Masih kudengar sayup sayup mereka bercakap cakap dan tertawa di kamar tapi tak lama kemudian suara itu sudah tak terdengar lagi, aku tak bisa menebak apa yang mereka bicarakan di dalam, kubaca majalah wanita yang ada dimeja meskipun tidak bisa sepenuhnya konsentrasi, pikiranku melayang mulai pertemuan dengan Dewi, si Fredy dan apa yang telah kami lakukan pada Dewi, hingga belum tuntasnya aku menyelesaikan hasratku hari ini.
Sayup sayup kudengar kembali suara dari kamar, bukan percakapan atau tawa canda tapi suatu suara yang sudah aku kenal sebelumnya, yaitu desahan kenikmatan dari Dewi, terdengar pelan tapi sudah cukup bagiku untuk menebak apa yang mereka lakukan di dalam. Desahan itu bergantian antara Dewi dan Pak Sys, tapi lebih di dominasi suara desah nikmat dari Dewi.
Kucoba mengabaikan suara desah itu dengan membuka halaman demi halaman majalah ditanganku, tapi desahan Dewi makin lama makin keras dan liar menggairahkan, mengganggu konsentrasiku, desahan itu mau tidak mau membuat kejantananku mulai ikut menegang, entah apa yang dilakukan Pak Sys pada Dewi tapi yang aku tahu pasti Dewi sedang mengarungi lautan kenikmatan bersama boss-ku itu.
Limabelas menit berlalu, desahan Dewi berubah menjadi jeritan liar, aku tak tahan, ingin rasanya kumasiki kamar itu, tapi rasa segan pada Pak Sys masih menahanku di ruang tamu, membayangkan apa yang mungkin sedang mereka lakukan, tak kusadari tanganku sudah meremas kejantananku, berkali kali kulirik pintu kamar tidur yang terbuka sambil berharap mereka segera keluar menyelesaikan permainannya, ingin rasanya menengok apa yang Pak Sys perbuat pada Dewi meski mataku tetap tertuju pada majalah yang halamannya hanya kubalik balik tanpa membacanya.
Rasa cemburuku kutahan dan makin membesar, apalagi membayangkan Pak Sys sedang menggumuli dan menikmati kehangatan tubuh sexy Dewi, entah apa yang dilakukan Pak Sys pada Dewi membuat dia menjerit begitu liar.
"AAauugghh..yess..yess..yaa..aa"
Kudengar jeritan keras dari Dewi, pertanda orgasme, kunyalakan sebatang rokok menepis kegelisahanku. Sudah beberapa batang rokok kunyalakan dan kumatikan meski masih belum setengah kuhisap, aku kegerahan dan makin kepanasan mendengar jeritan nikmat yang semalam kunikmati itu, Pak Sys, boss-ku, yang belum satu jam yang lalu kuperkenalkan, kini sedang menikmatinya. Sesaat tak kudengar lagi desahan Dewi, tapi tak lama kemudian desahan Dewi kembali memecahkan keheningan itu.
Akhirnya aku tak tahan lagi, perlahan kudekati pintu kamar tidur, tepat seperti apa yang kubayangkan, kulihat di ranjang yang telah kupakai tadi malam, tubuh telanjang mereka saling berpelukan, Dewi pada posisi di atas dalam pelukan Pak Sys, pantatnya bergoyang goyang sementara Pak Sys mengocoknya dari bawah sambil meremas pantat Dewi.
Aku tak berani bergerak apalagi bersuara, hanya gerakan tanganku yang meremas kejantananku sendiri sambil melihat mereka bercinta dengan penuh gairah. Pak Sys mendorong tubuh Dewi, kini dia duduk di atas tubuh Pak Sys, tubuhnya turun naik dan pantatnya berputar putar, berhula hop, persis seperti apa yang dia lakukan padaku tadi sebelum kedatangan Pak Sys, buah dada Dewi mendapat remasan dan kuluman darinya. Dewi menggeliat dan menjerit penuh kenikmatan, pinggulnya memutar makin liar, seliar kuluman Pak Sys di putingnya.
Mereka terlalu asik untuk memperhatikan kehadiranku, kini mereka bercinta dengan posisi doggie, Pak Sys mengocok Dewi dengan kerasnya, bisa kulihat dari buah dadanya yang mengayun keras, dijambaknya rambut Dewi hingga dia terdongak, sodokannya makin keras menghunjam vagina Dewi membuatnya menjerit. Dewi melawan gerakan sodokan Pak Sys, dia mendorong mundur pantatnya setiap kali Pak Sys menyodok maju, penisnya makin dalam melesak dalam vaginanya membuat Dewi makin menggeliat dalam desahan nikmat.
Hampir setengah jam mereka bercinta sejak kudengar desahan pertama, sementara diluar sudah mulai gelap, angin malam mulai menerobos ke kamar melalui balkon yang tidak tertutup, mereka masih bercinta dengan doggie style, saling kocok dan saling sodok, Pak Sys mendorong tubuh Dewi hingga tengkurap, dia mengikutinya tanpa melepas penis dari vagina. Kini Dewi tengkurap sedang mendapat kocokan liar dari atas, hanya pinggulnya yang agak naik keatas memberi ruang gerak penis Pak Sys yang meluncur keluar masuk.
Dewi tiba menjerit pertanda orgasme, entah sudah berapa kali dia mendapatkan orgasme dari Pak Sys, Dewi menggeleng gelengkan kepalanya saat menjerit orgasme, ternyata Pak Sys justru makin mempercepat sodokannya, lebih keras lagi.
"aagghh.. Paak.. aaghh" jeritnya disela orgasmenya.
Terus terang aku salut dengan stamina Dewi, entah sudah berapa kali dia orgasme hari ini, baik dariku, Fredy maupun Pak Sys, sungguh wanita yang mempunyai hasrat dan stamina sex yang tinggi. Saat itulah dia menoleh ke arahku, tapi sepertinya dia tidak melihatku, kembali mendesah menerima kocokan Pak Sys. Aku ingin mendekati dan gabung dengan mereka, desahan Dewi terlalu menggairahkan kalau hanya untuk didengar dan dilihat, tapi keseganan pada Pak Sys menahan langkahku, aku tetap berdiri di depan pintu melihat boss-ku sedang bercinta dengan tetanggaku yang cantik, yang semalam tidur denganku.
Terlalu asik aku memperhatikan wajah cantik Dewi yang sedang mendesah hingga dikagetkan suara Pak Sys.
"Hendra, ngapain berdiri bengong di situ, masuk aja, kita kerjain dia rame rame" suara Pak Sys membuyarkan lamunanku pada Dewi, juga berarti undangan untuk ikut pesta. Dewi menolah ke arahku dengan senyum menggoda dan memberi isyarat ke arahku untuk mendekat dengan jari tengahnya.
"uff..kasih aku istirahat sebentar" pintanya menoleh ke arah Pak Sys, tapi tak dihiraukannya, tetap saja mengocok vaginanya.
"Pleessee..aagh..agh..pleesse" desah dan permintaannya nggak jelas bercampur menjadi satu.
Aku sudah berdiri di samping ranjang, menunggu giliran atau kesempatan yang aku sendiri tak tahu kapan diberikan oleh mereka.
"kok nggak dilepas mas" kata Dewi disela desahannya. Meski ini bukan pertama kali aku bercinta bertiga, tapi dengan Pak Sys, boss-ku, membuatku seperti anak kemarin sore, terlalu canggung, serba salah. Cepat cepat dengan gugup kulepas semua pakaianku, ragu ragu aku duduk di tepi ranjang.
"oke kita istirahat sebentar" kata Pak Sys seraya mencabut penisnya dari vagina Dewi, aku kaget melihatnya, ternyata begitu besar, bahkan lebih besar dari punyaku meskipun tidak sepanjang penisku, pantesan Dewi dibuat kelojotan berkali kali.
Dewi langsung telentang dengan napas yang turun naik, matanya terpejam, sementara Pak Sys turun dari ranjang menuju lemari es dan mengambil 3 botol minuman berenergi, mengangsurkan pada kami masing masing satu.
"Gila enak banget, KO aku" komentar Dewi setelah menghabiskan minuman itu, terang aja dia KO, sementara kejantanan Pak Sys masih saja tegang, pertanda dia belum orgasme, entah mungkin dia minum viagra.
"tapi asik kan" celetuk Pak Sys sambil rebahan disampingnya setelah menutup pintu balkon dan menyalakan lampu kamar, suasana jadi terang, lebih jelas aku bisa melihat penis Pak Sys yang mulai lemas tapi tetap terlihat kokoh, aku mengikuti telentang di sisi lainnya, kini tubuh telanjang Dewi diapit tubuh kami.
Ingin segera kutindih tubuh telanjang Dewi, tapi rasa segan masih menahanku kuat, setelah hampir sepuluh menit beristirahat, tangan Dewi mulai mengocok penis kami, kiri kanan, pertanda dia sudah siap untuk memulai lagi.
Dewi memintaku untuk mulai duluan, tanpa segan lagi kutindih tubuh Dewi, dia memegang penisku dan mengatur di vaginanya, kakinya dibuka lebar, dengan mudahnya penisku langsung melesak ke vagina Dewi yang memang sudah basah, disambut dengan jeritan ketika semua penisku tertanam di vaginanya, kurasakan mungkin menyentuh rahimnya.
Ketika aku mulai mengocok, terdengar bunyi kecipuk dari vaginanya, dia memandangku sambil tersenyum penuh arti, tangannya tetap tak melepaskan pegangannya pada penis Pak Sys. Bibir Dewi merekah mendesah, terlihat begitu menggairahkan, buah dadanya berguncang guncang seirama dengan kocokanku, Pak Sys segera mengulum buah dada montok itu, mendapat perlakuan dari dua laki laki tubuh Dewi menggeliat dan mendesah nikmat membuat kami makin bergairah. Melihat Pak Sys mengulum puting dan bibir Dewi, nafsuku semakin naik, semakin keras kusodokkan penisku di vaginanya, ada sensasi tersendiri menyelimutiku, apalagi ketika Pak Sys menyodorkan penisnya dimulutnya dan segera disambut dengan jilatan serta kuluman.
Dengan posisi telentang Dewi mendapat dua kocokan penis secara bersamaan dari atas dan bawah. Desah kenikmatan Dewi tertahan penis Pak Sys, mulutnya kelihatan penuh tertutup penis. Kunaikkan kakinya di pundakku hingga pantatnya lebih terangkat, dengan posisiku agak jongkok maka penisku dapat lebih dalam mengisi celah sempit vagina Dewi, hampir dia tersedak ketika kuhentak keras vaginanya. Kulampiaskan kecemburanku yang terpendam sedari tadi, kusodokkan penisku sekeras dan sedalam aku bisa, berulang kali Dewi harus mengeluarkan penis Pak Sys dari mulutnya.
Secara bergantian tanganku, tangan Pak Sys bahkan tangan Dewi sendiri meremas remas buah dada yang berguncang keras, seolah berebutan meremasnya.
Sesekali kuhentikan gerakanku untuk memberi Dewi kesempatan menikmati kocokan Pak Sys di mulutnya, dengan konsentrasi total ke penis Pak Sys dia bisa memberikan "pelayanan total", tak lama kemudian Pak Sys teriak pertandan orgasme, Dewi malah mempercepat kocokan mulutnya, kulihat cairan sperma menetes keluar dari celah mulutnya, Dewi tetap tidak mengeluarkan penis itu seakan dia menyedot habis sperma Pak Sys, dan menelannya.
Melihat begitu gairah Dewi melahap sperma Pak Sys, aku tak mau ketinggalan, kusodok dengan keras hingga penis itu terlepas dari mulutnya, diraihnya kembali penis itu dengan tangannya dan mengusap usapkan ke wajah cantiknya.
Aku makin bergairah melihat kebinalan Dewi, kubalikkan tubuhnya, dengan posisi doggie kembali kukocokkan penisku keluar masuk. Pak Sys turun dari ranjang, duduk di sofa melihat kami bercinta, kini tinggal aku sendirian menikmati gairah banal Dewi yang tiada habis habisnya. Dengan bebas aku bisa berimprovisasi gerakan mengocokkan penisku ke vagina Dewi, dan Dewi pun sepertinya terbawa gerakan improvisasiku, ternyata aku tak bisa bertahan lebih lama menghadapi gairah binal Dewi yang makin lama makin menggairahkan, tak lebih sepuluh menit dari orgasmenya Pak Sys tadi, aku segera menyusul, menyemprotkan spermaku di vagina Dewi, orgasme yang tertunda sejak tadi siang.
Dewi tak menghentikan gerakannya ketika penisku berdenyut keras, hanya desah dan jerit kenikmatan darinya yang membuatku ingin terus menanamkan penisku di vaginanya, pinggulnya bergoyang dengan gerakan meremas remas. Beberapa detik setelah semprotan spermaku, kurasakan denyutan dari otot vagina Dewi diiringi jeritan nikmat orgasme, kupeluk dia dari belakang sambil kunikmati pijatan nikmat dari vaginanya, akhirnya kami berdua roboh telungkup seiring habisnya denyutan nikmat. Aku masih telungkup di atas tubuh telanjang Dewi yang masih tengkurap, napas kami berpacu kencang, hingga akhirnya turun dari tubuhnya dan telentang disampingnya, kucium bibir Dewi, masih tercium aroma sperma dari mulutnya.
Malam itu kami habiskan bersama dengan kenangan yang indah, baik bergantian maupun bersama sama kami menikmati tubuh sexy Dewi, baik diminta maupun atas inisiatif masing masing dan hebatnya dia bisa mengimbangi permainan kami.
Esoknya kami sama sama bangun kesiangan, maklum baru tidur ketika matahari hampir muncul dari peraduannya.
Pukul satu siang kami sama sama check out setelah masing masing malakukan quickie sex dengan berpakaian, sesaat sebelum meninggalkan kamar nan indah itu.
Tamat
Komentar
0 Komentar untuk "Sang Dewi - 6"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.