Oh... Setiap gerakan jemari Pak Sitor menimbulkan getaran hebat kesekujur tubuhku. Permukaan tangannya yang kasar menimbulkan sensasi dan halunisasi yang belum pernah kurasakan selama ini.
"Upik.... Biar kuhisap puting susu kau ya"
Aku hanya diam. Dua kutub fikiran yang bertentangan berkecamuk didalam otakku, sebelah ingin menolak perlakukan Pak Sitor tapi sebelah lagi mendorong aku untuk menikmatinya.
"Jangan... Pak"
Aku berkata jangan... Tetapi tangan kiriku justru bergerak sendiri memegang payudaraku dan menuntunnya ke bibir Pak Sitor. Pak sitor menghisap putingku dengan gemasnya, aku betul betul sudah tak punya perlawanan lagi. Pasrah dan berharap Pak Sitor segera melumat seluruh permukaan tubuhku.
Vaginaku berdenyut kencang sekali, bibir bibirnya saling merapat dan merenggang seirama hisapan Pak Sitor di payudaraku. Aku dapat merasakan sesuatu sedang bergerak jauh dari dalam rahim ku. Rasa itu makin lama makin dekat menuju clitorisku dan rasa itu mendorong cairan hangat mengaliri permukaan dan dinding dinding vaginaku.
"Upik.... Tak enak kita dilantai ini"
Pak Sitor memangku tubuhku menuju kamar dan menidurkan akau ditempat tidur kayu satu satunya dirumahku. Satu demi satu pakaian dalamku dilorot Pak Sitor dari tempatnya, aku telentang pasrah tanpa sehelai benangpun, kulitku yang halus dan putih mebuat mata Pak Sitor tambah beringas. Bibirku sedikit terbuka terdorong rasa haus sex yang terbangun akibat rabaan dan remasan Pak Sitor tadi.
Tanpa dapat aku tahan pangkal pahaku telah terbuka dengan sendirinya, aku merasakan cairan hangat mengalir disela sela bibir vagina dan turun membasahi pangkal pahaku. Pak Sitor telah melempar semua pakaiannya, tubuhnya yang kekar laksana raksasa dalam siluet keremangan cahaya lampu. Dia menaiki tempat tidur dari arah kakiku dan dia berjongkok diantara kedua selangkanganku.
Tiba tiba kedua tangannya memegang dengkulku dan mendorongnya kekiri serta kekanan, kini vaginaku telah terbentang lebar dihadapannya. Badannya menunduk dengan pelan, aku merasakan kecupan hangat tepat dilobang pusarku. Aku menggelinjang karena rasa geli dan ransangan yang menghunjam dan mengharu biru semangat kewanitaanku.
Kedua tangannya terbentang lurus keatas, menggapai pucuk runcing payudaraku, sementara kepalanya bergerak turun menapak bulu halus yang menutupi bagian atas vagina ku. Aku dengar suara berguman yang tak jelas ketika mulut dan lidah Pak Sitor mulai menyibak dan menggelitik bibir kemaluanku.
Oup... Pinggulku seperti telompat ketika ujung lidah Pak Sitor menyapu dan menjilat clitorisku. Sementara tangannya masih tetap asyik meremas dan mencubit halus kedua payudaraku. Cairan bening dan hangat telah tumpah membasahi bibir dan mulut Pak Sitor, aku dengar bunyi kecipak.. Ketika lidah Pak Sitor begerak cepat dan memutar dipermukaan vaginaku.
Panasnya ludah dan lidah Pak Sitor telah membuat nafsu dan gairahku hampir mencapai puncaknya. Lidahnya makin kencang menusuk lobang vagina dan bibirnya semakin kuat menghisap clitorisku.
"Pak... Terus Pak... Hisap... Hisap... Hisap"
Aku berkata sambil terengah engah.. Karena dorongan kenikmatan yang luar biasa sedang menjalar jauh dari dalam tubuhku menuju kearah vagina. Dia terus bergerak seperti rasa buang air kecil yang sengaja ditahan tahan. Setiap kali Pak Sitor menghisap clitorisku maka dorongan itu semakin kuat dan terus mendekat kepermukaan vaginaku.
"Pak.. Lidahnya Pak... Tusukkan kedalam.. Yah... Ya... Didindingnya Pak... Jilat!!"
Aku semakin menekan kepala Pak Sitor agar lidahnya dapat lebih dalam lagi menusuk vagina ku. Tiba tiba dia melakukan gerakan yang tidak aku sangka sangka, vaginaku dia buka lebar lebar dan mulutnya menghisap habis semua lendir serta cairan yang ada divaginaku.
"Ooh... Pak... Aku nggak tahan... Aku lleepass"
Cairan putih bening itu.. Langsung hilang kemulut Pak Sitor, dia begitu lahapnya menelan dan membersihkan vaginaku dengan lidahnya.
"Pik... Sekarang giliran aku ya, coba kangkangkan lagi pantek kau... Supaya gampang aku tembus"
"Pak... Jangan dulu aku takut"
Kulihat Pak Sitor telah siap menusukkan penisnya yang hitam legam dan laksana ular cobra dengan kepala besarnya. Tangan kanannya mengenggam penis itu sambil tetap mengosok gosok bagian ujungya.
"Wah... Tak apa apa pik, toh... Lobang pantekmu sudah basah semua, gampang lah masuknya."
Aku tidak dapat lagi mencegahnya, dia membungkuk diatas perutku, ujung penisnya diletakkan tepat dilobang vaginaku. Baru ujungnya saja sudah hampir menutup semua lobang itu, bagaimana kalau dia mendorongnya masuk.
"Pak... Pelan pelan ya"
"Tenang kau Upik.... Asal kau kangkangkan yang, lebar pasti enaklah masuknya"
Badan Pak Sitor makin membungkuk, bibir dan lidahnya melumat habis bibir dan mulutku, sebelah tangannya bertumpu ke pinggiran dipan kayu yang kami tiduri sedangkan sebelahnya siuk meremas paudaraku.
"Ouh... Pak... Aku basah lagi"
Sedotan kencang dibibirku membuat naluri nafsu kewanitaanku kian mengganas dan remasan kasar di payudaraku menimbulkan rasa nikmat yang luar biasa yang mendorong vaginaku kembali mengembang dan mengeluarkan cairan.
Aku rasakan pantat Pak Sitor mulai menekan dengan pelan, aku takut membayangkan kontol hitam besar tesebut akan merobek vaginaku, aku coba sedikit mengeser pantatku tetapi percuma karena ujung runcing kontol Pak Sitor telah mulai memasuki pitu gerbang kemaluanku.
"Upik.... Jangan bergerak kau... Nanti kontolku meleset bisa luka pantekmu... Diam saja sampai aku masuk semua"
"Iya... Pak... Tapi... Jangan.. Masukkan semua"
Aku makin merasakan bagian kepala kontol Pak Sitor telah menyeruak kedalam lobang vaginaku, aku juga merasakan dengan pasti betapa sesuatu seperti mengganjal diselangkanganku, tetapi tidak seperti yang kubayangkan ternyata tidak menimbulkan rasa sakit.
Karena posisi Pak Sitor yang membungkuk membuat pangkal kontolnya yang keras terus menekan dan menggosok clitorisku. Semakin kencang dia menusukkan kontolnya semakin enak pula aku rasakan.
"Oh... Pak.... Tekan yang kuat Pak... Iya.... Yang kencang Pak"
"Sudah habis masuk semua Upik.... Oh.. Tinggal bijinya yang masih diluar"
"Pak... Bijinya mengenai bawah pantekku Pak... Waduh... Enak Pak... Terus Pak"
Tak ada lagi yang lain difikiranku, yang aku rasakan saat ini hanyalah nikmatnya genjotan Pak sitor yang makin lama makin kencang... Sekaligus mengeluarkan bunyi berkecipak karena vaginaku betul betul telah mandi madu nikmat
"Pak.. Pelankan dikit... Nanti dipanku bisa patah"
"Biar aja Upik.... Besok kubetulkan kalau patah"
Dipanku hanya dipan kayu biasa.. Dan tiap gerakan mengocok yang dilakukan Pak Sitor selalu diiringi bunyi berderit dari kayu dipan yang sudah kering.
"Pik... Angkat sedikit pantat kau... Biar kontolku tepat menusuknya"
"Iya Pak... Nih.. Tusuk yang keras Pak"
"Oh oh oh.... Pik aku mau lepas"
"Aku juga.. Pak"
"Boleh didalam tak"
"Terserah... Pak.. Ayo... Aku datang.... Oh"
Gerakan Pak Sitor makin menggila sementara kedua lengannya erat memeluk pinggangku. Membuat tubuh kami bagian bawah betul betul menyatu dan tusukan kontolnya begitu dalam menghunjam. Aku rasakan tiba tiba tubuhnya mengejang.
"Oh... Upik... Aiirrnya... Tumpah ohh"
Semprotan hangat terlepas bertubi tubi dari ujung kontol Pak Sitor, setiap semprotan diiringi oleh getaran kepala kotol yang terasa neggelitik bagian dalam vaginaku.
"Oh... Pak.... Tusukkan lagi Pak... Aku hampir sampai"
Pak Sitor menarik kontolnya dan kembali menusukkan dengan kekuatan penuh.
"Oh... Siitoor aku... Keluar... Lepas... Sitor"
Aku berteriak sekuatnya, ketika rasa nikmat orgasme itu, menjalar dari bagian dalam rahimku, bergerak keluar dan lepas di clitoris yang tertekan pangkal kontol Pak sitor yang masih berdenyut kencang. Derit dipan kayu semakin kuat terdengar "Nyeit... Nyeit... Nyeit" dan tiba tiba aku merasakan getaran hebat menguncang dipan tempat tidurku.
Aku seperti tersadar oleh getaran tadi. Aku melihat sekeliling, dimana Pak Sitor, aku memegang selangkanganku. Masih kering dan aku masih memakai celana panjang.
"Muaro... Muaro... Padang... Padang"
Aku tersentak dari lamunanku, getaran hebat yang tadi aku rasa ternyata ditimbulkan oleh benturan kapal ke dermaga. Nun disana.. Kulihat seseorang melambaikan tangannya. Dia adalah suamiku. Aku sangat menyesali atas semua yang menimpaku selama aku tinggal dipulau itu, aku telah menjadi korban kehebatan ilmu hitam Pak Sitor yang dia pelajari dari penduduk setempat. Kupeluk erat suamiku, kutumpahkan tangis dan rinduku didadanya
"Uda... Maafkan Upik...."
"Sudahlah Upik.... Itulah sebabnya Uda mengirim Inyiak dukun untuk menjemputmu, karena dari jauh dia sudah tahu kalau kamu kena diguna-guna"
"Mari sayang kita lanjutkan bulan madu kita yang terputus, aku sudah tak sabar ingin mencium wanginya aroma vaginamu"
"Ah Uda"
*****
Demikian kisah nyata diatas diceritakan oleh pelakunya sendiri, sekarang mereka telah kembali berkumpul dan sedang berbahagia menungu kelahiran anak mereka yang pertama. Anda punya cerita juga! Kenapa tidak kita nikmati bersama! Kirimkan ke emailku untuk kita teruskan kepada segenap pencinta, penikmat dan penghamba keindahan sex.
Tamat
Komentar
0 Komentar untuk "Mistis cinta di pulau terpencil - 3"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.