Sang Dewi - 2

0 comments

Temukan kami di Facebook
Kutarik rambutnya ke atas dan kuminta dia duduk di sebelahku, aku gantian berlutut di depannya, kembali kami berciuman bibir, lalu ciumanku mulai menjelajahi ke tubuhnya, kuluman telinga yang membuat Dewi menggelinjang, lehernya yang putih jenjang tak terlewatkan, lalu turun di sekitar dada dan tentu saja berhenti di kedua bukitnya. Kuamati lagi kedua buah dadanya yang masih terbungkus bra, begitu mulus dan indah, beruntunglah aku karena kaitan bra itu ada di depan, sambil menciumi bukit mulus itu dengan mudah tanganku membebaskan kedua bukit itu dari dekapan bra hitam, kini buah dada Dewi menggantung indah di depanku, sungguh padat, putingnya yang kecil kemerahan menghiasi puncak bukit itu.

Dewi menarik kepalaku ke dadanya, rupanya dia tak tahan dibiarkan lebih lama, lidahku segera menyusuri bukit kembar nan indah dari satu puncak ke puncak lainnya. Desis Dewi membuatku makin bernafsu untuk makin menikmati kedua bukit yang menantang itu, kukulum dan sedotan diselingi dengan remasan makin membawa kami naik tinggi melayang mengarungi birahi.

Dewi mendorong kepalaku ke bawah, aku tahu maksudnya, dia ingin aku segera beralih ke selangkangannya. Kembali kuamati tubuh Dewi yang sudah topless, aku baru tersedar bahwa celana dalam dia hanya segitiga menutup di depan model "thong", sungguh sexy dia mengenakan pakaian dalam seperti itu, kutarik celana dalam hitamnya hingga kaki sambil lidahku menyusuri pahanya yang putih mulus, kembali aku terkejut ketika tanganku meraba selangkangannya, tak kutemukan rambut di sekitar situ, rupanya dia rajin membersihkan rambut pubic-nya, sungguh indah melihat vagina tanpa rambut.

Kupermainkan jari tanganku di klitoris dan bibir vaginanya, dua jari sudah mengocok, Dewi menggeliat dan mendesis. Aku senganja tak mau menjilati vaginanya, masih ada perasaan bahwa dia habis "dipakai" orang lain, ntar saja setelah aku selesai dengannya.

"sekarang mas, please" pintanya seraya menyapukan penisku di bibir vaginanya yang sudah basah.
Dengan pelan kudorong penisku memasuki vaginanya sambil menikmati expresi kenikmatan di wajahnya yang cantik manis, mukanya memerah merasakan kenikmatan yang kuberikan sedikit demi sedikit, batang penisku makin dalam melesak di vaginanya, sudah lebih setangah dan tinggal sekali dorong ketika dia mendorong tubuhku, kutarik penisku dari liang sempit itu dan kudorong lagi perlahan, begitu seterusnya hingga seluruh 17 cm penisku tertanam di vaginanya, kudiamkan sejenak untuk menikmati kehangatan yang menyelimuti batang kejantananku, kurasakan remasan otot vagina yang kuat seakan memeras penisku, kulihat expresi kenikmatan yang terpancar di wajahnya. Matanya memandangku dengan pandangan yang susah kumengerti, antara sayu dan liar.

"fuck me know, please" katanya seraya menggoyangkan pantatnya yang langsung kusambut dengan kocokan pada vaginanya, dia mendesah desah dengan keras dan bebas, tangannya meremas kedua buah dadanya, aku paling suka menikmati wajah Dewi yang dilanda birahi tinggi, sungguh dia jauh makin cantik dalam keadaan terbakar nafsu seperti ini, tak bisa dinikmati kecantikan yang seperti ini dalam kesehari harian, suatu kecantikan yang tersembunyi jauh di balik penampilannya yang kalem dan pendiam, sungguh bodoh Agus mencampakkan wanita secantik dan se-sexy Dewi.

Semakin keras kocokanku, semakin keras desah kenikmatan keluar dari mulut mungilnya, dan semakin kuat dia mencengkeram kedua bukit di dadanya.
Kupegang kedua kaki Dewi, kukulum dan kujilati jari di kakinya, dia makin mendesah dan menggelinjang kenikmatan, campuran antara kenikmatan kocokan di vagina dan kegelian di jari kaki, matanya melotot ke arahku, makin cantik saja dan makin bernafsu aku dibuatnya. Kemudian kedua kaki itu kupentangkan lebar membuat penisku bisa masuk lebih dalam ke vaginanya, Dewi kelojotan dibuatnya, apalagi ketika sodokkan kerasku menghunjamnya.

Beberapa menit kemudian kurasakan kaki dan tubuhnya menegang, goyangan pinggulnya mulai tak beraturan dan..
"ouhh.. sshiit.. a.. aku.. mau.. ke..ke.. aaghh" tak sempat dia menyelesaikan kalimatnya ketika kurasakan denyutan kuat di vaginanya, begitu kuat hingga penisku seperti diremas remas, selama berdenyut pinggulnya makin liar bergerak diiringi teriakan orgasme yang keras, mungkin orang diluar kamar bisa dengar jeritan kenikmatan ini. Kembali kunikmati expresi orgasme di wajahnya, sungguh makin cantik dia tatkala orgasme.

Goyangannya berhenti tatkala denyutan itu berhenti, tapi segera berganti dengan kocokanku, dia melotot ke arahku senyum kenikmatan di bibirnya kembali berganti dengan desahan dan gelinjang nikmat, tak kupedulikan sorot mata protes darinya. Kocokanku berubah pelan dan panjang, kutarik pelan penisku hingga hampir keluar atau bila perlu hingga keluar dari vaginanya dan kembali kudorong perlahan hingga semua masuk dan kutarik lagi dengan cara yang sama, dengan cara ini kurasakan kenikmatan yang panjang, sepanjang penisku meluncur di vaginanya.
Dengan gerakan pelan dan panjang ini, birahi Dewi perlahan lahan kembali naik dan mengikuti iramaku, kuremas kedua buah dada montoknya, kakinya menjepit pinggangku erat, tak lama kemudian Dewi mendorongku menjauh hingga penisku terlepas dari vaginanya, lalu dia membalikkan badan siap dalam posisi doggie.

Sedetik kemudian kejantananku kembali melesak ke vaginanya, dia menjerit ketika kudorong penisku dengan keras, kupegangi pinggulnya dan aku mulai mengocok dengan iramaku sendiri yang terkadang sulit bagi dia untuk mengimbanginya. Sambil memeluk tubuhnya kuremas remas buah dada yang menggantung berayun bebas, dalam dekapanku tak banyak gerakan yang bisa dia lakukan kecuali hanya memutar mutar pinggulnya melawan gerakanku. Beberapa menit kemudian ketika aku hampir menggapai puncak kenikmatan, tiba tiba dia menghentikan gerakannya dan memintaku mengeluarkan penisku dari tubuhnya.

"aku ingin yang lain" katanya seraya berdiri lalu mematikan lampu ruang tamu, dia membuka lebar pintu yang menuju ke balkon menghadap ke laut, sungguh indah pemandangan dikeremangan malam diiringi desir angin pantai yang dingin sejuk, manambah keindahan tubuh Dewi dibawah siraman sinar bulan purnama, sungguh exotic. Dia langsung mengambil posisi nungging di kursi balkon, agak ragu aku melakukannya, khawatir kelihatan dari pantai.
Dewi berusaha meyakinkanku bahwa kamar ini sangat exclusive, tak mudah orang melihat atau mengintip, tapi aku masih ragu ragu, terlalu beresiko.

Kutarik Dewi ke lantai yang berlapiskan textur kayu, udara dingin tak kuhiraukan, dengan bersandarkan pada kursi kami bercinta doggie style menghadap keremangan pantai dan terpaan angin laut yang dingin, suasana sungguh exotic dan menggairahkan untuk bercinta open air seperti ini. Baru kali ini aku merasakan suasana ini, ternyata menambah gairah sexual, begitu romantic, kukocok Dewi sambil menikmati deburan ombak di keheningan malam dan indahnya bulan purnama diiringi hembusan angin malam dari pantai senggigi, kami berdua seakan berlayar di atas lautan kenikmatan.

Entah sudah berapa lama kami bercinta dengan posisi ini hingga Dewi minta berubah posisi, kini Dewi duduk dan bergoyang di atas tubuhku yang telentang di lantai yang dingin, wajah cantiknya yang penuh nafsu terlihat mempesona di keremangan sinar rembulan, kunikmati saat saat dia memasukkan kejantananku ke vaginanya, bikin aku tambah nafsu. Goyangan Dewi makin cepat dan bervariasi antara berputar dan turun naik, aku hanya bisa menikmati sambil meremas buah dadanya yang bergoyang goyang dan memandangi wajah imut imutnya.

Dinginnya malam tak mampu mengusir kehangatan tubuh Dewi dan panasnya nafsu kami berdua, keringat mulai menetes dari tubuh Dewi. Tiba tiba Dewi menelungkupkan tubuhnya dan memelukku erat, desahannya di telingaku berubah jeritan tertahan ketika kembali kurasakan denyutan denyutan dari vaginanya.
"aagh.. eegh.. uugh.. yess" terdengar nada kenikmatan tertahan yang memuncak hebat, pelan tapi menggairahkan. Dewi mencium bibirku lalu terkulai lemas di atasku, napasnya turun naik seolah turun dari puncak gunung, kubiarkan dia menikmati saat saat ini, penisku masih tegang tertanam di vaginanya.

Kami terdiam dalam sunyinya keheningan malam, hanya detak jantung Dewi dan deburan ombak yang kurasa saat ini. Kugulingkan tubuhku, kini tubuh Dewi di bawahku, sambil menindihnya kumasukkan kembali kejantananku dan langsung mengocoknya, kaki Dewi melingkar di pinggangku hingga penisku bisa masuk lebih dalam, kembali kudengar desahan pelan tertahan keluar dari mulutnya, takut terdengar dari luar, kututup mulutnya dengan mulutku, kami berciuman dengan ganasnya, seganas kocokanku di vaginanya, makin cepat aku mengocoknya makin gairah pula dia melumat mulutku, bibir dan lidah kami saling melumat.
Kunaikkan kakinya di pundakku, aku jongkok sambil mengocoknya, dengan posisi ini aku menjadi lebih bebas melakukan variasi gerakan dan kocokan, keras, pelan, berputar, membuat Dewi makin menggelinjang keenakan. Hingga tibalah saatnya kugapai puncak kenikmatan.
"aku mau keluar" bisikku sambil mengamati expresi wajah Dewi yang tak bosan untuk di pandang.

"keluarin di dalam saja mas" pintanya sambil mengelus wajahku.
Beberapa detik kemudian pertahananku jebol, menyemprotlah spermaku yang sudah tertahan beberapa hari ke vagina Dewi, denyutan demi denyutan dan semprotan demi semprotan menghantam dinding vagina Dewi, tak tahan menerima gempuran hebat ternyata Dewi menyusulku beberapa detik kemudian, kembali vaginanya meremas penisku yang sedang berdenyut dengan hebatnya. Aku langsung terkulai di atas tubuh Dewi, kemudian kami berdua telentang telanjang di balkon kamar, tak lama kemudian Dewi bangun dan diluar dugaanku, dia mengulum dan menjilati penisku, tak dipedulikan sisa sisa sperma yang masih menempel. Tentu saja aku teriak kaget dan geli, kutarik dia dalam pelukanku dan kami berciuman lagi, terasa aroma sperma dari mulut Dewi hingga akhirnya kami benar benar lemas.

"Terima kasih mas" katanya lalu melepaskan pelukanku.
Berdua dalam keadaan masih telanjang, kami duduk di kursi balkon menikmati indahnya bulan purnama di pantai senggigi diiringi debur ombak yang bergelora se-gelora nafsu kami saat ini. Tak tega atau tepatnya terlalu sayang untuk meninggalkan Dewi sendirian, malam itu aku tidur di kamar Dewi, kamar bekas dia melakukan selingkuh dengan bos suaminya, tapi siapa peduli.

Malam itu kami bercinta lagi beberapa kali di ranjang tempat dia melayani si boss hingga kami benar benar tertidur lelap.

Bersambung . . . .




Komentar

0 Komentar untuk "Sang Dewi - 2"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald