Sebagai gambaran, "piston" Edi termasuk Short Stroke type, dengan diameter piston cukup besar 50 mm, tetapi connecting-rod-shaftnya/batang penis pendek sekitar 100 mm, diameter conrod-nya sekitar 40 mm, sehingga kepala piston dengan batang ada selisih 10 mm dibagi 2 atas bawah, jadi parit di kepalanya ada jarak 5 mm (sebagai gambaran seperti dandang/untuk masak nasi jaman dulu), udah gitu item lagi dan habis dibotakin; jadi rambut kemaluannya tumbuh agak kasar (siapa bilang wanita tidak suka pada rambut yang kasar?, dengan kemaluan yang pendek mestinya dia akan berusaha memompa pistonnya dengan dorongan/putaran tinggi, karena sifat dari short-stroke adalah untuk putaran tinggi, kalau nggak.. tenaga/kenikmatan yang dihasilkan akan kurang efektif/nikmat.
Via mengangkangi pistonnya Edi sambil memegangnya dengan menghadap ke arah Edi dan mulai memasukkan ke cylinder-liner-nya, karena sudah ada pelumasan awal, jadi masuk juga, tetapi tetap aja kulihat Via menggigit bibir bawahnya, aku nggak tahu "enak atau sakit", atau keduanya. Saat Via mengangkat pantat terlihat labia minornya monyong ke bawah, saat pantatnya turun labia minornya "tenggelam" ikut tertusuk. Kuperhatikan wajah Edi biasa-biasa saja, pantes dia pesan enam, lha coba kalau satu orang bisa lecet-lecet tuh cylinder liner-nya.
Mira telah turun dari wajahnya Edi, tetapi yang lain tetap pada posisi kecuali Eva. Eva dan Mira saling merangsang sambil mengeluarkan desah-desah kecil di sisi samping tempat tidur dekat tembok, nggak berapa lama posisi Via -mungkin Edi kasihan juga melihat usaha Via yang mengangkat pantatnya makin lama semakin rendah, selain itu kemungkinan Via capek menahan nikmat yang diderita plus ngangkat pantat, habis kegedean piston sih- Via akhirnya digantikan Mira, tapi..
"Mas pakai karet yah" rayu Mira.
"Ya deh" jawab Edi, kemudian "dipakein" deh sama Mira, kali ini Mira memasukkan piston dengan membelakangi Edi, dan nggak lama terdengar suara lenguhan agak keras yang cukup membuat -kalau ada- tamu disekitar kamar akan mendengar, tapi masih terlalu pagi untuk ramai. Semakin lama pompaan semakin cepat yang terkadang naik-turunnya lambat tapi MMX-nya berputar ccw/searah jarum jam kadang uccw, saat akan memulai periode cepat waktu diangkat, "plup" kemaluannya Edi terlepas dari vagina Mira tetapi tanpa sarung?, nah lho? Nampaknya vagina Mira agak kering dan masih sempit (belum membara/kurang konsentrasi/dia mengeluarkan jurus vacuum-nya -yang tahu persisnya hanya si Edi) sehingga menahan laju karet, di sisi lain bagian dalam karet ada sedikit pelumas/pembunuh sperma yang cukup licin, sehingga karet menempel di dalam kemaluannya Mira, tetapi Edi masih terus mencoba memompa, yah tambah masuk deh tuh karet- Dia nggak tahu kalau karet sudah terlepas (padahal diameternya 50 mm itu gede lho, koq bisa lepas sarungnya).
"Udah Mas, karetnya terlepas," jawab Mira, sambil berdiri, dan memasukkan telunjuk serta jari tengahnya untuk menjepit karet yang tertinggal di dalam vaginanya, dan turun dari tempat tidur. Ellis mengambil inisiatif menggantikan posisi Mira, menciumi puting Edi, ke arah leher, sambil menggesekkan putingnya sendiri ke dadanya Edi, dengan kombinasi menggesekkan klitorisnya ke kemaluan Edi, diulang berkali-kali, dan tanpa terasa, pistonnya masuk sendiri (kemungkinan si Ellis udah konak dan basah), Ellis merubah posisi dengan menduduki kemaluan Edi, tidak bergerak naik turun seperti yang dilakukan Mira atau Via, tetapi menekan dan kadang maju-mundur kadang memutar ccw atau uccw (seperti orang sedang nguleg, tahu khan) klitorisnya ke arah bulu kemaluan di bagian atas kemaluan Edi yang baru tumbuh dengan arah tumbuhnya ke atas (sepertinya baru dicukur) persis ketemu klitorisnya yang memerah, atau seperti orang yang sedang menaiki kuda, dengan mengeluarkan lenguhan kecil sambil memutar sendiri puting susunya. Cukup lama juga.
Gila Edi belum juga keluar, nggak lama Ellis nyerah, bukannya nggak kuat tetapi lendirnya sudah cukup banyak tetapi tanpa busa/soalnya gesekannya nggak banyak mungkin seperti low-friction-oil, mengalir melalui otot-otot kemaluan Edi yang timbul hingga tertahan di rambut baru tumbuh di sekitar bijinya Edi, kemudian posisinya digantikan oleh Eva,
"Mas di atas yah," rayu Eva.
"Boleh, tapi kamu nungging," pinta Edi, Eva langsung nungging, sambil menjilat telunjuk dan jari tengahnya sendiri Eva melumasi vaginanya (khawatir seret, padahal dari tadi dia paling serius nonton orang lagi disetubuhi).
Tak lama masuk juga kemaluanya Edi, dengan gaya 66 (bukan semangat 66, Edi ikut nungging juga), setiap selesai mendorong pantatnya Eva, "biji" Edi yang "tergantung" memukul klitorisnya, begitu terus-terusan, mungkin Eva ngasih ludahnya kebanyakan, atau dipompanya cukup cepat, dan..
"Brot, brot, brot.." suara angin yang keluar dari vagina Eva, cukup keras dan berulang-ulang, para gadis cekikikan. Cukup lama juga Edi dengan Eva hingga dia nggak sanggup nungging lagi. Akhirnya gaya 11 alias telungkup berdua.
"Udah Mas aku nyerah, gantian yah!" rayu Eva, Edi berguling ke samping, Eva berusaha bangun dan duduk, saat mau turun dari tempat tidur dia mengangkang, kuperhatikan lendir busa di sekitar kemaluannya, persis seperti oli kecampur air radiator. Dan bentuk labia minornya nggak nutup alias ngablak seperti valve-seat/dudukan klep yang habis di skir, dan lorong vaginanya tampak gelap, gila nggak bisa nutup.
Kali ini giliran Ine yang langsung tidur mengangkang lebar hingga "bibirnya" otomatis merekah (Ine nggak ngasih ludah, dia cukup yakin kalau vaginanya sudah cukup basah), Edi langsung memasukkan, dan memompanya, setelah itu Edi meletakkan kaki Ine ke pundaknya dan melanjutkan pompanya, Indah yang belum dapat bagian, gatel juga nampaknya, menjilati biji Edi, yang sedang naik turun, dan.. "Plup.." kemaluannya Edi terlepas (maklum pendek sih/100 mm), segera di sambar sama Indah dan dihisap serta dijilatin lubang kemaluan Edi dan dimasukkan lagi ke vagina Ine, dilanjutkan lagi pompaannya. Cukup lama Edi menggunakan gaya ini, yang makin lama, kulihat Ine dari awal selalu memejamkan mata, mungkin efek bulu kemaluan yang baru tumbuh digosok ke arah klitoris Ine.
"Udah Mas capek," keluh Ine, Edi segera mencabut kemaluannya.
"Huah, haus, minum dulu ah, eh Mbak-Mbak minum airnya!" kata Edi.
"Indah, aku capek banget, aku di bawah aja yah?" pinta Edi, sambil tidur terlentang dengan mengganjalkan bantal di kepalanya.
"Iya deh," jawab Indah, yang segera naik ke tempat tidur dan mengangkang membelakangi Edi, dan terdengar suara, "plak-plak-plak" (benturan pantat Indah dan pangkal paha Edi), nampak Indah nafsu banget, cepet banget pompaannya seperti piston bmw-nya montoya, aku jadi pengen lihat seperti apa sih kalau lihat dari arah wajah Edi, soalnya aku sejak tadi lihat dari samping. Tampak saat Indah ke arah kaki Edi, lubang anusnya menciut (mungkin saat dia narik MMX-nya dia melakukan penghisapan, seperti orang menahan kencing; dengan rongga vaginanya sehingga piston Edi serasa diurut), tapi saat dia menjatuhkan/memundurkan pantatnya, lubang anusnya mekar mirip rubber Seal Oring (di sini dia berusaha membesarkan lubang vaginanya dengan mengedan, agar masuknya lancar), makin lama semakin banyak busa putih di sekitar labia minor, iseng kuolesi dan agak ditusuk lubang anusnya dengan busa putihnya dan terdengar erangan beratnya, ehm.
"Ndah, ganti posisi deh biar aku yang di atas, udah agak kuat lagi nih," kata Edi, tanpa melepas kemaluannya Edi membalik tubuh Indah, dan memompanya yang semakin lama semakin cepat, dan akhirnya..
"Huegh, hah hah.." ambruk di atas tubuhnya Indah (berisik juga nih si Edi kalau sedang orgasme), tanpa mencabut kemaluannya dari vagina. Tak berapa lama, piston Edi mengecil dan keluar dengan sendirinya, kalau mesin walau dingin piston nggak keluar, bahaya kalau dingin bisa keluar sendiri, diikuti lendir putih keluar dari vagina Indah.
Nampaknya selagi asyik aku nonton Edi, beberapa gadis sudah membersihkan diri alias mandi, sekarang Indah menyusul.
"Bud, lu nggak ngewe?" tanya Edi, nih orang mulutnya udah lebih kotor dari tempat sampah mungkin.
"Nggak ah, cukup ngelihat lu aja!" jawabku, "Tapi ngomong-ngomong koq lu bisa keluar sama Indah, yang lain apa nggak bisa bikin KO?" tanyaku.
"Wah, complicated Bud, gua lihat lubang pantatnya nafsuin banget, udah gitu dia pakai jurus jepit, dan yang terakhir obat kuat yang aku pakai udah overtime," jawabnya.
"Oh pantesan lu pakai doping" jawabku, Edi langsung ke kamar mandi, pakai pakaian lagi dan membayar 200$/orang, ke kasir ngasih 100$, kembaliannya diberikan ke resepsionis.
Saat di mobil,
"Ed, Lu suka yah dengan menggunakan banyak gadis," tanyaku.
"Bukan gitu, gua terlanjur makan obat yang sebetulnya efeknya gua harap nanti saat gua udah sampai di rumah, ternyata kepulangan gua dibatalkan, tetapi tuh obat udah keburu ketelan, setahuku tuh obat akan membuat tegang yang cukup lama, kalau gua pakai satu gadis, khan kasihan, dan kalau gua pakai satu gadis yang harganya mahal cenderung banyak keluhan capeknya, biasa lu khan tahu cewe kalau cakep khan banyak tingkahnya, mahal dan nggak mau capek.." katanya persis guru "ilmu bahanku".
"Nama lu Edi, seharusnya Ejakulasi Dini (kemungkinan besar sebenarnya dia ejakulasi dini kalau dia nggak pakai doping, dugaanku sih, dalam hati), lu sih kelamaan harusnya nama lu Lie Cheng Sui alias Peli Ngaceng Sui (sorry aku nggak mojokin yang namanya sama seperti itu), sampai ada yang lepas karetnya.." kataku, dianya tersenyum.
"Sorry Ed" aku nanya lagi, soalnya dia sudah mulai menguap, "Lha kalau lu minum untuk enam gadis, kalau sampai di rumah, apa sanggup istrimu?"
"Sorry, no comment, rahasia rumah tangga gua itu, tapi lu bisa ambil kesimpulan sendiri!" jawabnya.
Sambil nyetir, aku ngebayangin istrinya yang sedanglah menurutku, 35/60/165/34B, tapi agak cerewet sih, masak sih istrinya maniak. Ya sudahlah bodo amat, amat aja nggak mikirin aku.
TAMAT
Komentar
0 Komentar untuk "Gang bukake - 2"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.