Anneke: 7 days to exhibit - 3

0 comments

Temukan kami di Facebook
Kudengar Anneke kembali menyiram tubuhnya. Tak lama kemudian, suara pintu kamar mandi terdengar berderit. Anneke baru selesai mandi. Aku mencoba membayangkan saat dia baru keluar dari kamar mandi dengan menjinjitkan kakinya karena khawatir telapak kakinya akan membasahi lantai keramikku. Kubayangkan rambutnya yang masih basah dengan handuk yang melilit tubuh indahnya. Kubayangkan tetes-tetes air yang jatuh dari tubuhnya ke lantai, tercecer dalam kristal-kristal yang bening. Kubawa terlena semua bayang-bayangku hingga akhirnya aku tertidur.

Mas Adit pulang baru pada pukul 8 malam. Atas inisiatifnya sendiri yang selalu tak pernah dapat kucegah, Anneke menyiapkan makan malam kami. Dari persediaan bahan yang ada di lemari es, dia memasak masakan ala serba Thai. Ada kangkung pedas, ada Tom Yang Goong dan menu utamanya adalah Pla Jian, masakan dari ikan campur jahe. Ah, anak ini memang benar-benar pintar membawa diri. Suamiku makan dengan lahapnya. Selama makan, aku berlagak seakan tak ada hal aneh yang pernah terjadi. Seakan aku tak tahu bahwa dia telah mengintipku mandi, dan sebaliknya aku juga tidak ingin menimbulkan kecurigaannya bahwa aku juga telah mengintipnya saat dia mandi. Besok Anneke akan menghadapi wawancara akhir yang akan berlangsung di kantornya pada pukul 11 siang. Rencananya, dia akan berangkat dari rumah besok pada pukul 10 pagi. Dia sudah memperhitungkan bahwa paling lama dalam waktu 30 menit, dengan taksi dia akan dapat mencapai kantornya.

Hari ke-4

Seperti biasanya, Mas Adit sudah berangkat ke kantor pada pukul 7.30 pagi. Setelah menyapu lantai, aku langsung mandi. Kali ini aku pergi mandi dengan tersenyum geli. Aku akan mandi berdasarkan sebuah skenario yang telah kupersiapkan masak-masak dalam benakku sejak malam menjelang tidur. Sebelumnya, aku mondar-mandir di ruang keluarga dengan bermantelkan handuk mandi yang membungkus tubuh, handuk yang baru kali ini kupakai sejak Mas Adit membelikannya sepulang dari Hongkong bulan lalu. Aku ingin memastikan bahwa Anneke mengetahui saat aku akan mandi. Saat kututup pintu kamar mandi, sengaja kuperdengarkan dengan keras saat slot kunci pintu kupasang. Kuperdengarkan juga suara-suara air yang menyirami kakiku. Semua itu memang kumaksudkan agar Anneke mengetahui bahwa aku sekarang sedang akan mandi. Dan sesuai dengan harapanku, kulihat kembali kaki indah itu dari celah bawah pintu kamar mandi. Kaki Anneke. Terselip rasa geli dalam hatiku. Aku seperti anak-anak yang begitu senang mendapatkan mainannya. Dan kurasakan betapa main-main seperti ini dapat menyenangkan hati pula. Aku tersenyum sendiri sambil terbatuk-batuk.

Aku membayangkan diriku seolah penari striptease yang sedang berada di atas panggung hiburan. Kulepas busanaku satu persatu dengan gaya erotis. Pertama, kulepas ikat pinggang mantel handukku. Kemudian aku bergaya seolah menggulung rambutku. Gaya seperti ini akan tampak menggairahkan apabila terlihat dari arah samping. Oleh karenanya aku berdiri di dekat bak mandi secara menyamping dari arah pintu. Kemudian kulepas mantelku dan kugantung di gantungan baju di balik pintu. Aku yakin saat ini jantung Anneke mulai berdegup kencang. Sebelum aku melepas BH-ku, kumasukkan tangan untuk menggaruk-garuk buah dadaku seolah gatal sambil sedikit mendesah. Aku juga menggosok leherku. Ini kulakukan untuk menunjukkan pada Anneke betapa sensualnya leherku. Aku kemudian mengelus dagu, rahang hingga belakang telingaku. Tempat-tempat itu biasanya merupakan sasaran bibir dan lidah saat seseorang berkesempatan untuk mencium dan menjilatinya.

Kugosok juga ketiakku. Kuangkat tinggi-tinggi tangan kiriku kemudian kuelus dan kugaruk lembut lembah ketiakku. Teman dan tetanggaku Indri, sangat keranjingan apabila menyaksikan ketiakku karena menurutnya ketiakku indah dan harum seperti ketiak dewi dari surga. Maklum saja, itu menurut orang yang sedang keranjingan. Kemudian kedua tanganku meraih kancing BH di punggungku. Gaya membuka kancing BH ini adalah juga sesuatu yang sangat disenangi oleh para wanita dan pria hidung belang, karena saat membuka kancing BH, seorang wanita akan memperlihatkan lengannya yang mulus, sedikit ketiaknya, juga dadanya yang tertarik ke belakang hingga payudara akan tampak lebih kencang dan menggembung. BH itu kembali kusangkutkan di gantungan baju. Aku teringat celana dalam kotorku kemarin yang telah dilumat oleh bibir dan lidah Anneke. Sekarang akan kutinggal BH-ku di gantungan ini. Aku ingin melihat ekspresi Anneke saat menciumi BH-ku nanti. Kemudian kuamati perutku yang masih mulus tanpa lipatan.

Kini saatnya kurogoh celana dalamku. Dengan melewati 'tahi lalat' yang berada di tepi celana dalamku, kuelus kemaluanku. Kumasukkan jari-jari ke belahan kemaluanku dan menggosoknya. Kemudian kuperosotkan celana dalamku hingga terentang di kedua pahaku dan kembali dengan tangan kuelus bibir vaginaku yang kini sepenuhnya terbuka. Kulihat kaki Anneke belum bergerak dari tempatnya. Kupikir, tentunya saat ini dia sedang mati-matian berusaha menahan gejolak birahinya. Aku tersenyum geli dengan permainanku sendiri.

Kemudian giliran pantatku. Aku merundukkan badanku setengah menungging kemudian menggosok-gosok pantat beserta belahannya. Kumasukkan jari-jariku pada belahan itu dan kutusukkan jari ke lubang analku. Aku memutar tubuhku hingga pantatku membelakangi pintu agar dari tempat Anneke nampak gempalnya pantatku yang menurut Indri sangat seksi. Dan akhirnya kulepas sama sekali celana dalam dari pahaku. Kini saatnya aku mandi setelah sebelumnya kucuci tangan, jari-jari dan lenganku. Kemudian kucuci kakiku, jari-jarinya dan betis serta pahaku. Ini selalu kulakukan untuk menghindari keterkejutan tubuhku yang akan dengan tiba-tiba tersiram air yang dingin ini. Kemudian kuguyur seluruh tubuhku.

Gayung air kupenuhi kemudian mulai kuguyurkan dari kepalaku. Kusabuni seluruh bagian tubuhku. Aku bernyanyi-nyanyi kecil sambil melirik kaki Anneke di sebelah pintu yang sama sekali tidak bergerak sejak awal aku masuk kamar mandi tadi. Entah apa yang sedang dilakukannya. Bukan tidak mungkin tangannya sedang mengocok vaginanya. Setelah mandi aku menyambar handuk dari gantungannya untuk mengeringkan badan. Kemudian kukenakan mantelku. Setelah selesai, aku segera keluar kamar mandi dan langsung menuju ke kamarku. Kulihat Anneke telah kembali duduk manis sambil berpura-pura membaca koran pagi di ruang keluarga.

Di kamar, aku memasang telinga. Beberapa saat kemudian kudengar Anneke memasuki kamar mandi. Aku bergegas menuju ke pintunya. Kali ini gilirankuku yang dibuatnya blingsatan. Kali ini Anneke bukannya langsung mandi tetapi malahan mengikuti dorongan birahinya dulu. Dia memeriksa apa-apa saja yang kutinggalkan di gantungan baju di balik pintu. Dia pasti telah menemukan BH dan celana dalam kotorku. Pertama, dia raih BH-ku dan diciuminya. Di sini aku melihat adegan yang sangat erotis. Anneke mengangkat baju kausnya hingga ke atas buah dadanya yang montok dan ranum itu. Kemudian sambil menciumi BH-ku, tangannya meremasi payudaranya dengan penuh birahi. Tangannya begitu erat meremas payudaranya. Jari-jarinya memilin puting-putingnya secara bergantian antara kiri dan kanan. Anneke mendesah dan merintih nikmat. Kemudian diraihnya celana dalamku untuk kembali diciuminya. Celana dalam beserta BH-ku telah berada di tangannya untuk secara bergantian dicium dan dilumatnya hingga basah kuyup oleh air liurnya, sambil memilin puting susunya.

Rupanya karena baru saja mengintipku mandi tadi, birahi Anneke dengan cepat naik hingga ia tak mampu lagi menahannya. Dia segera bergerak merangkak di lantai. Kutunggu apa yang akan diperbuatnya. Diraihnya gayung air plastik dari tepi bak mandiku. Tangkainya yang berupa plastik licin membulat itu dijadikannya dildo untuk merangsang kemaluannya. Tangan kanannya memegang bibir gayung air itu dan menempelkan tangkainya ke vulvanya, kemudian ia mencoba memasukkan ke lubang surganya. Dia terus menusuk-nusukkannya hingga akhirnya pelan-pelan tangkai itu berhasil menembus vagina dan tenggelam ke dalamnya. Dia mengaduh dan merintih tertahan. Kulihat kini dia mulai mengocok tangkai gayung air itu ke lubang kemaluannya. Sementara itu pantatnya bergerak maju mundur menyongsong tangkai itu. Mungkin dia membayangkan dirinya sebagai anjing betina yang sedang digasak oleh jantannya. Dia melakukan manuver anjing betina itu dalam waktu yang cukup lama dan semakin cepat gerakannya. Aku benar-benar dibuatnya blingsatan. Vaginaku terasa berdenyut-denyut hingga cairan birahiku mengalir dengan sangat deras.

Nampaknya dia sedang berusaha meraih puncak kenikmatannya. Anneke mengubah posisinya hingga gayung air yang berbentuk segi empat dengan tangkainya yang bulat panjang seukuran penis itu tegak lurus ke lantai. Dia pegang dan dicoba didudukkannya, kemudian diposisikannya lubang kenikmatannya agar tepat berada di atas tangkai itu. Dan setelah beberapa kali dia bergerak menekan-nekan ke bawah, akhirnya tangkai gayung air itu amblas ditelan vaginanya. Anneke kini menggenjot tangkai itu naik turun seperti layaknya sedang menyetubuhi penis lelaki. Tangan kanannya terus menahan gayung air itu agar tetap berada di tempatnya sambil menyandarkan wajah dan memiringkan tubuhnya ke dinding untuk memberikan kesempatan pada tangan kirinya agar dapat menahan BH dan celana dalamku untuk dapat terus menciuminya.

Akhirnya, dengan diakhiri desah dan rintihannya yang memburu, cairan birahi muncrat dari vaginanya. Anneke meraih orgasme untuk kedua kalinya di bawah sorotan mataku. Aku kembali sangat terkesan melihat apa yang telah diperbuat Anneke hingga membuat birahiku kambuh lagi. Dan seperti halnya kemarin, aku segera bergegas ke kamarku. Aku terus teringat dan terbayang saat Anneke menjadi anjing betina dan melakukan masturbasi dengan tangkai gayung air kamar mandi tersebut. Aku seakan mendengar desah dan rintihannya kembali. Aku mengulangi melakukan masturbasi dengan dildoku hingga aku juga akhirnya meraih orgasmeku berkat tontonan erotis Anneke tadi.

Tepat pada pukul 10 pagi itu, Anneke keluar dari kamarnya dan berpamitan untuk berangkat ke kantornya. Aku menitipkan uang untuk dibelikan buah-buahan sepulangnya dari kantor nanti. Kini aku duduk sendirian di sofa ruang tamu. Aku menjadi banyak melamun. Sosok Anneke telah memasuki relung hatiku. Aku jadi merasa kesepian saat dia pergi ke kantornya. Sampai dengan hari ke-4 sekarang ini, Anneke telah berhasil membuatku "panas dingin". Ada terselip keinginan untuk mendekatinya secara terbuka. Tetapi aku memiliki banyak keraguan. Aku khawatir dia belum siap hingga hubungan kami yang sudah baik ini justru akan rusak. Jadi kupikir untuk sementara ini, biarlah aku akan menikmati birahiku hanya dalam khayalan bersama Anneke yang manis ini.

Saat sedang sendirian seperti ini, pikiranku selalu menuju ke arah seksual. Dan akhir-akhir ini Anneke telah merampas seluruh lamunanku. Aku sering membayangkan sedang duduk bersamanya di sofa ini. Kemudian kami saling mengelus paha, saling melumat bibir, saling menjilati payudara, maupun ketiak kami. Kami akan saling bertukar celana dalam. Aku akan melepas celana dalamku untuk kuberikan padanya, demikian pula sebaliknya dengan dia. Dan dengan sepenuh hati, hidungku akan menghirup dalam-dalam hingga aroma celana dalamnya mengisi seluruh rongga paru-paruku. Demikian pula sebaliknya dia akan mencium dan bahkan melumati celana dalamku. Anneke, kapan hal seperti itu akan kita alami? Kapan kamu memberikan keringat, ludah, ketiak, buah dada, aroma badan bahkan aroma liang surgamu untuk kuhirup, kucium dan kujilat. Kapan?

Bersambung...




Komentar

0 Komentar untuk "Anneke: 7 days to exhibit - 3"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald