kali ini ia mulai lagi menjilati clitoris saya lebih keras. "Aaagghh,.. iya, begitu honey.!!" saya gelagapan karena kenikmatan yang tiba-tiba menyergap tubuh saya ini. Saya remas sendiri susu saya dan tarik-tarik sendiri puting keduanya. Kali ini Sandra masukkan 2 jarinya dan digerakkan keluar-masuk dengan lembut, dan lidahnya tak henti menjilat dan mengulum clitoris saya.
Saya belum pernah merasakan kenikmatan secepat ini sebelumnya. Sandra menghisap-hisap klitoris saya dengan keras. Tiba-tiba saya ingin pipis yang tertahankan dan badan saya ingin meledak,
"Aohh, aahh,.. Sandra, saya coming Sandra.. saya coming!!" Sandra seakan tak perduli dengan rintihan saya, ia bahkan menaikkan tempo jarinya yang keluar masuk vagina saya dan jilatan-jilatannya yang makin keras pada kitoris saya.
"Aggh.. agh.. Aaahh.." saya menggelinjang begitu hebat, pantat saya naik- turun dengan gerakan tak beraturan, rasanya seperti pipis pertanda cairan vagina saya meyemprot keluar banyak sekali. Dan badan saya tetap menggelinjang lama sekali. Saya betul-betul orgasme hebat!! Sandra makin semangat menjilati vagina saya yang basah sampai licin tandas. Kemudian ciumannya melambat dan kemudian berhenti, Dipeluknya perut saya.
"Wah, Kinan, kamu liar sekali ya!" katanya nyengir. Saya hanya bisa tersenyum, kemudian menutup mata karena masih ingin menikmasti sisa sensasi yang barusan Sandra berikan pada tubuh saya.
Sandra meninggalkan saya masuk kamar mandi. Sekembalinya, ia robohkan badannya di sebelah saya. Saya raih dan peluk dia.
"Honey, kamu curang banget. Kamu nggak ngasih kesempatan buat saya cium kamu". Dia menarik badannya sambil terkikik
"Oh, ternyata kamu juga enjoy ya? Tentu, nanti kamu bisa cium saya juga, sweety". kali ini ia memeluk badan saya
"Kamu cantik, sweety, saya betul-betul suka sama kamu. Kamu begitu natural" katanya sambil mencium kening saya. Saya beringsut ke tubuhnya agar kita bisa berdekapan.
"Thank, s. kamu juga cantik, tau?". Kami bersitirahat sekitar 10 menit sambil saling mengelus dan berdekapan. Kami sengaja menyetel MTV dengan volume rendah. Suara deburan ombak tidak membuat kami ingin menikmati malam itu diluar seperti yang direncanakan. Bahkan lapar pun saya tidak ingat. Saya begitu larut dengan orgasme hebat yang barusan saya alami. Gantian saya yang beranjak ke kamar mandi karena tak tahan ingin pipis.
Seselesainya saya dari kamar mandi, dengan berlilitkan handuk, saya nyalakan beberapa lilin untuk diletakkan di teras dan di dalam kamar, agar tak terlalu menarik perhatian tamu-tamu lain. Kami tak begitu menyukai sinar bohlam atau neon, apalagi ketika berada dekat alam seperti ini. Di kamar, Sandra sedang mengutak-atik handy cam-nya, yang sesiang tadi jarang ia gunakan karena takut tercebur ke sungai. Ia tiba-tiba menatap saya,
"Kinan, saya ada ide! Kita rekam yuk, buat koleksi pribadi, pasti cool!!".
Tadinya saya tak setuju dengan ide gila itu. Tapi, ah, kapan lagi? Toh bulan depan ia akan kembali selamanya ke Paris. Mungkin ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Dipasangnya kamera itu di atas meja, menghadap ke salah satu queen size bed yang dipantulkan cermin rias, sehingga pada hasilnya nanti kami bisa melihat dari beberapa sisi. Saya akhirnya menurut saya dengan ide sinting itu, karna saya tahu Sandra bisa dipercaya untuk menjaga rahasia. Sandra mengeluarkan tas warna jingga dari traveling bag-nya. Wah apa lagi ini? Saya terhenyak karena ternyata tas itu berisi sex toys dengan berbagai macam bentuk. Sandra terkikik lagi .
"Hey jangan bengong, the show must go on!" Kemudian ia menyuruh saya duduk di ranjang menghadap meja rias. Tombol handy-cam telah ia tekan ke posisi 'on'.
Sekarang ia duduk di meja rias, menghadap saya sambil tersenyum-senyum.
"Watch this out, baby". Mengikuti irama musik dari MTV, Sandra menari-nari dihadapan saya, tangannya meliuk-liuk seperti penari ular, kemudian dia mulai memegang dan meraba-raba tubuhnya sendiri. kakinya dibuka sedikit. Wajahnya agak diangkat dan matanya menatap saya jahil, betul-betul menantang! Diremasnya payudaranya sendiri, kemudian ia tarik-tarik dan pelintir putingnya yang telah berwarna kemerahan dan mengeras itu dengan tatapan menggoda kepada saya.
Bersambung . . . .
Komentar
0 Komentar untuk "Hot weekend bersama Sandra - 1"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.