Aan valentinku - 7

0 comments

Temukan kami di Facebook

Saat itu, kami merasa seolah-olah tubuh kami melebur menjadi satu. Penis kami yang tadinya sudah melemas, kini bangkit lagi. Aan hanya memandangku sambil tersenyum mesum. Saya tahu apa yang Aan mau, dia mau bersetubuh denganku.


"Mau yach?" bujuknya.


Tanpa dibujuk, saya juga sudah mau. Tetap memeluk tubuhku, Aan menggesek-gesekkan alat kelaminnya. Batang itu mengetuk-ngetuk lubang anusku. Sisa cairan sperma Aan menempel di belahan pantatku. Aan dan saya saling bertatapan muka, napasnya mengenai wajahku. Lalu, dengan sebuah ciuman mesra, Aan memulai penetrasi.


"Mmpphh.. Mmpphh.." erangku saat lubang anusku dibuka paksa oleh penisnya.


Walaupun selama lima tahun Aan setiap hari menyodomiku, lubang pantatku tetap rapat. Saya selalu membiasakan diri untuk melatih otot anusku, maka anusku selalu ketat. Aan tidak perlu memakai kondom lagi, karena kami berdua bersih. Maka, dengan lumuran spermanya, Aan memasuki tubuhku.


"Mmpphh.." erangku saat bibir anusku mulai membuka dan menelan batang kelaki-lakian Aan.


Oohh.. Batang itu merayap masuk. Dinding duburku yang gatal akan penis terasa nikmat sekali saat bergesekkan dengan batang Aan.


"Hhoohh.." desah Aan.


Dia pun turut merasakan kenikmatan yang teramat sangat saat menyodomiku. Senyum mesumnya masih terpampang di wajahnya yang tampan itu. Saya suka tiap kali Aan tersenyum, sebab wajahnya menjadi semakin ganteng. Bless.. Akhirnya penisnya sudah masuk seluruhnya. Kehangatannya menyebar ke seluruh tubuhku. Selama beberapa menit, kami hanya saling berpelukan saja. Denyutan-denyutan penis Aan membuat duburku gatal, ingin disodomi.


"Aahh.. Endy.. I love you.. Oohh.."


Tubuh Aan menggeliat-geliat, memposisikan penisnya. Setelah mendapat posisi yang nyaman, Aan mulai menggenjot.


"Aahh.. Oohh.. Aahh.." erangku, panjang.


Aan membuatku semakin gila dengan nafsu karena dia menyodomiku pelan sekali. Mula-mula, penisnya ditarik mundur sampai kepalanya hampir keluar. Lalu Aan pelan-pelan mendorong masuk penisnya itu sedalam-dalamnya. Kemudian, ritme ini diulang-ulang terus. Memang terasa nikmat, tapi saya menjadi semakin terangsang. Batang kelaki-lakianku menjulang tinggi, basah dengan precum dan sisa pejuh. Ada dorongan kuat untuk mengocok-ngocok penisku, tapi penisku terperangkap di bawah tubuh Aan.


Ritme penetrasi Aan secara tak langsung menyebabkan perutnya bergesek-gesekan dengan penisku. Sungguh nikmat rasanya. Dan saya sungguh menikmati setiap detik dari saat-saat intimku bersama Aan. Ingin rasanya waktu berhenti agar Aan dapat terus menyodomiku tanpa henti. Tanpa mengenal lelah, penis itu terus menerus dihujamkan ke dalam anusku. Bagaikan piston mesin, penis itu bergerak keluar masuk dengan irama yang konstan. Aan nampak sangat menikmati pantatku sebab dia tak henti-hentinya mendesah.


"Oohh.. Hhoohh.. Oohh.."


Lebih banyak precum dikeluarkan dari lubang penisnya, melumasi dinding lubang pelepasanku. Sesekali, kepala penisnya menghajar prostatku dan hal itu membuatku semakin terangsang.


"Hhoohh.. Fuck.. Aahh.."


Semakin lama, ritme penetrasinya mulai meningkat. Sodokannya pun menguat sehingga saya harus mengerang tiap kali penisnya disodokkan masuk.


"Aarggh!! Oohh!! Aarggh!! Aarrgghh!!" erangku, tubuhku terguncang-guncang.


Tiba-tiba Aan mengangkat tubuhku, penisnya masih tertancap di dalam anusku. Saya terkejut dan buru-buru berpegangan dengan erat. Untuk sementara, penetrasi terhenti namun penis kami berdua tetap menegang. Dengan susah payah, Aan menggendongku turun dari ranjang. Kelopak-kelopak mawar yang masih melekat di tubuh kami satu-persatu jatuh berguguran ke atas lantai berkarpet. Agak terhuyung-huyung, karena harus menahan berat badanku, Aan berjalan ke arah tembok. Bersandar pada tembok, Aan mendapat kekuatan ekstra untuk menyodomiku sambil menggendongku.


"Hhoohh.. Sayang.. Aahh.." desah Aan-ku, wajahnya agak sedikit letih.


Penetrasi pun dilanjutkan. Penis Aan kembali menghunjam masuk sedalam-dalamnya. Saya sampai berteriak karena penis Aan seolah-olah akan keluar dari dalam mulutku. Aan sengaja menggunakan berat badanku untuk membantu penetrasi. Harus kuakui, seks dengan gaya ini memberi kenikmatan lebih daripada seks gaya biasa.


"Aarrgghh.. Aarrgghh.." erangku, tetap berpegangan pada tubuh Aan.


Penisku yang tegang masih terperangkap di antara perutku dan perutnya, tergesek-gesek. Prostatku terstimulasi dengan hebat tiap kali penis Aan bergerak masuk. Aahh.. Jika berlangsung terus, saya pasti akan mencapai klimaks. Saya pasti akan ngecret!


"Hhoohh.. Aan.. Aahh.. Mau keluar.. Hhohh.." desahku, memeluk tubuhnya erat-erat.


"Aahh.. Aku juga.. Aahh.. Endy.. Mau kelluuaarr.. Aargghh.." desah Aan, matanya terpejam.


Otot-otot tubuhnya berkontraksi hebat untuk menopang berat tubuhku. Untuk sesaat, saya merasa seolah-olah sedang disodomi oleh seorang pria berotot. Dan hal itu malah membuatku makin terangsang. Akhirnya, saya pun berejakulasi dan berorgasme.


"Aarrgghh!! Oohh!! Aarrgghh!! Aan!! Oohh!! Aarggh!!"


Tubuhku mengejang-ngejang, hampir terlepas dari genggaman Aan. Namun Aan yang kuat memelukku makin erat untuk meredam goncangan orgasmeku.


Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Air maniku muncrat ke atas beberapa kali dalam jumlah banyak. Dada dan perut kami basah dan licin berlumuran sperma. Muncratan pejuhku bahkan terpercik ke wajah kami. Saat orgasme, otot anusku juga berkontraksi, memeras batang penis Aan tanpa ampun. Diperas-peras seperti itu, penis Aan tak kuasa menahan tumpahan spermanya. Maka, Aan pun berejakulasi.


"Oohh!! Aarrgghh!! Uugghh!! Aarrgghh!!"


Dengan erangan berat dan panjang, Aan menyemprotkan cairan kejantanannya ke dalam duburku. Air mani yang kental dan hangat itu tersembur masuk dalam sekali.


Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Sel-sel sperma Aan langsung berebutan untuk berenang mencari sel ovum untuk dibuahi. Aan sedang menghamiliku! Tapi karena saya laki-laki, sel-sel sperma itu diserap oleh tubuhku. Sebagian dari diri Aan kini berada di dalam tubuhku. Aan dan saya telah bersatu, dan tak ada yang dapat memisahkan kami, kecuali kematian. Penis Aan berdenyut-denyut dengan liar sampai tak ada lagi sperma yang keluar dari lubang kencingnya. Aan-ku langsung melemas. Punggungnya perlahan-lahan meluncur menuruni tembok.


Kelelahan, Aan terduduk di atas lantai berkarpet. Napasnya terengah-engah, keringat membasahi wajah dan dadanya. Penisnya yang masih menancap di dalam anusku melemas dan mengecil. Sebagian sperma Aan mengalir keluar dari anusku, melumuri pahanya. Gurat-gurat lelah memang masih nampak pada wajah Aan, tapi senyum kepuasan juga mengembang. Dengan romantis, Aan menciumi bibirku. Kucium balik, menyambut lidahnya dengan lidahku. Kami berdua saling berpelukan dan berciuman, tak terpisahkan.


"Terima kasih, Aan, sayang. Aku sayang banget ama kamu," bisikku.


"Aku juga, honey. Aku senang bahwa kamu suka ama kejutanku," balas Aan.


Penisnya yang sudah sepenuhnya lemas pelan-pelan meluncur keluar dari lubang anusku yang berlumuran sperma. Kami berdua kemudian bangkit dan pindah ke ranjang. Akibat permainan seks tadi yang sangat panas dan melelahkan, kami berdua langsung tertidur nyenyak di ranjang mawar. Aroma mawar masih memenuhi hidungku. Kepalaku bersandar di atas dada Aan yang bidang sementara badanku dipeluk olehnya.


Sesaat sebelum saya tertidur pulas, kudengar Aan berbisik, "Aku mencintaimu, Endy.. Selamanya.."


Sayangnya, mungkin khayalanku tentang hidup bahagia bersama Aan hanya dapat terjadi dalam angan-anganku saja. Aan tidak percaya bahwa pasangan homoseksual dapat hidup bahagia di Indonesia karena masih ditentang nilai agama dan moral. Meskipun demikian, dia pernah mengatakan bahwa jika ingin hidup bersama, kami harus pindah jauh ke tempat di mana tak ada seorang pun yang mengenal kami. Namun saya tak berani berharap banyak. Cinta Aan padaku mungkin hanyalah cinta semusim, yang akan mati begitu tiba saatnya.


Tapi cintaku padanya adalah cinta sejati dan takkan pernah mati. Selamanya saya akan tetap mencintainya, tak peduli apakah dia menjadi milikku atau tidak. Saya tahu Aan akan selamanya sayang padaku, namun saya takut bahwa rasa sayangnya itu akan hanya sampai sebatas teman saja, sedangkan saya ingin agar Aan sudi menjadi pendamping hidupku. Saya tak meminta banyak; hanya minta dicintai. Mengapa, dalam hidupku, saya tak pernah merasakan kebahagiaan sejati dari sebuah cinta? Mengapa semua pria yang pernah kucintai tak ada yang sudi hidup bersamaku dan mencintaiku selamanya? Mengapa saya selalu saja disakiti oleh cinta?


Mataku diburamkan oleh air mata. Segera kuseka. Sulit rasanya untuk menahan isak tangis ini. Namun dengan sisa tenagaku, saya tetap melanjutkan membaca emailku. Saya ingin memastikan bahwa saya tidak mengetikkan hal-hal yang salah.


Saya sedih sekali memikirkan kepergianmu ke Arab karena saya akan sangat kesepian dan kehilangan dirimu. Takkan ada lagi senyumanmu yang menawan. Takkan ada lagi kehangatan pelukanmu. Takkan ada lagi yang memanggilku sayang. Ingin rasanya kuminta agar kamu tak pergi. Ingin rasanya saya berkata, "Aan, jangan pergi. Tetaplah di sini. Saya amat membutuhkan cinta dan kasih sayangmu. Saya mencintaimu. Kumohon, cintailah aku.."


Saya sungguh takut bahwa setelah dua tahun, kamu akan berhenti mencintaiku sebagai seorang kekasih. Sekarang saja, kamu sudah mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa kamu ingin menjalani kehidupan heteroseksual:(Apa yang akan terjadi denganku tanpa cintamu, tanpa perhatianmu, dan tanpa perlindunganmu? Siapa yang akan mencintaimu? Tak ada pria lain sebaik kamu, Aan. Semalaman saya menangisimu, berharap kamu akan berubah pikiran. Jika kau memintaku untuk menunggu kepulanganmu agar nanti kita bisa menjadi pasangan, saya akan menunggu dengan setia!


Dan jika suatu hari kamu melamarku dan memintaku untuk menjadi kekasihmu, saya pasti akan langsung menjawab ya. Dan saya akan menangis bahagia dalam pelukanmu. Saya akan menjadi pria gay yang paling bahagia di dunia. Saya tak ingin apa-apa darimu; hanya ingin cintamu saja. Memang terdengar gombal dan basi, tapi itulah yang sebenarnya. Dari semua pria yang pernah kukenal, kamulah yang paling tulus menyayangiku. Jika saja kamu tahu isi hatiku dan besarnya cintaku padamu, mungkinkah kamu akan menerimaku sebagai pendamping hidupmu?


Kamu pernah bilang bahwa kamu ingin hidup 'normal', punya seorang istri dan anak-anak. Saya tak punya hak untuk mengikatmu bersamaku karena saya bukan apa-apa-mu. Cinta sejati takkan menyakiti hati orang yang kita kasihi dan saya tak ingin menyakiti hatimu. Hatiku akan sangat hancur membayangkanmu hidup dengan orang lain, apalagi dengan seorang wanita. Tapi saya harus rela melepasmu, jika itu memang keputusanmu, membiarkanmu menjalani hidupmu dengan orang lain. Asalkan kamu bahagia, saya juga bahagia. Satu yang kuminta, jangan pernah lupakan aku. Ingatlah selalu bahwa, dalam hidupmu, ada seorang pria yang sangat mencintaimu, yaitu aku. Saya akan selalu berada di sini untukmu. Kamu akan selalu menjadi Aan-ku yang tersayang..


Peluk hangat dan ciuman mesra,


Kekasihmu,


Endy


Air mataku kembali mengalir saat selesai membaca emailku. Saya tahu bahwa isi emailku takkan dapat mencegah kepergiannya, tapi setidaknya Aan akan tahu isi hatiku yang paling dalam. Tanpa berpikir panjang, kutekan tombol 'send'. Dalam beberapa detik, emailku telah disampaikan. Monitorku masih menyala saat program Winamp-ku secara otomatis memainkan file MP3 lagu Jim Brickman yang lain, yaitu 'The Gift' (Pemberian) yang sangat romantis. Tangisan bisuku pecah menjadi isakan, mendengar lirik lagu itu.


.. All I want is to hold you forever (Yang kuinginkan adalah memelukmu selamanya)


All I need is you more every day (Yang kubutuhkan adalah kamu, lagi dan lagi, tiap hari)


You saved my heart from being broken apart (Kau menyelamatkan hatiku yang hampir pecah berkeping-keping)


You gave your love away (Kau memberikan cintamu)


I can't find the words to say (Saya tak dapat menemukan kata-kata untuk mengatakan)


That I'm thankful everyday (Bahwa saya sangat bersyukur setiap hari)


For the gift.. (Atas pemberian ini)


Aan memang pemberian yang amat berharga dari Tuhan. Saya selalu bersyukur telah diberi kesempatan untuk mengenal Aan. Dan mungkin sudah tiba saatnya bagiku untuk mengembalikan pemberian ini. Andai saja saya dapat tetap menyimpan pemberian ini selamanya. Andai saja Aan sudi hidup bersamaku.. Tak peduli apa yang akan terjadi di masa depan, Aan akan selalu berada di hatiku. Saya akan selalu mengenang semua saat-saat indah bersamanya dan mencintainya, sampai ajal menjemputku kelak. Aan, Valentineku, di mana pun kau berada, saya akan selalu mencintaimu. Selalu..


TAMAT






Komentar

0 Komentar untuk "Aan valentinku - 7"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald