I know what you did last holiday - 2

0 comments

Temukan kami di Facebook
Penisnya meluncur mulus sampai menyentuh rahimku. Aku mengerang setiap kali dia menyodokkan penisnya. Gesekan demi gesekan, sodokan demi sodokan sungguh membuatku terbuai dan semakin menikmati perkosaan ini, aku tidak perduli lagi orang ini sesungguhnya adalah pembantuku.

Sambil menyetubuhiku bibirnya tidak henti-hentinya melumat bibir dan payudaraku, tangannya pun selalu meremas payudara dan pantatku. Erangan panjang keluar dari mulutku ketika mencapai klimaks, sekujur tubuhku mengejang beberapa detik sebelum melemas kembali. Keringat bercucuran membasahi tubuhku sehingga kelihatan mengkilat. Tanpa memberiku kesempatan beristirahat dia menaikkan tubuhku ke pangkuannya. Aku hanya pasrah saja menerima perlakuannya.

Setelah penisnya memasuki vaginaku, aku mulai menggerakkan tubuhku naik turun. Pak Riziek menikmati goyanganku sambil 'menyusu' payudaraku yang tepat di depan wajahnya, payudaraku dikulum dan digigit kecil dalam mulutnya seperti bayi sedang menyusu. Terkadang aku melakukan gerakan memutar sehingga vaginaku terasa seperti diaduk-aduk. Aku terus mempercepat goyanganku karena merasa sudah mau keluar, makin lama gerakanku makin liar dan eranganku pun makin tidak karuan menahan nikmat yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu sampai aku menjerit histeris sambil mempererat pelukanku. Benar-benar dahsyat yang kuperoleh walaupun bukan dengan lelaki muda dan tampan.

Kali ini dia membalikkan badanku hingga menungging. Disetubuhinya aku dari belakang, tangannya bergerilya merambahi lekuk-lekuk tubuhku. Harus kuakui sungguh hebat lelaki seumur dia dapat bertahan begitu lama dan membuatku orgasme berkali-kali, atau mungkin sebelumnya dia sudah minum obat kuat atau sejenisnya, ah.. aku tidak perduli hal itu, yang penting dia telah memberiku kenikmatan luar biasa.

Sudah lebih dari setengah jam dia menggarapku. Tidak lama setelah aku mencapai klimaks berikutnya, dia mulai melenguh panjang, sodokanya makin kencang dan kedua payudaraku diremasnya dengan brutal sehingga aku berteriak merasakan sakit bercampur nikmat. Setelah itu dia menarik lepas penisnya dan naik ke dadaku. Di sana dia menjepitkan penisnya yang sudah licin mengkilap itu di antara kedua payudaraku, lalu dikocoknya sampai maninya menyempot dengan deras membasahi wajah dan dadaku.

Aku sudah kehabisan tenaga, kubiarkan saja maninya berlepotan di tubuhku, bahkan yang mengalir masuk ke mulut pun kutelan sekalian. Sebagai 'hidangan penutup', Pak Riziek menempelkan penisnya pada bibirku dan menyuruhku membersihkannya. Kujilati penis itu sampai bersih dan kutelan sisa-sisa maninya. Setelahnya dia meninggalkanku terbaring di sofa, selanjutnya aku tidak tahu apa-apa lagi karena sudah tidak sadarkan diri.

Begitu aku bangun jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, aku menemukan diriku masih bugil, sisa-sisa sperma kering masih membekas pada wajah dan dadaku, sekujur tubuhku terutama dada penuh dengan bekas cupangan yang memerah. Aku melihat sekeliling, hening tanpa suara, entah kemana Rina dan kedua 'kambing bandot' itu. Aku tidak memikirkan apa-apa lagi, aku menuju kamar mandi karena ingin kencing, lalu kunyalakan shower dan kubersihkan tubuhku dari sisa-sisa persetubuhan tadi. Dalam hati aku masih merasa marah, kesal, dan sedih karena dijebak dan diperkosa seperti itu, namun setiap teringat yang barusan, aku malah ingin mengulanginya lagi.

Sehabis mandi, kepenatan tubuhku terasa mulai berkurang, kuraih kimono kuning dan memakainya tanpa memakai apa-apa di baliknya. Ketika aku keluar kamar mandi masih belum merasakan tanda-tanda keberadaan mereka di sini, begitu juga kamar yang tadi dipakai Rina dan Pak Usep, di sana hanya kudapati ranjang yang sudah berantakan dan masih tercium aroma sperma bekas pertarungan tadi. Pakaian Rina dan Pak Riziek juga masih berceceran di ruang tamu. Terlintas di benakku saat itu kolam renang, ya mereka pasti di sana.

Aku segera menuju kolam di belakang untuk memastikan. Dugaanku ternyata tepat, di sana terlihat pemandangan yang membuat darah bergolak. Di tepi kolam itu Rina sedang dikerjai oleh mereka berdua. Dia tengah memacu tubuhnya di atas penis Pak Riziek yang berbaring sambil meremasi dadanya, sementara mulutnya dijejali oleh penis Pak Usep yang berdiri di sampingnya, tubuh ketiganya basah oleh air kolam, langit senja yang berwarna kuning keemasan menambah erotisnya suasana.

"Hai, Neng Dian udah bangun toh..!" sapa Pak Riziek.
"Wah, saya udah lama nungguin Neng Dian, tapi tunggu ya, Neng Rina lagi asyik makan es mambo nih..!" sahut Pak Usep.
Rina hanya dapat melirik sayu padaku karena mulutnya penuh oleh penis dan Pak Usep menahan kepalanya. Adegan mesum itu membangkitkan kembali nafsuku, selangkanganku terasa basah.

5 menit kemudian Pak Usep mencabut penisnya dari mulut Rina dan mendekatiku.
"Pak, kapan klisenya kalian kembalikan..?" tanyaku tidak sabar.
"Tenang Neng, sekarang mau pulang juga sudah kemalaman, klisenya pasti kita kasih ke Neng besok," jawabnya sambil menepuk bahuku.
"Apa..! Besok..? Keterlaluan kalian..!" bentakku.
"Jangan marah-marah gitu dong Neng, besok pagi saya janji pasti ngasih klisenya ke Neng," katanya sambil memutari tubuhku.

Kurasakan elusan Pak Usep pada paha belakangku, tangannya makin naik menyingkap kimonoku dan akhirnya meremas pantatku.
"Hoi, Pak Riziek, ternyata nona majikanmu ini asoy bener, pahanya mulus, pantatnya juga wuiih.. montok..!" serunya pada temannya.
Kupingku benar-benar panas mendengar ejekannya, namun dalam hati aku justru berharap dia berbuat lebih jauh.

"Ooouuhh..!" demikian desahan pelan yang keluar dari mulutku ketika tangan Pak Usep sampai ke belahan kemaluanku.
Jarinya membuka belahan itu dan meraih klistorisnya, daerah sensitif itu dimainkannya sehingga membuatku mendesah dan kedua kakiku terasa lemas tidak bertenaga. Dibaringkannya tubuhku pada kursi santai di tepi kolam itu. Tercium bau rokok murahan dari mulutnya ketika dia melumat bibirku, lidahnya mengelitik lidahku.

Pak Usep melepaskan tali pinggangku sehingga kimonoku terbuka, ciumannya perlahan-lahan turun dari dagu dan leher menuju payudaraku. Sambil melumat payudaraku tangan yang satunya dengan kasar mengobrak-abrik vaginaku.
"Aakkhh.. Pak, sakit.. pelan-pelan Pak..!" rintihku kesakitan.

Aku melihat ke arah Rina yang sedang dikerjai Pak Riziek. Dia sedang dalam posisi dogie, Pak Riziek dari belakang melakukan penetrasi ke lubang anus Rina. Dia menjerit-jerit kesakitan ketika penis besar itu dengan paksa memasuki duburnya yang sempit. Bukannya kasihan tapi nampaknya Pak Riziek malah semakin bergairah melihat penderitaan Rina, ketika sudah masuk setengahnya dihujamkannya penis itu dengan keras, spontan tubuh Rina tersentak dan jeritan panjang yang memilukan keluar dari mulutnya.

Selanjutnya dengan ganas Pak Riziek menyodomi Rina sambil mendesis-desis menikmati penisnya terjepit dubur Rina yang sempit. Aku sangat kasihan melihat penderitaan Rina, tapi apa dayaku karena aku sendiri sedang dalam kesulitan. Kini Pak Usep membuka lebar kedua pahaku, tangan satunya memegang penisnya yang gemuk itu dan menggesek-geseknya pada bibir kemaluanku sehingga aku mendesah nikmat dan tubuhku menggeliat-geliat.

Setelah vaginaku basah kuyup dia menekan penisnya hingga amblas seluruhnya. Aku melihat jelas bagaimana penis itu keluar masuk ke dalam vaginaku. Kenikmatan dahsyat telah melanda tubuhku hingga aku tidak kuasa untuk tidak mengerang. Suara desahan terdengar sahut menyahut di tepi kolam itu. Kemudian aku merasakan tubuhku bagaikan tersengat listrik, aku menjerit sekuat tenaga dan mempererat genggamanku pada pegangan kursi. Cairan kemaluanku muncrat dengan derasnya dan kurasakan tubuhku seperti lumpuh. Namun Pak Usep belum menyudahi perbuatannya.

Sekarang dia memiringkan tubuhku dan mengangkat kaki kiriku, lalu dia meneruskan genjotannya pada tubuhku. Aku sudah setengah sadar ketika tiba-tiba sebatang penis sudah berada di depan wajahku. Kutengadahkan kepalaku dan kulihat Pak Riziek berdiri di sampingku dengan penisnya masih berdiri kokoh, tidak jauh dari situ nampak tubuh telanjang Rina yang sudah terkapar lemas. Tanpa membuang waktu lagi diraihnya kepalaku, mulutku penuh sesak oleh penisnya yang berlumuran aneka cairan itu.

Tiba-tiba mereka menurunkan tubuhku dari kursi, kini aku berada di lantai dengan posisi anjing, kimonoku mereka lepas hingga aku bugil total. Pak Riziek mengambil posisi di belakangku lalu dia membuka duburku dan tangan satunya mengarahkan penisnya ke sana. Ooohh.. tidak, dia mau menyodomiku seperti yang dia lakukan pada Rina, masih terbayang olehku betapa brutalnya lelaki ini memperlakukan Rina barusan.

"Jangan Pak, jangan di situ aduuh.. sakit.. ooh..!" rintihku memelas ketika dia memasukkan penisnya.
"Aakkh.. akhh.. oougghh.." aku terus merintih-rintih, mataku terpejam merasakan kepedihan tiada tara sampai airmataku meleleh membasahi pipi.
"Wah.., enak, lebih seret dari Neng Rina..!" kata Pak Riziek disambut gelak tawa mereka.
Dia mulai menggenjot tubuhku sementara di depanku Pak Usep memaksaku mengkaraoke penisnya.

"Udah jangan nangis, lu sebenernya keenakan kan..! Ayo emut nih kontol..!" perintahnya sambil menjambak rambutku.
Aku benar-benar merasa terhina saat itu namun menikmatinya, perlakuan kasar ini mendatangkan kenikmatan tersendiri. Selain menyodomiku, Pak Riziek juga sesekali menampar pantatku hingga terasa panas dan sakit. Di tempat lain Pak Usep terus menahan kepalaku yang sedang mengulum penisnya sambil memaju-mundurkan pantatnya seolah sedang menyetubuhiku, wajahku makin terbenam pada bulu-bulu kemaluannya yang lebat.

Tidak lama kemudian kurasakan penis Pak Usep dalam mulutku semakin berdenyut dan akhirnya tumpahlah spermanya di mulutku. Ehheek.. hhkk.. aku tersedak tapi kepalaku ditahan olehnya sehingga terpaksa cairan itu kutelan, sebagian meleleh keluar membasahi bibirku. Pada saat hampir bersamaan pula aku klimaks yang kesekian kalinya, tubuhku mengejang, aku ingin menjerit namun mulutku tersumbat penis Pak Usep sehingga hanya terdengar suara erangan tertahan dari mulutku yang berlepotan sperma dan airmataku makin membanjir.

Beberapa menit kemudian akhirnya Pak Riziek ejakulasi, aku merasakan cairan hangat dan kental menyirami duburku. Aku merasa sangat lelah, napasku terengah-engah dan menangis terisak-isak apalagi saat kudengar mereka tertawa-tawa dan mengucapkan kata-kata yang merendahkan kami, makin panas saja telinga dan hatiku.

Pak Riziek masuk ke dalam dan tidak lama kemudian ia kembali dengan 2 gelas air, disodorkannya gelas itu padaku dan Rina yang dibangunkannya dengan menyiram air kolam. Langit sudah gelap ketika itu, Pak Riziek keluar membeli makan malam untuk kami. Sambil menunggu Pak Usep beristirahat dengan berendam di kolam dangkal bersamaku dan Rina, tingkahnya seperti raja minyak saja, dia meminta Rina yang payudaranya montok melakukan pijat ala Thai, sedangkan aku digerayangi dan diciuminya seperti mainan. Sungguh benci aku padanya, tapi terpaksa harus bersikap manis agar dapat lekas bebas darinya.

Malam harinya sebelum tidur kami main berempat sekaligus di ranjangku. Pak Usep berbaring, aku naik ke atas wajahnya berhadap-hadapan dengan Rina yang naik ke atas penisnya. Kami berdua sibuk mengkaraoke penis Pak Riziek yang mengacung di antara kami. Secara bergantian kami menjilati dan mengulum penis itu hingga memuncratkan maninya membasahi wajah kami. Sementara itu kurasakan vaginaku mulai banjir lagi akibat permainan lidah Pak Usep.

Malam itu, setelah digarap habis-habisan akhirnya kami berempat tertidur kelelahan di kamar itu. Pagi harinya kembali aku digarap di bathtub oleh Pak Riziek ketika mandi bersama, aku dibuatnya klimaks dua kali dan dia semprotkan maninya dalam vaginaku.

Setelah seharian menjadi budak seks, mereka akhirnya mengembalikan klise itu pada kami. Kami memeriksanya dengan seksama agar tidak mendapat kesulitan lagi di kemudian hari. Segera setelah itu kusuruh mereka hengkang dari villa-ku dan kami pun pulang ke Jakarta. Hari berikutnya Pak Riziek menghubungi ayahku untuk pamit mengundurkan diri dan sejak itu pula atas bujukanku dengan macam-macam alasan, keluarga kami tidak pernah lagi menyewa orang untuk menjaga villa.

Aku masih dendam pada mereka yang telah memperdayaiku, namun terkadang aku merasa rindu mengulanginya, rindu tangan-tangan kasar itu menggerayangi tubuhku. Hingga detik ini belum seorang pun mengetahui peristiwa itu temasuk keluarga dan kekasih kami. Pengalaman pahit ini hanya kuceritakan pada pembaca 17tahun.com sebagai curhat dan juga peringatan agar tidak ceroboh menyimpan rahasia pribadi supaya tidak mendapat kesulitan seperti kami.

TAMAT




Komentar

0 Komentar untuk "I know what you did last holiday - 2"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald