Aku segera memegang penis Mbah Karyo dan meremas-remasnya. Mbah Karyo hanya diam dan tersenyum. Aku benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Mbah Karyo saat ini. Tapi aku tidak peduli dengan apa yang dipikirkannya. Aku hanya peduli bahwa apa yang aku lakukan dapat membuat Mbah Karyo keenakan. Dan aku segera melakukan langkah selanjutnya. Meskipun sebenarnya masih sedikit jijik, aku segera mendekatkan mulutku ke kantung Mbah Karyo. Semakin dekat aku ke tempat tersebut, semakin kuat aroma yang tercium oleh hidungku. Tampak bau yang segar karena habis mandi, tapi juga bercampur dengan bau seks yang cukup kuat yang keluar dari bagian selangkangan Mbah Karyo. Kepalaku mulai sedikit berdenyut dengan bau yang aku terima tersebut. Dan libidoku semakin memuncak dengan aroma yang aku dapatkan dari selangkangan Mbah Karyo.
Segera aku membuka mulutku dan mulai menjilati kantung yang berada di depanku. Rasanya ternyata tidak seperti yang aku bayangkan. Aku berpikir bahwa akan terdapat banyak kotoran di tempat tersebut sehingga akan terasa sedikit asin dan kotor. Tapi aku hanya merasakan kesegaran dan memang sedikit asin. Tapi aku mulai menyukai rasa itu.
Setelah puas menjilati kantung itu, aku mulai mencoba menggigit bola yang cukup besar, dan mencoba mengulum bola tersebut ke dalam mulutku. Pertama kali aku merasa kesulitan untuk bisa benar-benar mengulum bola tersebut, tapi setelah aku mencoba sekali lagi, aku bisa memasukkannya ke dalam mulutku dan mulai menyedot dan terkadang mengunyah bola tersebut.
Tampak nafas Mbah Karyo mulai sedikit memburu, dan dia juga mulai mendesah dan mengerang. Mungkin Mbah Karyo suka dengan apa yang aku lakukan, mungkin ini adalah bagian dari Mbah Karyo yang membuat dia bisa menjadi lebih terangsang. Dan itu terbukti karena selain mendesah dan mengerang, tampak dari panisnya keluar precum yang cukup banyak. Aku baru menyadari kalau ternyata precum yang diproduksi oleh kantung Mbah Karyo juga cukup banyak juga. Kalau orang yang melihat, mungkin akan mengira kalau Mbah Karyo sedang kencing, tapi karena aku tahu apa yang kami lakukan, maka aku juga tahu cairan apa sebenarnya yang keluar dari penis Mbah Karyo tersebut.
Aku terus melakukan hal tersebut selama beberapa menit, dengan melakukan pergantian antara bola yang kiri dan kanan. Setelah aku cukup puas dengan apa yang kulakukan, aku mulai menjilati batang di atasku. Tanganku yang dari tadi hanya terdiam di lutut Mbah Karyo mulai bergerak mengelus-elus paha Mbah Karyo. Mbah Karyo mulai mendorongku melakukan apa yang sedang aku lakukan dengan mendesah dan mengerang lebih keras dan cepat.
Sambil terus menjilati penis Mbah Karyo, tanganku mulai bergerak lebih jauh. Sementara tangan kiriku bergerak ke arah penis Mbah Karyo, tangan kananku bergerak menuju perut Mbah Karyo. Aku mulai melakukan apa yang tadi dilakukan oleh Mbah Karyo, jari telunjuk tangan kananku melakukan gerakan melingkar di pusar Mbah Karyo dengan gerakan yang lembut, sementara jari-jari yang lain mencoba mengelus-elus bagian perut Mbah Karyo. Sedangkan tangan kiriku mulai mengelus-elus kantung Mbah Karyo kemudian ke atas ke arah penisnya.
Lidahku mulai menjilati bagian kepala dari penis Mbah Karyo. Tampak precum yang keluar dari penis Mbah Karyo semakin banyak. Lidahku dengan rakus menjilati setiap tetes precum yang keluar dari lubang kencing Mbah Karyo tersebut. Tak sedikitpun aku merasa risih dengan apa yang aku lakukan. Sebaliknya aku sangat menyukai dengan apa yang aku lakukan dan apa yang aku rasakan. Jelas sudah bahwa aku memang gay.
Tangan Mbah Karyo juga kini mulai agresif. Kedua tangannya kini berada di kepalaku setelah sebelumnya tangannya berada di belakang sambil menyangga tubuhnya yang sedikit miring ke belakang. Dengan duduk lebih tegak, Mbah Karyo kini mulai memegangi kepalaku, memberikan belaian pada rambutku sambil mulutnya terus mendesah dan mengerang kenikmatan. Sensasi yang ditimbulkan dari apa yang dilakukan Mbah Karyo dengan tangannya benar-benar membuatku menjadi semakin nyaman. Ada banyak rasa bercampur dalam diriku saat ini. Di satu sisi aku merasa sangat bergairah karena nafsu, di sisi lain aku merasa disayang seperti anak yang disayangi oleh ayahnya.
Tangan kananku mulai bergerak lebih ke atas saat ini. Dan tangan itu sampai juga ke tempat yang memang aku tuju. Setelah meraba-raba dadanya yang sudah sedikit keriput, aku mulai memainkan puting susunya dengan jari-jariku. Aku pilin dan aku tarik puting susu Mbah Karyo dengan lembut beberapa kali, dan setelah itu aku memilinnya dengan sedikit keras. Mbah Karyo menyetujui apa yang aku lakukan dengan mengerang lebih keras dan tangannya menjambak rambutku dengan cukup keras. Selain itu aku juga dihadiahi dengan semakin membanjirnya precum yang diproduksi oleh kantung Mbah Karyo.
Aku semakin bernafsu untuk terus memuaskan Mbah Karyo. Dan aku mulai membuka mulutku lebih lebar, dan aku mulai mengulum penis Mbah Karyo. Tanpa kesulitan yang berarti, aku bisa langsung memasukkan seluruh batang penis Mbah Karyo ke dalam mulutku. Bahkan aku tidak merasa tersedak sama sekali. Semuanya begitu sempurna, untuk pertama kali dalam hidupku aku mengulum penis laki-laki dan aku tidak mengalami kesulitan.
Aku biarkan penis Mbah Karyo berada dalam mulutku sambil aku menikmati sensansi yang diberikan oleh penis Mbah Karyo di dalam mulutku. Selain denyut otot yang terasa sangat jelas di lidahku, precum yang terus menerus mengalir, kekerasan penis Mbah Karyo yang luar biasa tapi juga kelembutan dan kehangatan penis tersebut di mulutku. Hal itu benar-benar membuatku tidak ingin melepas penis Mbah Karyo untuk selamanya. Ingin rasanya aku terus berada dalam keadaan seperti ini selama hidupku.
Mbah Karyo kembali mengerang ketika tangan kiriku mulai meninggalkan selangkangannya dan mulai memilin puting susu yang satunya lagi dengan keras, lebih keras dari apa yang telah tangan kananku lakukan. Dan seiring dengan erangan tersebut, precum yang dihasilkan oleh Mbah Karyo juga semakin berlimpah. Kemudian sambil menjambak rambutku, Mbah Karyo mulai memaju mundurkan kepalaku. Aku mencoba untuk tetap terus memberikan kepuasan kepada Mbah Karyo.
Sementara Mbah Karyo terus memaju mundurkan kepalaku, penis Mbah Karyo di dalam mulutku mulai aku permainkan dengan lidahku. Lidahku terus bergerak, memijit setiap senti dari batang Mbah Karyo yang maju mundur di dalam mulutku. Terkadang lidahku aku gerakkan melingkari kepala penisnya dan menjilat lubang kencingnya sambil kusedot batang penisnya dengan kencang.
Mbah Karyo semakin mengerang dan mendesah dengan keras dan cepat. Sementara itu tangan kananku mulai bergerak meninggalkan dadanya untuk sedikit mundur kebelakang. Aku ingin merasakan setiap bagian dari tubuh Mbah Karyo di saat aku memiliki kesempatan untuk itu. Aku raba punggungnya dan terus ke bawah ke bagian pinggannya. Sebenarnya aku ingin sekali meremas-remas pantatnya, tapi sayang, dalam keadaan Mbah Karyo duduk begini aku tidak bisa melakukan hal tersebut. Akhirnya tangan kananku kembali lagi ke dada Mbah Karyo, sedangkan tangan kiriku juga kembali ke bagian bawah.
Sambil terus menyedot penis Mbah Karyo, tangan kiriku mulai meraba-raba paha Mbah Karyo. Sementara tangan Mbah Karyo digerakkan semakin cepat dan tidak itu saja, kali ini pinggul Mbah Karyo juga turut serta menikmati kenikmatan yang aku berikan kepada Mbah Karyo. Dengan irama yang cepat tapi teratur, Mbah Karyo menggerak-gerakkan kepalaku maju dan mundur sambil pinggulnya menyamai gerakan yang dilakukan oleh kepalaku. Jika Mbah Karyo mendorongku semakin masuk, maka pinggulnya akan bergerak maju, dan jika Mbah Karyo menarik kepalaku menjauh, maka pinggulnya juga akan bergerak menjauh. Kami terus melakukan hal tersebut selama beberapa menit. Sementara tangan kananku masih tetap memilin puting Mbah Karyo, tangan kiriku sekarang berada di kantung Mbah Karyo yang besar.
Mbah Karyo masih terus melakukan gerakan-gerakan teratur antara ayunan tangannya di kepalaku dan pinggulnya. Dan saat itu tangan kiriku mulai memijit buah pelir Mbah Karyo dengan lembut. Sambil terus memijit, aku juga terkadang menggenggam dan menarik kantung tersebut dengan lembut. Kami terus melakukan hal tersebut selama beberapa menit ke depan. Aku sendiri sudah tidak tahu berapa lama kami melakukan kegiatan ini. Tapi aku menyadari bahwa hari semakin siang, dan aku tahu bahwa sebentar lagi tempat ini bakal ramai oleh orang-orang yang pulang dari sawah, maka aku memutuskan bahwa untuk saat ini aku pikir sudah waktunya menyudahi permainan ini.
Maka dengan tangan kananku memilin puting susu Mbah Karyo dengan keras, tangan kiriku juga memijit kedua buah pelir Mbah Karyo dengan keras sambil aku menarik kantung tersebut. Mbah Karyo mengerang dan mendesah sangat keras karena apa yang aku lakukan. Sementara itu mulutku mulai lebih agresif memperlakukan penis Mbah Karyo. Aku menyedot, menjilati dan terkadang menggigit penis Mbah Karyo yang sudah cukup lama berada di dalam mulutku.
Gila, untuk orang yang sudah cukup umur, Mbah Karyo cukup kuat juga menahan miliknya agar tetap tegak berdiri. Sampai detik ini penis Mbah Karyo tidak mengalami penurunan kualitas kekerasannya. Bahkan menurutku semakin lama Mbah Karyo melakukannya aku merasa bahwa penis Mbah Karyo justru semakin mengeras.
Dan setelah beberapa saat aku melakukan hal di atas, terasa olehku bahwa penis Mbah Karyo semakin mengeras, kepala penisnya sendiri semakin mengembang. Erangan dan desahan Mbah Karyo makin keras. Pegangan tangan Mbah Karyo di kepalaku semakin menguat, sehingga aku merasa sedikit kesakitan karena rambutku dijambaknya, meskipun aku sudah tidak mempedulikannya lagi. Gerakan pinggul Mbah Karyo juga semakin kencang. Aku rasakan kalau kantungnya mulai mengerut.
Dan dengan sentakan terakhir, Mbah Karyo mulai mengerang dengan sangat keras gerakan pinggulnya semakin kencang dan tiba-tiba aku merasakan cairan yang lebih kental dan lebih panas yang keluar dari penis Mbah Karyo. Banyak sekali sperma yang dikeluarkan oleh Mbah Karyo, sampai-sampai aku tidak sanggup menampung semuanya ke dalam mulutku. Beberapa bagian dari sperma tersebut langsung aku telan, sementara beberapa yang lainnya menetes dari mulutku.
Akhirnya selesai sudah petualangan pertamaku dengan seorang laki-laki, meskipun aku sendiri sebenarnya belum keluar. Penisku yang sejak tadi sudah tegang terasa sangat sakit terperangkap dalam celanaku. Sementara itu Mbah Karyo tampak tersenyum puas dengan apa yang telah aku lakukan.
"Terima kasih," kata Mbah Karyo sambil tersenyum.
Hanya itulah kata-kata yang diucapkan oleh Mbah Karyo. Tapi aku tidak peduli. Aku sudah cukup senang karena telah memberikan kepuasan kepada Mbah Karyo, dan aku sendiri juga puas dengan apa yang telah aku lakukan. Sebenarnya aku menunggu kata-kata selanjutnya yang akan diucapkan oleh Mbah Karyo, tapi terlihat Mbah Karyo tidak ingin mengatakan apa-apa lagi. Mbah Karyo hanya tersenyum sambil memandangiku dan mengusap-usap rambutku. Aku sendiri tidak tahu apa yang dipikirkannya, sementara dalam pikiranku ingin sekali aku mencium bibir Mbah Karyo yang sedang tersenyum itu. Ingin rasanya aku meminta Mbah Karyo untuk membantuku agar aku juga bisa keluar. Tapi semua tidak aku lakukan, aku hanya terdiam di tempatku, sebelum akhirnya aku sadar bahwa di sekitarku mulai terdengar beberapa orang yang sedang menuju kemari. Aku akhirnya kembali ke cucianku yang kutinggalkan untuk melayani Mbah Karyo, dan Mbah Karyo juga mulai menyelesaikan mandinya. Dan petualangan ini pun akhirnya benar-benar berakhir.
Tamat
Komentar
0 Komentar untuk "Di tempat pemandian umum - 3"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.