Biar lambat asal nikmat - 6

0 comments

Temukan kami di Facebook
Ampun...batin Farid...rejeki nih. Dengan genetar ia singkapkan daster budenya, nampaklah bongkahan pantatnya yang besar, terbungkus CD putih yang ketat. Farid mulai memijatnya, meremasnya sih kalau mau lebih tepat. Tangannya jahil, sehingga ”Tak sengaja” belahan pantat budenya jadi tersingkap dari CD nya. Farid nyaris melotot sampai matanya mau copot, belahan pantat itu dihiasi jembut lebat yang nampaknya menyambung dari bagian m3meknya. Gilaaaa....kont01 Farid nyut – nyutan. Budenya kembali bicara.

”Memangnya kalau kont01 kamu bangun, mau kamu apain Rid..? tidurin lagi dong, biar anteng.”
”Maunya sih bude, tapi sulit...habis sudah melihat bodi bude yang seksi...bangunnya jadi lama banget.”
”Masa sih...? Sekarang masih bangun...? Mana sini coba bude sentuh.”

Wow...this is too good too be true sorak Farid dalam hati. Budenya masih telentang Nampak menjulurkan tangannya, Farid segera pasang posisi untuk memudahkan tangan budenya menyentuh tonjolan di balik celana pendeknya itu. Sri menjulurkan tangannya, awalnya ia mengira hanya akan menyentuh kont01 keponakannya yang standart – standart sajalah. Tentunya standart menurut jualifikasinya Sri sendiri. Perkakas suaminya juga lumayan mengesankan.Lha..Sri saja doyan banget sama perkakas suaminya. Tapi saat ia menyentuh tonjolan di balik celana keponakannya itu, merabanya, mengira – ngira sizenya, Sri agak bergidik dan bergairah....gilaaaa...ini sih lebih dari standart. Ia hanya memegangnya sebentar, lalu melepasnya lagi, masih senang menggoda Farid.

”Iya...memang bangun Rid. Kamu nggak kasihan apa..?”
”Maksud bude...? kasihan apaan...?”
”Iya...sesak dong itu kont01 kamu, sudah keras begitu, disekap terus dalam celana. Dikasih udara segar dong.”
”Ah,,,nggaklah bude, nanti saja, malu sama bude.”
”Kamu ini...ngomongnya nggak malu. Sudah bebaskan saja...nggak kenapa, sama bude saja malu. Kayak bude belum pernah lihat kont01 saja sebelum ini. Sana, kamu bebaskan dulu. Sama bude sendiri kok malu.”

Farid segera melepas celananya, kolornya, melemparnya ke lantai. Kont01nya yang sudah ngaceng mengacung bebas dan tegar berkibar. Budenya masih teletang kembali menjulurkan tangannya, menyetuh perkakas keponkannya yang sudah bebas itu, kini saat tak tertutup celana, Sri merasakan kont01 keponakannya bahkan sangat mengesankan. Ia meraba dan mengelusnya. Farid tentu saja tak merasa perlu protest. Sri melanjutkan percakapan...

”Eh...kayaknya kont01 kamu gede juga ya...bude boleh lihat nggak..?”
”Boleh saja bude...sama keponakan sendiri saja kok malu hehehehe.”
”Ngebalas omongan bude nih ceritanya...dasar nggak mau kalah ya kamu.”

Budenya segera berbalik, matanya menatap terpesona melihat kont01 Farid. Kini Sri teringat saat ia melihat adiknya Lisna yang wajahnya sangat ceria di pagi itu, waktu ia menginap di sini. Sebenarnya Sri berpikir, kok wajah adiknya ceria seperti wajah istri yang semalam baru dipuaskan suaminya secara maksimal. Kalau melihat kapasitas kont01 si Farid sih, wajar saja kalau adiknya itu ceria. Ia dan naluri kewanitaannya sangat yakin kalau adiknya itu telah melakukan hal itu dengan Farid. Tapi ia tak akan menanyakan atau menegurnya. Apa bedanya dia dengan adiknya. Posisinya saat ini juga sedang mengarah ke sana. Apa yang adiknya lakukan, itu urusannya. Kembali ia berucap

”Gede amat...eh bude boleh..eh menghisapnya...sebentar saja....penasaran eh ngerasain.”
”Lama juga boleh kok bude.”

Gong...Farid sudah sangat yakin, this is show time baby...yeah, soraknya dalam hati. Nggak mungkin meleset. Farid segera bergeser bersandar di kepa ranjang. Budenya bangkit, kini posisinya agak menungging, masih mengenakan dasternya. Budenya Nampak masih memandangi kont01nya sebentar. Tangannya lalu mulai menjulur, memainkan dan meremasi biji peler keponakannya itu. Enak dan lihai…biji peler Farid terasa sangat nyaman saat budenya memijatnya, sedikit kuat namun lembut juga dan tak menyakitkan. Benar – benar patent, kalu tak ahli benar, yang ada bisa sakit kalau biji kita diremas kuat. Tapi ini beda, budenya meremasnya kuat sampai batas minimumnya saja. Benar – benar membuat biji peler Farid berdenyut nikmat bahkan saat tangan bibinya sudah tak meremasnya lagi.Tak menunggu jeda, biji pelernay sudah dikenyot dan dikulum sama mulut budenya, sementara tangan bude mengocok kont01nya....buset...ganas juga bude pikir Farid. Asik rasanya saat merasakan biji pelernya seakan mau melesat dari kuluman di ujung bibir budenya itu, geli – geli penuh sensasi yang gimana gitu....

Puas menservis bijinya, kini lidah bude mulai menjilati kepala kont01nya, memulasnya dengan gerakan melingkar, sesekali menusuk lobang pipisnya. Lidahnya juga mulai menjilati batang kont01nya, tak satu bagianpun terlewatkan. Lambat saja, namun penuh tekanan tenaga pada tiap jilatannya. Akhirnya mulutnya pun mulai menelan kont01nya, kulumannya lembut dan erotis, hisapannya maksimal, juga mulutnya mengocok dengan sangat mantap. Gilllaaaa...ibunya saja sudah sangat enak saat menghisap kont01nya....budenya malah jauh lebih edaaan....mulut budenya mulai ganas, sambil memompa kont01 Farid, tangannya juga meremas dan mengocoki pangkal batang kont01nya. Bibirnya sangat terampil menyentuh bagian kont01nya, memberikan raa basah, geli dan nikmat...campur aduk jadi satu.

Farid mendesah, tangannya segera membuka kaosnya, ia lalu agak mencondongkan badannya, nggak mau tinggal diam, ia singkap dster budenya, menampakkan kembali bongkahan semok pantatnya itu, dengan kasar ia turunkan CD budenya sampai ke pahanya. Kepalanya mendekat, memandang belahan m3mek budenya yang tebal. Mulutnya segera menciumi belahan m3mek itu, jarinya membelainya, m3mekarkannya. Terasa m3mek bude mulai basah, bude makin hot saja posisi nunggingnya, farid mengagumi keindahan jembut yang menghiasi belahan pantat budenya, juga lobang pantat budenya, tapi nggak terlalu memikirkannya. Ia lalu mulai menjilati dan memainkan lidahnya, sama panasnya dengan permainan budenya. Lobang m3mek yang kemerahan itu makin mekar, farid tanpa ragu langsung menusukkan 3 jari sekaligus, menyodok – nyodok m3mek budenya, yang makin hot saja menggoyangkan pantatnya. Lidahnya agak sulit mencari posisi it1l budenya yang sedng nungging itu...nah ketemu, sudah besar dan maksimal, digoyangkannya dengan cepat dan lincah ke sana kemari. Ketiga jarinya makin cepat dan sudah lengket saat menyodok – nyodok m3mek budenya. Sesekali terdengar desahan budenya yang tertahan aksi hisapan kont01nya. Farid merasakan nikmat menjalar saat mencium aroma wangi yang khas dari m3mek budenya, juga hisapan pada kont01nya makin ganas, seiring makin cepatnya sodokan jari dan permainan lidah Farid di it1l budenya itu.Lama mereka berdua saling menyerang, memberikan kepuasan, akhirnya...budenya mengejang, mengeluarkan orgasmenya. Farid juga nyaris klimaks. Beruntung budenya saat itu menghentikan hisapannya.

Farid sudah tak sabar, bersiap membaringkan budenya, tapi budenya keburu berdiri, menurunkan celana dalamnya, melemparkannya ke atas tempat tidur. Budenya berucap.

”Rid...sabar dulu ya...5 menit saja. Bude ada perlu siapin diri...sabar ya tahan sebentar...”
”Duh....tanggung nih bude....”
”Iya...iya bude tahu...bude juga sama, tapi nahan 5 menit tak apakan, toh waktu kita masih sangat panjang. Lagian ini juga buat enaknya kamu kok. Bude janji deh...5 menit saja ya.”

Budenya keluar dari kamar, Farid hanya berbaring rada BeTe, tapi lumayanlah bisa menetralkan kont01nya yang hampir ngecret. Iseng ia ambil CD budenya, menciumi aromanya dengan hidungnya, sambil sesekali mengocok pelan kont01nya. Terdengar suara air di kamar mandi luar....duh bude pikir Farid...padahal tak perlu mandi segala, sudah nanggung juga. Untungnya tak lama budenya kembali, tapi nggak seperti habis mandi...sebodohlah...habis ngapain kek...yang penting farid sudah nggak tahan.

Baru juga budenya sampai di pinggir tempat tidurnya., Farid sudah menarik lengannya, merebahkannya, dengan gansa farid menciumi bibir dan leher budenya, tangannya meremasi tetek besar budenya, terasa pentil yang mengacung, tak sabar Farid berusaha melucuti dasternya, budenya nyengir melihat ketidaksabaran farid, segera membantu melepaskan daster. Mata Farid menatap rimbunan keteknya saat budenya melepas dasternya adi, segera ia rebahkan kembali budenya, mengangkat lengannya, dan mulai menciumi keteknya, menjilati sambil seseklai menarik – nariknya lembut. Bergantian kiri dan kanan, sangat seksi dan merangsang sekali buat Farid. Lalu akhirnya mulutnya mulai bergerilya di tetek besar yang sudah lama ia idamkan, pentilnya jelas sudah keras dan mengacung, gillaaaa....besarnya, sangat berasa sat lidahnya memainkannya, budenya kelojotan saat ia menghisap pentilnya bergantian dengan kuat.

Dan budenya juga sudah tak tahan ingin merasakan kedashyatan kont01 keponakannya ini, ia merenggangkan kakinya, lalu tangannya mengarah ke selangkangan Farid yang masih asik menghisapi pentilnya. Digenggamnya kont01 Farid, membimbingnya menuju lobang m3meknya, blesss,,,kont01 Farid mulai menerobos....budenya nampak bergetar, menikmati kesan yang mendalam saat kont01 Farid sudah amblas seluruhnya. Farid pun sama, diam sejenak menikmati kehangatan m3mek budenya. Lalu ia mulai bergerak memompakan kont01nya...perlahan lalu cepat, tangannya bertumpu menopang tubuhnya, matanya menikmati tetek besar yang bergoyang itu, pompaannya makin cepat...semenit...dua menit...tiga menit...budenya sudah kerap mendesah....

”Riiiiddd....Auwww.....Soddoookkkkk....”
”Yessss.....Sssttttttt.......Gilaaaaa.....”
Ooohh......Aaahhhh....”

Budenya mengejang kuat sekali, bahkan Farid merasakan betapa kont01nya seperti disirami rasa hangat yang besar saat budenya menyemburkan orgasmenya.Farid segera berhenti menyodok, mencabut kont01nya. Dengan cepat ia berbaring sejajar di belakang budenya. Memiringkan tubuh budenya. Budenya yang tahu keinginan keponakannya ini, lalu mengangkat stu kakinya agak ke atas, membuka jalur buat kont01 Farid....dan blessss, kembali Farid memompa kont01nya, kali ini budenya memberikan perlawanan, mennoyangkan pantatnya berlawanan dengan gerkan sodokan Farid, membuat kont01 Farid serasa dibetot. Sodokannya makin kuat.
Satu tangannya memegang panhkal lengan budenya, mengelus dan memainkan rimbunan keteknya. Tangan yang lain membelai mesra dan meremasi tetek besar budenya itu, bibirnya asik berciuman dengan ganas. Sementara budenya menambah kepuasannya sendiri dengan memainkan it1lnya menggunakan jarinya sendiri. Nggak ku ku deh.....kurang apalagi enaknya hidup ini pikir Farid. Makin kuat saja ia menyodokkan kont01nya, desahan budenya seperti penyiram energi bagi nafsu mereka, keringat mereka mulai mengalir, tapi tak mengurangi sedikitpun keasikan mereka. Kont01nya menerobos lancar keluar masuk, menghantam lobang m3mek budenya, bahkan gerakan pantat budenya makin heboh memberikan perlawanan, Farid memang sudah lama terobsesi sama budenya, makanya di saat pertama ini ia benar – benar sulit mengatur emosinya yang menggelora, sodokannya sangat cepat, dan akhirnya berbarengan dengan budenya yang mencapai klimaks....ia pun mencapai puncaknya juga, terkulai lemas. Diam sejenak, ia cabut kont01nya. Berdua berbaring dalam diam agak lama. Kont01nya sudah pulih dan mengacung lagi. Dia hanya melihat budenya membuka laci, mengambil handuk dan botol berisi cairan bening. Budenya lalu menyeka bersih kont01nya juga m3meknya, lalu mulai berbicara...

”Pintar kamu Rid...lagipula sekarang sudah bangun lagi hehehe.”
”Ya...semangat muda bude, masih menggelora, juga budenya memang hot sih.”
”Yuk lanjut...tapi bude mau kamu sodok dari pantat...”
”Pantat...?”
”Iya...memangnya kamu belum pernah...?”
”Be..belum...”

Budenya nyengir saja, mengambil botol yang ternyata baby oil. Budenya lalu melanjutkan pembicaraan.

”Tenang saja, sama saja kok enaknya dengan lobang m3mek. Nah saat melihat kont01 kamu tadi tadi itu, bude nggak bisa nahan diri...bude pikir pasti enak kalau kont01 kamu nyodok pantat bude. Juga sudah agak lama bude nggak disodok pantatnya sama Pakdemu. Makanya tadi bude keluar sebentar ke kamar mandi buat bersihin daerah itu,biar kamunya enak dan juga lancar nyodok tanpa gangguan. Yuk...mau nyobain nggak...?”
”Ma...mau dong bude.”
”Nah sekarang kamu mainin dulu sambil siramin baby oil ini ke lobang pantat bude, tenang saja sudah bersih. Kalau ndak dikasih oil, bude agak sakit pas disodok.”

Tentu saja Farid tak menyiakan kesempatan ini, ia belum pernah sih menyodok dari lobang pantatnya. Dengan pacarnya dulu, ia juga sudah cukup puas menyodok lobang m3meknya. Kini budenya mulai berbring, lalu melipat kedua kakinya, dan melebarkannya, pantatnya terangkat tinggi, menampakkan lobang m3meknya tang memerah bekas disodok tadi, juga lobang pantatnya yang masih kecil. Agak ragu Farid mendekatkan mulutnya, nampak jembut sedikit menghiasi sekelilingnya, ternyata tak berbau, malah wangi sabun. Farid mulai menjilatinya dengan lidahnya, lobang itu kelamaan menjadi mekar...setelah agak lama budenya kembali mengarahkannya.

”Sodok – sodok pakai jari kamu Rid. Jangan lupa disirami baby oil...Ughhhh...”

Farid segera menusukkan jari engahnya, bude Sri agak mengerang, membuat ragu Farid, tap mata budenya segera meyakinkannya untuk terus, ia buka tutup baby oil, menyiramnya sebanyak mungkin ke lobang pantat dan jarinya. Jari tengahnya mulai menyodok dengan lancar, lobang pantat bude mulai mekar, sesekali bude nampak enggoyangkan pantatnya, Farid makin menyukai hal baru ini, ia tuangkan lagi baby oil, kini bahkan ia menyodok lobang pantat budenya dengan jari tengah dan jari telunjuk sekaligus, lobangnya makin lebar, desahan budenya makin kuat. Lama sekali ia menyodok lobang pantat budenya...budenya kembali berucap...

”Ayoooo Riiid...masukkin...pakaiiii....kontoooolllmuuu...Aww....”

Farid segera melepaskan jarinya, secara naluriah ia menyiramkan baby oil ke kont01nya, ia tutup botol itu, dilemparnya sembarang. Kaki budenya yang terlipat makin lebar saja mengangkan, lobang pantatnya sudah mulai merekah lebar kemerahan. Farid memposisikan diri...sekali meleset, kedua sama saja...budenya membantu...digenggamnya kont01 keponakannya itu, diarahkan ke lobang pantatnya, perlahan kepala kont01 Farid menerobos...perlahan namun pasti...

”Aaaahhh....Auhhh...Gilaaaa...Terusssss saaajjaaa...Riiiiddd...”

Ekspresi wajah budenya agak mengernyit sedikit, sementara kont01 Farid sudah amblas seluruhnya, Farid mendiamkan, rasanya kont01nya dicengkram dengan sangat kuat. Akhirnya ia mulai memompa, masih seret di awalnya, juga budenya agak mengerang...lama – lama seiring lobang pantat bude yang makin mekar, kont01nya dapat memompa dengan leluasa.....sumpaaahhh, Farid membatin, enak banget, mesti praktekkin sama ibu nih.Kont01nya menyodok kuat dan cepat, bibinya mendesah tak eruan, matanya merem melek, Farid makin nafsu dan makin cepat menyodok....budenya sesekali menggiyangkan pantatnya, akhirnya mengejang...orgasme lagi, farid masih asik saja menyodok pantat itu, kini bisa leluasa mendekatkan tubuhnya ke tubuh budenya, tangannya kembali meremas dengan kuat tetek budenya. Sebagai variasi ia cabut kont01nya, menyodoknya ke lobang m3mek budenya yang sudah menganga lebar, disodok dengan kuat dan dalam, sampai –sampai bude Sri merasa agak sesak namun nikmat...lumayan lama ia menyodok m3mek budenya, ia cabut lagi, mengarahkan kont01nya kembali ke lobang pantat budenya. Kali ini mudah saja, karena lobang pantat itu juga sudah menganga lebar. Terasa hangat dan penuh cengkraman pada kont01nya. Ia maju mundurkan pantatnya, memompa dan menyodok dengan cepat dan stabil, bibirnya kembali menciumi bibir budnya yang membalasnya dengan tak kalah ganas. Plok...plok...bunyi pahanya yang beradu dengan belahan pantat montok budenya sat ia menyodok ke dalam makin menambah tinggi suasana penuh rangsangan ini. Keringat nampak mengaliri wajah Farid, tapi ia belum klimaks, ia makin ganas saja menyodok...lagi...dan lagi...dan.....lagi.....akhirnya denyut nikmat pada kont01nya menandakan ia mendekati klimaks, ia peluk kuat budenya, menciumnya dengan hangat, satu sodokan kuat ke lobang pantat bude Sri mengakhiri semuanya...crooot....crooot. pejunya memuncrat membasahi lobang pantat budenya. Farid mencabut kont01nya, lalu berbaring lemas. Budenya segera mendekati kont01nya, menjilati sampai bersih sisa peju yang menempel. Puas banget si Farid. Setelah suasana mulai adem, budenya membuka kembali percakapan...

”Jadi...gimana Rid...masih berpendapat budemu ini masih cantik dan seksi...?”
”Pastilah bude. Bahkan untuk selanjutnya juga Farid nggak bakalan bosan nyodokin bude...itu juga kalau bude mau hehehe...”
”Ya wislah...tapi ingat...”
”Iya...iya Farid tahu...jangan sampai Pakde tahu kan...beres deh.”
”Hehe...pintar kamu. Sebenarnya tadi bude lupa blang, tapi juga nggak masalah sih.Kamunya juga sudah bgecret di dalam. Memang tak bakalan masalah. Bude sudah tak bakalan hamil kok hehehe.”

Mereka masih asik berbicara sambil bercanda. Sepanjang hari itu dan juga hari – hari esoknya mereka habiskan dengan saling bergumul memuaskan pasangannya. Tentu saja ada hambatan, kadang kalau siang mbak Sinta suka datang berkunjung ke ibunya, untung setiap kali ngewek pintu selalu terkunci. Jadi mbak Sinta akan menunggu sampai pintu dibuka entah oleh farid atau bude Sri yang memasang muka seperti orang habis tidur. Di kedepannya untuk kenyamanan, bude Sri meminta agar mbak Sinta sebelum datang menelepon dulu ke Hpnya, takutnya di sini pada tidur siang, jadi telepon dulu, supaya saat kamu datang, sudah dibukakan pintu, itu alasan bude, dan mbak Sinta tak curiga sedikitpun.

Pakde Harno memang pulang di akhir bulan, dapat jatah pulang seminggu. Saat pakdenya tiba, Farid memutuskan ijin pulang ke jakarta, akan balik saat Pakdenya berangkat kembali. Ia kangen sama ayahnya...terutama ibunya. Lagipula Farid mau memberikan waktu pada Pakdenya. Mungkin belakangan ia sudah santai, tak stress atau mengalami tekanan pekerjaan sehingga bisa membaik dari ejakulasi dininya. Sebagai insinyur mesin, kini saatnya ia turun mesin, membenarkan perkakasnya sendiri. Farid memutuskan menemui Lisna, ibunya, sekaligus mempraktekkan beberapa gaya yang ia dapat dari bude Sri. Toh nanti kalau ia balik ke Yogya, dan mulai kuliah lagi, sepanjang siang sampai sore bude Sri bisa ia garap sepuasnya.

Bude Sri sendiri menikmati babak baru kehidupan seksnya sama keponakannya Farid. Memang akhirnya suaminya bisa membaik, ternyata suaminya dulu mengalami ejakulasi dini karena stress memikirkan apakah dirinya akan terpilih atau tidak untuk proyek kerjasama dengan perusahaan pertambangan. Walau suaminya sudah membaik, bude Sri sudah kadung doyan sama kont01nya Farid, makin banyak makin nikmat...itu prinsipnya. Juga sama sekali tak bertanya pada adiknya Lisna atau Farid mengenai apakah mereka juga sudah melakukan hubungan seks. Apa bedanya sih sama aku pikir Sri. Toh Lisna juga sama...mencari sedikit tambahan kenikmatan.

Farid sendiri tetap melanjutkan kuliahnya, lalu hubungannya dengan Yuni..? Ah biarlah, slowly but sure, itu bagian cerita lain dalam hidupnya. Toh saat ini ada ibu dan bude yang sudah cukup menguras energinya. Farid tak menyesali aksinya yang rada terlambat...biar bagaimanapun...Biar Lambat Asal....Nikmat.

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Biar lambat asal nikmat - 6"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald