Cinta selamanya - 3

0 comments

Temukan kami di Facebook
Sambil kurendahkan tubuhku sehingga ujung pentunganku menyentuh lututnya, karena tubuhku lebih panjang dari tubuhnya. Aku rebahkan dadaku ke perutnya dan terasa hangatnya tubuh kecilnya itu. Dia merintih kesedapan, seperti yang biasa dia lakukan. Tanpa sadar aku merasa tangannya sudah bergerak mencari-cari rudalku dan menyentuh ujungnya dengan jemari mungil kecilnya. Aku mulai mengeksplorasi payudara gadisku ini. Puting kirinya kukulum dan kugigit-gigit kecil, sedangkan puting kanannya kuremas-remas dengan jemariku. Aku lakukan semesra mungkin dan dengan sangat bernafsu serta dibarengi dengan suara nafasku yang cepat.

"Ah.. Ah.. Papa, enak.. Pa. Papa hari ini kok sangat semangat sekali?", katanya seperti berbisik.
"Tentu, sayangku. Hari ini Papa merasa seperti pengantin baru, sayang. Papa akan berikan kamu rasa paling nikmat." Kataku lagi sambil berbisik mesra.
"Dulu waktu Papa melakukannya pertama kali dengan mamamu, dia sudah tidak perawan lagi", kataku padanya.
"Pa, perawan itu seperti apa?" tanyanya sembari merintih. Rupanya dia belum tahu, dan aku pun belum pernah memberitahunya.
"Oo, perawan itu adalah seorang gadis yang seperti kamu yang belum pernah dimasuki oleh milik seorang lelaki. Artinya, memek kamu itu belum pernah dimasuki oleh burung laki-laki seperti burung Papa ini." jawabku sambil berbisik.

Aku tunda mencumbunya. Aku memandangnya dengan mata penuh gelora, dari kepala sampai ke bawahnya. Aku terhenti saat memandang gundukan indah vaginanya, celah mungilnya yang merekah merah seperti mawar yang sedang mau mekar. Aku semakin te-rangsang. Aku berguling kesamping dan berjongkok di sampingnya. Kuselipkan tangan kiriku di bawah lehernya dan tangan kananku di bawah kedua lututnya. Aku mengangkatnya dan menggendongnya, sementara itu mulut dan lidahku kukonsentrasikan pada payudaranya yang putingnya sudah tegak terpacak.

Akh, sekali lagi aku semakin gemas dan geram dengan keadaan ini. Nafsu birahi telah menyelimutiku. Uh, betapa nikmatnya saat itu. Kembali dia kurebahkan di ranjang. Aku menjilat dari keningnya dan terus ke bawah sampai ke dadanya. Kuulangi beberapa kali dan akhirnya kumuarakan di gundukan indahnya. Dia merintih kegelian sedangkan aku semakin bersemangat saja. Sekali sekali ujung lidahku kubenamkan ke celah vagina nya yang kecil itu.

"Ss.. Ss.." rintihnya saat ujung lidahku menerobos celahnya.
"Kari, Papa mau bikin memekmu basah ya" kataku sambil terus dengan rakus melumat vaginanya.

Aku tak peduli lagi racauan yang keluar dari mulutnya. Aku teruskan lumatanku pada memeknya sampai dia orgasme.

"Pappaa.. Ohh ohh papapa, aku.. Enak Pa" teriaknya.

Dia merasakan orgasmenya. Aku masih menjilat memeknya yang sudah licin. Kemudian aku angkat wajahku dan dengan senyum manis kubisikkan padanya.

"Papa, sayang kamu Kari. Papa akan merasakan seenak yang kamu rasakan tadi, se-karang kamu sudah siap", kataku sambil berbisik.

Tibalah saat eksekusi indah ini. Aku merangkak ke atasnya, perlahan kuulurkan lidahku ke mulutnya dan mulai mencumbunya. Kuteruskan cumbuanku ke bawah sampai ke dadanya. Kemudian aku berhenti dan aku mengatur posisi agar penisku tepat pada celah memek gadisku ini.

"Papa akan masukkan milik Papa ya, jika sakit nanti bilang!" kataku meyakinkannya.
"Pelan-pelan Pa ya!", jawabnya.

Mulai kuatur dan kugesekkan ujung milikku pada bibir liangnya yang basah. Sangat kecil sekali, sampai aku berpikir apa mungkin masuk, sedangkan milikku yang besar ini seperti pentungan yang sedang pada kondisi keras luar biasa. Matanya merem-melek dan bibirnya dikatupkan rapat sekali menunggu milikku memasuki dirinya. Aku menggesek-gesekkan penisku dan terasa hangat basah.

"Enak rasanya Pa, masukkan lagi Pa", pintanya.
"Oke, kalau pedih tahan dan katakan Papa ya", balasku sambil terus menekan dan mempaskan posisi ujung penis raksasaku pada lubang guanya.

Aku dapat merasakan celahnya yang hangat dan kumulai menekan dengan kuat. Seketika meleset dan kuposisikan lagi dan meleset lagi. Aku rasanya tak sabar. Akhirnya kuminta Kari menuntun kontolku ke miliknya.

"Sayang, pegang punya Papa dan arahkan masuk, ya! Papa tidak tahan lagi", pintaku.

Kari menggenggamnya dan mengarahkannya ke liang surga itu. Perlahan kutekan dan kutekan lagi. Terasa sudah kelopak batangku menyentuh bibir liangnya.

"Oh, sebentar lagi berhasil", kata hatiku sambil berhenti sebentar.

Kuatur posisi tanganku hingga bertumpu pada sikuku. Kemudian dengan hati-hati ku tekan lagi penisku dan sudah masuk satu senti dari kondisi tadi. Aku merebahkan diri dan merasakan dadaku menyatu dengan dada Kari. Aku memeluknya dengan lembut dan membisikkan di telinganya.

"Kari.. Papa akan masukkan semuanya ya, dan sebentar lagi Papa akan memutus ke-perawananmu. Kamu siap ya, akan sedikit sakit. Tapi Papa sudah sangat lama mengidamkannya", bisikku.
"Lakukanlah Pa, dan Papa dapat menikmati punya Kari sepuas-puasnya", katanya.

Aku bahagia sekali dan bertubi-tubi kucium bibirnya, pipinya, lehernya, hidungnya, dan semuanya tak lepas dari ciumanku. Dia betul-betul terangsang dan mengerang sejadi-jadinya.

"Pa.. Uehhenak Pa terus Papa ohhohh", racaunya.

Sementara dia merasakan kenikmatan akibat cumbuanku, maka aku siap-siap untuk menekan lagi dan dengan satu hentakan aku menekan agak keras.

"Akh.. Sakiit Pa", jeritnya.
"Oh, maaf Kari Papa sangat berlebihan", jawabku sambil menenangkannya.

Kulihat sudah 3 cm batangku tenggelam namun aku belum memutuskan perawannya. Aku tenangkan dulu dan kutarik pelan kemudian dorong sedikit begitu berulang-ulang beberapa menit. Gundukan memeknya tampak terangkat-angkat ketika aku menarik penisku dan seperti tenggelam ketika aku menekannya. Aku semakin syur saja melihatnya.

"Enak Pa, teruskan kayak gitu", pintanya.

Aku teruskan sodok tarik tersebut beberapa kali dan aku sudah bersiap untuk menekan lagi. Sementara dia merintih keenakan aku tekan lagi dengan kuat sekali.

"Ow, oo, oo, pedih Pa," jeritnya.

Aku merasa membelah tubuhnya dan penisku terasa terjepit oleh sesuatu yang kuat sekali. Ketika kulihat ke bawah, ternyata darah sudah mengalir pada penisku yang tenggelam separohnya. Artinya aku telah memerawaninya. Aku berhasil memerawani perawan tulen yang mungil dan kecil, idamanku sejak lama. Penisku masih terjepit kuat dalam memek yang kecil ini, terasa kedutan-kedutan otot vaginanya seperti denyut-denyut kecil seiring dengus nafasnya. Dia masih merintih dan airmatanya menetes. Aku menghiburnya.

"Kari, sebentar lagi kamu akan merasakan nikmatnya, sabar dan santai serta tenang saja dulu".

Aku mendiamkan penisku beberapa saat, dan dengan lembut kucium bibirnya serta pipinya berulang-ulang. Aku jilat-jilat lidahnya dan dengan manja tetap kucumbu dia mesra. Setelah dia agak tenang, aku minta tanggapannya.

"Apa, Papa masih boleh meneruskannya, sayang?", tanyaku.
"Lakukanlah Pa, asalkan Papa bahagia, sekarang sakitnya sudah berkurang", jawabnya.

Lampu hijau yang diberikannya itu membuatku semakin bersemangat saja dan kumulai lagi adegan sorong tarik pelan-pelan. Sesenti kutarik sesenti kutekan, sesenti kutarik dua senti kutekan. Dia menggelinjang dan merintih tidak karuan antara enak ber campur pedih. Ketika aku menambah kedalaman penisku dia menjerit dan ketika aku menariknya dia merintih. Beberapa saat aku lakukan itu dan kadang-kadang aku ren-dahkan tubuhku memeluknya, kadang-kadang aku tumpukan pada telapak tanganku.

"Pappaa.. Terus.. Terus.. Enakk..", racaunya.

Ini membuat aku semakin bernafsu sekali. Aku sudah tidak peduli lagi. Aku harus tuntaskan ini secepatnya. Nafsuku sudah diubun-ubun. Sekali aku tarik kemudian aku hentakkan kuat sekali dan seketika dia terpekik keras, namun aku sudah tak peduli. Aku dorong tarik semauku dan aku dendam pada kenikmatan ini. Sudah kandas dan masuk semua milikku, mungkin aku telah menyodok perutnya dengan 8 inci milikku ini. Aku mendengar jeritan dan rintihan gadisku dengan terus memompa dan memompa lagi.

"Aduhh.. Pa.. Sakit.. Pedih.. Ampun tolong", jeritnya.

Aku tak tahu lagi entah berapa kali dia menjerit dan meronta menahan pedih pada bagian dalam vaginanya. Aku memang selama ini merasa sangat menikmati sekali gesekan penisku dengan vagina yang masih agak kering, hal ini sering kulakukan dahulu dengan mamanya Kari. Kadang-kadang aku diprotes oleh istriku itu, tetapi semakin lama dia juga menikmatinya. Setelah beberapa menit aku tak mendengar lagi rintihannya. Dia diam membisu dan hanya menggeleng kiri kanan.

Mungkin sakitnya sudah hilang atau dia menikmati gerakan-gerakanku. Vaginanya sudah basah dan penisku sudah lancar keluar masuk. Aku terus saja memompanya dengan mengerang nikmat. Pompa dan pompa terus, sambil sesekali kukulum bibirnya dengan rakus. Aku sudah hilang kesadaran dan diliputi dendam kenikmatan. Aku merasakan hampir mencapai klimaks. Penisku terasa mau meledak, dan aku sema-kin cepat menggenjot memek sayangku ini. Genjotan demi genjotan semakin cepat kuhajarkan pada memeknya dan akhirnya..

"Akh.. Akhh.. Akhh cret.. Cret.." tumpah semua spermaku ke dalam milik gadisku ini.

Aku lemas, aku terkapar di atas tubuhnya. Aku telah membuahinya banyak sekali. Kesadaranku pun mulai pulih. Muncul sedikit rasa sesalku atas semua ini. Namun kubuang rasa itu kembali.

"Kari, maafkan Papa. Mungkin Kari tidak merasakan nikmat seperti yang dib-yangkan. Itu karena yang pertama kali. Maafkan Papa ya?" pintaku padanya.
"Ya, Pa. Kari senang melihat Papa puas", jawabnya lirih.

Aku gerakkan penisku sedikit demi sedikit untuk memudahkan mencabutnya, karena kalau langsung dicabut akan menimbulkan sakit pada vaginanya. Aku geser ke kiri dan kemudian ke kanan sambil kutarik dan akhirnya tercabut semuanya.

Kulihat cairan merah bercampur putih meleleh seiring keluarnya penisku dari vaginanya. Terus terang aku merasa puas sekali, aku membuang pikiran akan kehamilan yang akan terjadi pada gadisku ini. Jika memang dia hamil, apa boleh buat. Aku akan mencari solusinya nanti.. Begitulah, hampir setiap hari pada minggu pertama kami melakukan itu. Kari sudah mengerti bagaimana cara menikmatinya. Kami seperti pasangan suami istri yang saling mencintai.

Hal ini terus kami lakukan sampai dengan Kari menikah pada usianya yang ke-19 tahun. Saya sangat bersyukur karena Kari tidak pernah hamil. Mungkin ada kelainan pada anatomi kelaminnya hingga menjadi mandul. Setelah dia menikah, aku menjadi kehilangan dan aku juga sering curi-curi kesempatan untuk bercinta dengannya.

TAMAT




Komentar

0 Komentar untuk "Cinta selamanya - 3"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald