Akhirnya kami berdua berjalan mencari restoran. Tapi entah di sengaja atau tidak, kayaknya dia sengaja setelah aku renungkan kemudian, kami pun makan di resto Hotel Ciputra. Bukan di restoran di mal.
Di sana terlihat kami makin akrab. Tapi jujur tidak ada terbersit sedikitpun aneh-aneh atau rancangan jahat apalagi pikiran sex pada tante Selvi. Aku masih anggap sebagai teman bahkan calon klien tempat aku bekerja. Mungkin karena melihat aku yang begitu polos, santun dan rapi, dirinya makin penasaran.
Akhirnya entah kenapa waktu aku tanyakan menginap di mana, dan dikatakan di hotel Ciputra, aku mau aja diajak melihat-lihat di sana. Aku gak habis pikir kenapa.
Sudah tahukah apa yang terjadi di sana?
Kejadiannya begitu cepat. Sewaktu berdua di kamar hotel, tante Selvi meminta aku duduk dekat dirinya di tepian tempat tidur.
"Lex, kemari... tante pengen ngobrol sama kamu."
Aku berjalan menghampiri dirinya dan duduk pas di sebelahnya.
"Lex, menurut kamu kenapa pernikahan saya berantakan? Apa yang kurang dari saya sebagai seorang isteri?"
Aku terdiam. Membisu. Kebisuan yang sama yang pernah menghampiri diriku waktu dia mengatakan horni ketika menelepon aku beberapa waktu lalu.
"Lex..kok ga jawab. Tatap mataku Lex."
Lalu dia meraih tanganku dan menuntunya untuk menaruhnya di dadanya.
"Lex, kamu tahu gak ada berapa beban dan luka di hati ini? Sudah cukup lama aku bertahan dalam keadaan seperti ini. Kamu mungkin gak akan mengerti betapa berat beban yang harus dipikul seorang wanita seperti diriku ini. Tak bisa aku ceritakan semuanya."
Aku masih terdiam. Telapak tanganku merasakan detak jantungnya yang lembut. Aku kikuk. Gak tahu harus berkata apa.
"Lex.." kata tante Selvi sambil berdiri dan berjalan menjauh dariku ke arah jendela. Aku masih duduk bagaikan patung.
Tante Selvi berdiri terdiam sambil menatap keluar dari jendela. Hamparan kota Jakarta dari lantai 6 hotel cukup indah terlihat. Kedua tangannya di silangkan.
Karena feeling dan bisikan hati, "Ayo hampiri dia dan hibur dia Lex."
Belum lagi suara hati kurang ajar, "Lex, cantik Lex..Hajar Lex..Hajar..". Campur aduk rasanya. Akhirnya aku berdiri dan menghampiri tante Selvi.
"Tante.." kataku ringan. Sambil pegang pundaknya. Namun dirinya tetap diam.
"Tante.." bisikku sambil memeluknya. Dia pun berbalik badan dan menatap tajam padaku sambil tersenyum.
Kupeluk dirinya, kurangkul pinggangnya. Kudekap erat dari belakang. Cukup lama terdiam kami berdua menatap kota Jakarta. Terlihat jelas gedung pencakar langit dari Kampus Trisakti dan Untar.
Tiba-tiba tante Selvi berbalik badan dan mencium diriku. Dirinya begitu wangi dan semerbak. Nafsu saya sebagai lelaki timbul spontan. Penisku menjadi panjang dan keras perlahan-lahan. Tanpa kusadari ku balas ciumannya. Kami beradu ciuman cukup lama dan rileks tangan aku mulai memegang pantatnya.
Aku dekat dengan kedua telapak tanganku dan kutekan. Terlihat tante Selvi begitu terangsang dan tersenyum manis sekali. Padahal belum diberikan olesan gula loh.
Kutuntun tante Selvi ke ranjang yang indah. Kurebahkan dirinya dan kucium perlahan. Aku bergulat dan bergumul dengan dia cukup lama sampai akhirnya kami mulai membuka pakaian kami satu persatu. Tak ada lagi pikiran lain pada diriku selain menikmati hubungan kali ini dan menyetubuhi dirinya. Membuat dirinya terangsang dan meringkuk kenikmatan.
Aku segera mencopot kaus kakiku, membuka kemeja dan celana panjangku. Terlihat sekarang hanyalah CDku yang bertuliskan Pierre Cardin.
Kubuka kaos tante Selvi dan terlihat dadanya yang indah di balik branya. Meski sudah turun tetapi masih terlihat oke dan kenyal. Aku tahu pasti tante Selvi sering fitnes atau aeorobik atau apalah namanya. Sempat kupikirkan, bagaimana ada lelaki yang bisa menyia-nyiakan isteri secantik dan sebaik dirinya. Lalu. kubuka roknya perlahan dan terlihat begitu indah vaginanya menyembul dari CD nya yang berenda. Aku semakin horni dan penisku semakin keras seolah sudah siap dihujamkan ke liang vaginanya.
Kami masih terus berciuman dan tersenyum indah seraya sambil kucopotin CD dan branya. Kujilatin leher dan telinganya dan terlihat dia mendesah,
"Ough.."
Aku semakin terangsang dan semangat. Kupacu terus nafsuku dan kujilatin susunya. Ku emut dengan ujung lidahku yang basah dan hangat. Tubuh tante Selvi merinding dan bergoyang sewaktu ujung lidahku perlahan berputar-putar di puting susunya yang mulai mengeras.
"Ough.. oh....ough... Lex.."
Kulipatkan pahaku dan menindih tubuhnya. Kugesek-gesekkan penisku di bibir vaginanya. Tampak mulai lembab dan basah karena kenikmatan yang tiada tara. Ciumanku semakin intens. Aku jilatin semua tubuhnya dari atas sampai -maaf- vaginanya.
Waktu kujilatin klitorisnya, tubuh tante Selvi kejang dan dirinya menjabak rambutku dan berteriak,
"Oh...oh..Alex...OHH.."
Terus saja kumainkan ujung lidahku di klitorisnya dan mulai keluar aroma yang khas yang menambah nafsuku. Begitu bersih dan indah meski memang sudah pernah melahirkan dua orang anak.
Akhirnya kujilatin sampai liang vaginanya. Tante Selvi mendesah,
"Masukin Lex..tante udah gak tahan."
Tante Selvi membuka pahanya. Kupegang penisku yang super keras, kugoyang dengan jariku lalu kumasukkan... bless...
"Oh...ough..."
Tante Selvi merintih dan aku semakin nekat dan nafsu. Begitu masuk, aku maju mundurin pelan-pelan. Kunikmati perlahan dan kudekap tante Selvi dan kembali kita ciuman.
Sambil ciuman aku enjotin terus. Maju mundur aku hentakin sekuat-kuatnya.
"Ohh...."
Semakin kuat dan keras semakin enak. Terasa sekali dinding vaginannya yang lembut dan hangat menyatu dengan penisku yang keras dan kepalanya membesar.
Tak bisa kuceritakan betapa nikmat dan indahnya saat ini. Sewaktu aku menindih, mendorong dan menghentakinnya kuat-kuat.
"Ough....Oh.. keluarin Lex.."
Kuenjotin terus, kunaikkan kedua kaki dan kutahan pahanya dengan kedua telapak tanganku. Kuenjot terus maju mundur. Makin cepat makin enak.
"Ohh..."
Semakin kuat dan keras dan cepat...
Semakin cepat kuenjotin....
"Ohh... Ohh..."
"Oughhhhhhh..."
"Tahan sayang...", kataku. Aku terus enjotin kocokin terus. Maju mundur...
Dan akhirnya aku muntahkan dan muncratkan spermaku sebanyak mungkin di vaginanya. Rasanya nikmat sekali dan kupeluk seerat-eratnya. Kedua tangan tante Selvi membelai kepala dan pinggangku. Terasa nikmat sampai ke tulang bawah..
"Ohhh..."
Akhirnya kami berdua berpelukan dan rebah dalam kenikmatan tiada tara. Hotel Ciputra menjadi saksi bisu hubungan kami yang indah ini.
Kami tersenyum manis dan saling menatap.
Begitulah kisahku dengan tante Selvi. Waktu berjalan begitu cepat hingga sekarang. Entah kenapa terbayang sekali hubungan dengan tante Selvi sampai sekarang.
Tamat
Komentar
0 Komentar untuk "Tante Selvi - 2"
Posting Komentar
Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.