Merupakan suatu kehormatan buat saya ketika salah seorang teman baik saya beberapa hari yang lalu memperkenalkan dua orang artis dan aktor sinetron yang sudah punya nama kepada saya. Beberapa sinetron yang mereka bintangi masih ditayangkan di beberapa stasiun TV saat ini.
Kepada Mas "X" dan Mbak "Y", dengan segala kerendahan hati, saya penuhi janji saya untuk membuat cerita tentang anda berdua. Suatu kehormatan besar buat saya karena Mas dan Mbak mempercayakan kisah anda berdua untuk saya reka menjadi satu cerita. Dengan segala kerendahan hati pula saya minta maaf atas pelayanan saya yang seadanya kepada Mas dan Mbak tempo hari, tapi di lain pihak saya secara terbuka ingin mengatakan: beginilah Roy Takeshi..
*****
Untuk kalangan tertentu, Jakarta dengan segala pernak pernik yang gemerlap adalah merupakan suatu tempat terindah yang bisa membahagiakan dan menyenangkan hati mereka. Entah itu bersifat semu atau tidak. Hal ini berlaku juga untuk sepasang kekasih yang benar-benar ingin mengisi hidup dengan kesenangan dan kebahagiaan sesuai dengan cara pikir mereka. Hidup di lingkungan yang serba mewah dan pergaulan yang bebas membuat pengaruh yang kuat dalam kehidupan mereka berdua. Hidup bersama tanpa ikatan mereka lakukan sampai saat ini.
"Kok pagi begini kamu sudah berdandan rapi, sayang?" tanya Riko sambil masih berbaring di tempat tidur.
Matanya agak susah dibuka karena masih mengantuk.
"Sudah bangun sayang.." kata Vivi sambil duduk di tepi ranjang lalu mengecup pipi Riko.
"Aku lupa kasih tahu bahwa hari ini aku ada shooting di Puncak, mungkin selama 2 hari," kata Vivi lagi sambil mengusap-ngusap punggung Riko.
"Aku sudah minta tolong Andi untuk antar aku ke lokasi.." kata Vivi lagi.
"Oke. Have fun ya.." kata Riko sambil membuka matanya lalu tersenyum.
"Thanks. Aku pergi ya, sayang," kata Vivi sambil mengecup bibir Riko.
Vivi lalu meninggalkan Riko di apartemen mereka. Vivi ditemani Andi segera meluncur menuju Puncak untuk melakukan jadwal shooting sinetron Vivi.
"Jadinya berapa hari kamu di Puncak, Vi?" tanya Andi sambil menyetir, "Dua hari saja kok.." jawab Vivi.
"Tenang saja, semuanya akomodasi aku siapkan deh buat kamu," kata Vivi sambil melirik ke Andi.
"Bukan soal itu, Non.. Masalahnya adalah Puncak itu kalau malam sangat dingin," kata Andi sambil tersenyum.
"Ada akomodasi penghangat badan tidak?" kata Andi lagi sambil tertawa.
Vivipun ikut tertawa.
"Ada-ada saja kamu ini, Andi," kata Vivi sambil tetap tertawa.
"Nanti aku deh yang jadi penghangat badan kamu.." kata Vivi sambil melirik Andi.
"Ah kamu.. Kamu tuh pacar si Riko, mana mungkin aku bisa dapat kamu," kata Andi.
"Kamu tidak akan bisa mendapatkan aku.. Tapi bisa merasakan aku.." kata Vivi sambil tersenyum melirik Andi.
"Mana bisa?" tanya Andi tak percaya.
"Dengar Andi, diantara aku dan Riko sudah ada komitmen untuk hidup bersama tapi tidak untuk mengekang keinginan masing-masing.." ungkap Vivi.
"Kami saling membebaskan kok," lanjut Vivi.
"Aku tahu dan Riko juga suka terus terang kalau dia jalan atau main dengan wanita lain.." kata Vivi lagi.
Andi diam mendengarkan.
"Aku juga demikian.." lanjut Vivi sambil menatap Andi.
"Tenang saja, An.." kata Vivi sambil tersenyum sambil mengelus paha Andi.
"Ya okelah kalau begitu," kata Andi sambil tersenyum pula.
"Dasar buaya!" kata Vivi sambil tertawa.
Siang itu sampai malam, Vivi melakukan tugas dan kewajibannya untuk menyelesaikan shooting.
"Pulang, An.." kata Vivi sambil masuk ke mobil.
"Aku sangat capek, pengen istirahat.." sambung Vivi lagi.
"Siap, boss.." kata Andi.
Mereka segera menuju satu villa kecil yang sudah mereka booking jauh dari tempat menginap para crew film.
"Aku mau mandi air hangat.." kata Vivi setiba di villa.
"Yuk, An.. Mandi bareng sambil pijitin aku," ajak Vivi sambil melepas semua pakaiannya.
"Ayo, siapa takut.." jawab Andi sambil melepas semua pakaiannya juga.
"Hii.. Kontol kamu mengkerut kecil.. Lucu!" kata Vivi sambil memegang kontol Andi.
"Ye, dasar bego! Ini karena kedinginan! Nanti kalau sudah bangun, kamu bisa lihat sendiri.." kata Andi sambil meremas buah dada Vivi.
"Ya sudah, yuk ah cepat mandi..!" kata Vivi sambil segera masuk ke kamar mandi.
Mereka berdua lalu mandi bersama di bawah siraman shower.
"Sudah lama sekali aku ingin seperti ini.." kata Andi sambil menyabuni tubuh Vivi dari belakang.
"Mm.. Kenapa tidak minta.. mmhh," kata Vivi ketika tangan Andi menyabuni sambil meremas buah dadanya.
"Karena aku takut ditolak.." bisik Andi sambil terus meremas buah dada dan memainkan puting susus Vivi yang licin oleh sabun.
"Mmhh.. Mulai sekarang tidak usah takut lagiihh," desah Vivi sambil memejamkan matanya.
"Ini apa yang menyodok pantat?" kata Vivi sambil tanganya meraih kontol Andi yang tegang menyodok pantatnya.
"Kan aku sudah bilang, bukti kalau kontol aku sudah bangun kamu akan suka.." bisik Andi sambil satu tangannya turun ke memek Vivi.
"Oww! Enak, An.." kata Vivi ketika jari Andi menggosok-gosok kelentitnya.
Sementara tangan Vivi tak henti mengocok kontol Andi.
"Jilatin memek aku, An.." desah Vivi.
"Oke.. Tapi bersihkan dulu sabunnya ya.." kata Andi.
Tak lama setelah mereka membilas sabun di tubuh mereka masing-masing, Andi berjongkok di depan Vivi. Wajahnya tepat di depan memek Vivi.
"Ohh.." desah Vivi ketika lidah Andi mulai menjilat belahan memeknya sambil melihat ke bawah ke wajah Andi yang menyusup ke selangkangannya.
"Ohh.." desah Vivi lagi sambil terpejam menengadahkan wajahnya ketika kelentitnya dijilat dan dikulum oleh lidah dan mulut Andi.
Vivi menggoyangkan memeknya seiring jilatan-jilatan dan hisapan Andi pada memeknya. Sementara Andi terus memainkan lidahnya sambil tangannya mengocok kontolnya sendiri.
"Terus, Ann.. Teruss.. Aku mau keluarrhh!!" jerit Vivi tertahan sambil memegang kepala Andi lalu mendesakkan memeknya ke wajah Andi.
"Ahh.. Ohh," jerit Vivi sambil agak kelojotan merasakan rasa nikmat yang amat sangat seiring menyemburnya air mani di dalam memek.
Andi bangkit lalu memeluk pinggang Vivi, kemudian dilumat bibir Vivi dengan liar. Vivi membalas lumatan Andi dengan liar pula sambil tangannya memegang dan meremas pantat Andi.
"Angkat satu kakimu, Vi.." bisik Andi dengan suara serak karena desakan nafsu sambil mengarahkan kontolnnya ke memek Vivi.
Vivi menurut, diangkatnya salah satu kakinya agar kontol Andi mudah masuk ke memeknya dalam posisi berdiri. Tak lama, bless.. Kontol Andi sudah masuk ke dalam memek Vivi. Vivi segera menurunkan kakinya dan agak berjinjit mengimbangi tinggi tubuh Andi.
"Ohh, enak sekali, Vii.." bisik Andi sambil mengeluarmasukkan kontolnya.
"Ohh.." desah Vivi sambil memegang dan mendesakkan pantat Andi agar lebih dalam menyetubuhinya.
"Dari dulu aku ingin menyetubuhi kamu, Vi.." bisik Andi sambil memompa kontolnya.
"Mulai sekarang, kapanpun kamu mau.. mmhh.. Tinggal bilang sajaahh.." desah Vivi.
"Ganti posisi, Vi.." kata Andi sambil mencabut kontolnya dari memek Vivi.
"Berbaliklah.." kata Andi.
Vivi lalu berbalik membelakangi Andi. Andi lalu mengarahkan kontolnya ke lubang memek Vivi dari belakang sambil berdiri. Bless.. Kontol Andi kembali memasuki lubang kenikmatan yang selama ini diidamkannya.
"Ohh, Andi.. Enakk.." desah Vivi ketika tangan Andi meremas kedua buah dadanya dari belakang.
"Enak, sayang.." bisik Andi sambil mempercepat gerakan kontolnya tanpa mengehentikan remasan tangannya pada buah dada Vivi.
"Enakkhh.." bisik Vivi sambil terpejam.
Tangan Vivi meraih satu tangan Andi lalu membimbingnya menuju memeknya. Andi mengerti apa keinginan Vivi.
"Ohh, Andiihh.." jerit lirih Vivi ketika jari Andi menggosok-gosok kelentitnya.
"Teruss.. Terusshh.." jerit lirih Vivi semakin keras.
"Aku mau keluar lagiihh.." jerit Vivi.
"Ohh.. Ohh.." jerit Vivi sambil mendesakkan pantatnya sehingga kontol Andi masuk lebih dalam ke memeknya seiring dengan menyemburnya air mani yang kedua kali dalam memek Vivi.
"Aku juga mau keluar, Viihh.." bisik Andi sambil mempercepat gerakkannya.
"Ohh.." desah Andi.
Tak lama Andi segera melepas kontolnya dari memek Vivi.
"Isep, Vi.." bisik Andi dengan suara serak.
Vivi lalu berjongkok. Setelah mengocok kontol Andi beberapa saat, mulutnya langsung melahapnya. Jilatan dan hisapan mulut Vivi membuat Andi terpejam sambil memompa kontolnya pelan ke mulut Vivi.
"Aku mau keluar, Vii.." kata Andi.
Crott! Crott! Crott! Air mani Andi muncrat banyak di dalam mulut Vivi. Sebagian meleleh keluar dari sela bibir Vivi. Vivi dengan tenang menelan air mani Andi sampai habis. Kecuali yang meleleh keluar, dibersihkannya dengan tangan. Setelah bangkit, Vivi langsung memeluk Andi dan melumat bibirnya. Andi membalasnya dengan hangat. Begitulah, selama dua malam itu Andi dan Vivi memacu birahi saling melampiaskan birahi tanpa ada beban perasaan. Setelah selesai shooting, Vivi langsung pulang ke apartemennya.
"Gimana shootingnya?" tanya Riko sambil memeluk Vivi lalu mengecup bibirnya.
"Lancar.." kata Vivi sambil tersenyum.
"Dengan siapa kamu melewati dinginnya malam di Puncak?" tanya Riko.
"Aku menghabiskan waktu dengan Andi, sayang.." kata Vivi sambil mengecup bibir Riko.
"Bagaimana permainan dia?" tanya Riko.
"Memuaskan.. Sangat memuaskan.." jawab Vivi sambil tersenyum.
"Kamu sendiri?" tanya Vivi tanpa melepas rangkulannya pada leher Riko.
"Aku mengundang Angela ke sini.." kata Riko.
"Bagaimana rasanya?" tanya Vivi sambil tersenyum.
"Dua malam yang luar biasa.." jawab Riko.
"Aku jadi pengen tahu.." kata Vivi, "Kita cerita sambil make love, yuk.." ajak Riko.
"Ya, sayang.. Aku pengen make love dengan kamu sekarang," jawab Vivi.
"Aku rindu padamu.." kata Riko lagi.
"Aku juga rindu padamu.." kata Vivi sambil melumat bibir Riko.
*****
Saya persembahkan cerita ini untuk Mas "X" dan Mbak "Y" juga sebagai hadiah hari jadi hubungan anda berdua yang ke-3.
Tamat
Komentar
0 Komentar untuk "Bagaimana rasanya permainan dia?"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.