Nash, Jim, Sharon dan Jane - 3

0 comments

Temukan kami di Facebook
Esok harinya, setelah sarapan, kami kembali bepergian. Setelah makan siang, aku dan Sharon berpisah dengan Nash dan Jim. Aku dan Sharon menjemput teman Sharon yang rencananya akan datang siang ini. Setelah setengah jam menunggu, akhirnya pesawat yang ditumpangi teman Sharon mendarat di Ngurah Rai.

Kami menanti teman Sharon keluar. Aku membayangkan seperti apa teman Sharon ini. Bahkan aku tidak tahu apakah ia pria atau wanita. Lalu kulihat Sharon melambaikan tangan. Di kejauhan kulihat seseorang membalas lambaian tangan Sharon. Aku terkejut. Ternyata teman Sharon adalah seorang wanita. Tingginya sekitar 180 senti. Kulitnya putih, ciri khas wanita. Yang kukagumi adalah bentuk badan wanita ini sangat sempurna. Seperti model-model yang ada di playboy. Buah dadanya cukup besar, hampir sebesar Sharon. Sepatu hak tinggi yang dikenakannya membuatnya semakin tinggi saja sehingga aku terlihat kecil di hadapannya.

Sharon kemudian memeluk temannya setelah ia menghampiri tempat kami berdiri. Lalu ia mengenalkanku kepada temannya yang ternyata bernama Jane. Jane kulihat sangat cantik. Dengan rambutnya yang pirang, ia terlihat agak mirip dengan bintang pujaanku Jenny Mc Carthy. Aku lalu mempersilakan Jane ke mobil sambil kubawakan barang-barangnya. Kami kembali ke hotel dan sepanjang perjalanan, Sharon asyik bercerita tentang aku kepada Jane dan terutama apa yang telah kami lakukan. Jane tertawa mendengarnya. Ia kagum bahwa aku bisa menampung kemaluan Sharon yang besar. Aku bingung mendengar komentar Jane. Dari mana Jane tahu ukuran kemaluan Sharon, apakah mereka pernah berhubungan badan. Atau jangan-jangan Jane sejenis dengan Sharon. Namun suara Jane terdengar sangat halus seperti wanita asli.

Sesampainya di hotel, resepsionis menyampaikan pesan dari Nash dan Jim kepada kami. Ternyata mereka menunggu kami di sebuah warung atau lebih tepat restaurant yang terkenal di kawasan Kuta. Setelah menaruh barang-barang Jane di kamar, kami menyusul Nash dan Jim.

Sesampainya disana, kami melihat Nash dan Jim sedang mengobrol dengan seorang pribumi. Penampilannya rapih, sedikit mirip denganku. Yang jelas ia bukan seperti pemuda-pemuda yang biasa ada di pantai, dilihat dari penampilannya dan kulitnya yang coklat muda sepertiku. Nash dan Jim memperkenalkan pemuda itu sebagai Anton. Sementara Jane memeluk Nash dan Jim yang ternyata temannya juga. Jim bercerita bahwa mereka bertemu Anton di pantai. Anton adalah teman lama mereka. Semasa kuliah, ia tinggal di Amerika dan kemudian bekerja di Singapore. Kini Anton sedang liburan di Bali setelah selesai menengok keluarganya di Jakarta. Jim berkata bahwa Anton akan tinggal bersama mereka jika aku tidak keberatan. Tentu saja aku tidak keberatan dengan hal tersebut.

Kami pulang kembali ke hotel untuk membersihkan diri. Di perjalanan, kami mampir ke hotel Anton untuk mengambil barang-barangnya. Sesampainya di hotel, Jim, Anton dan Nash masuk ke kamar mereka dan aku, Sharon serta Jane mengobrol di kamar kami. Sharon dan Jane bercerita bagaimana mereka dahulu diperkenalkan oleh teman mereka sampai akhirnya mereka bersahabat akrab.

Kami makan malam di kawasan Jimbaran. Cukup jauh memang namun makanannya cukup lezat. Kami berenam bercanda-canda dan tertawa. Anton mengeluarkan joke-joke yang lucu dan kemudian dibalas oleh Jim dengan joke yang tak kalah lucunya. Setelah makan, kami berenam berjalan-jalan di pinggir pantai. Sharon menggandengku di sebelah kiri sementara Jane menggandengku di kanan. Kami berjalan sambil mengobrol seperti teman yang sudah lama bersahabat.

Malam mulai sangat larut saat kami tiba kembali di hotel. Kami masuk ke kamar masing-masing. Jim tetap membiarkan connecting door sedikit terbuka. Aku masuk ke kamar mandi untuk mencuci mukaku yang mulai lengket terkena angin dari laut. Di dalam kamar mandi, aku kembali membayangkan apa yang akan dilakukan oleh kedua wanita yang ada di kamarku ini. Apakah malam ini akan aku lalui dengan kenikmatan seperti malam sebelumnya.

Sekeluarnya dari kamar mandi, aku terkejut. Kulihat Jane dan Sharon sedang berciuman di atas tempat tidur. Mereka melihatku dan menyuruhku menghampiri mereka. Aku duduk di antara mereka. Jane yang pertama mencium bibirku, sementara Sharon membuka penutup tubuhnya. Kemudian kuraih penutup tubuhnya begitu juga dengannya meraih pakaianku dan selanjutnya celanaku, sampai akhirnya aku tidak memakai apa-apa lagi. Sementara itu, aku mulai meremas buah dada Jane sambil mulut kami tetap berpagutan. Jane melepaskan ciumannya, kemudian membuka kaos yang dikenakannya. Penutup dadanya yang berwarna hitam terlihat membungkus buah dadanya yang montok. Kulepaskan kaitan BH-nya dengan satu sentakan dan kemudian buah dadanya yang putih terbuka tanpa penutup. Puting susu Jane yang coklat muda sudah terlihat keras berdiri.

Kuarahkan mulutku ke buah dadanya, menciuminya, lalu mengulum putingnya. Jane menjambak rambutku dan menekanku ke dadanya. Kugigit putingnya sehingga membuat Jane menjerit kecil. Sharon mulai mengikat kemaluanku dengan gelang-gelang karetnya. Jane kemudian mendorongku menjauh. Sharon menarikku ke arahnya sambil mencium bibirku. Kudengar Jane membuka celananya. Tak lama kemudian Jane berdiri di depanku. Kulepaskan ciuman Sharon karena terkejut. Di hadapanku berdiri Jane yang telah melepas seluruh pakaiannya. Di selangkangannya yang bersih tak berbulu, berdiri sebuah kemaluan lelaki yang besarnya hampir sama dengan milik Sharon, hanya saja warnanya putih dengan kepala kemaluan kemerahan. Ternyata Jane tidak berbeda dengan Sharon. Aneh sekali pikirku, melihat suaranya yang halus sehingga aku menyangka ia seorang wanita.

Tanpa berpikir lama, kuraih kemaluan Jane dan membawanya ke mulutku. Kukulum kepala kemaluannya, kemudian perlahan kumasukkan kemaluan yang telah keras itu ke mulutku. Kini aku tidak lagi mempunyai kesulitan dengan kemaluan sebesar kemaluan Jane. Jane mendesah menikmati kehangatan mulut dan lidahku disekeliling batang kemaluannya. Aku berusaha semampuku untuk memuaskan Jane dengan memainkan lidahku di sekeliling batang kemaluannya saat kemaluannya berada di dalam mulutku. Kujepit erat batang kemaluannya dengan bibirku. Kumainkan kemaluannya seperti seorang anak kecil yang sedang menikmati es di mulutnya.

Sharon menyuruhku berbaring di tempat tidur. Dengan posisi seperti biasa, ia memasukkan kemaluannya ke dalam anusku setelah terlebih dahulu memakai KY jelly. Jane mendekatiku dan duduk di atas wajahku. Dibukanya pantatnya, memperlihatkan lubang anusnya yang kemerahan.
"Lick my pussy..!" katanya sambil menurunkan pantatnya.
Kujulurkan lidahku ke anusnya dan mulai menjilat-jilatnya. Tidak ada rasa apa pun di lidahku. Aku semakin bernafsu dan menusuk-nusukkan lidahku ke dalam anusnya. Jane mendesah karena permainan lidahku di anusnya. Kulihat Sharon menarik kepala Jane dan mereka berciuman. Jane mengocok kemaluannya sendiri, sementara Sharon sibuk menggerakkan kemaluannya keluar masuk di anusku.

Kemudian Jane berdiri. Disorongkannya kemaluannya ke mulutku. Aku langsung memasukkannya ke mulutku dan mengulumnya. Kepala Jane menuju ke kemaluanku dan langsung memasukkannya ke mulutnya. Aku semakin bernafsu mengulum kemaluan Jane sementara Jane juga tidak kalah hebatnya mengulum kemaluanku dengan mulutnya. Sharon pun tampak semakin keras dan cepat gerakannya, membuat anusku terasa agak perih karena cepatnya hujaman kemaluannya. Tidak lama, kurasakan Sharon mengejang dan menghujamkan kemaluannya di anusku.

Jane berdiri setelah Sharon mengeluarkan kemaluannya. Sambil berlutut, ditariknya aku sampai kepalaku kembali mendekati kemaluannya sambil merangkak. Jane kali ini menahan kepalaku dan menggerakkan pinggulnya, sehingga kemaluannya tampak keluar masuk di mulutku. Tak lama kemudian, ia menggenggam kemaluannya dan mengocoknya. Kepala kemaluannya yang ada di mulutku langsung menyemburkan sperma yang langsung kutelan. Banyak sekali sperma yang Jane keluarkan sehingga terlihat sebagian spermanya meleleh di sekitar mulutku.

Kemaluan Jane terlihat belum melembek dan masih keras. Ia menarikku ke arah meja rias. Disuruhnya kedua tanganku untuk bertumpu di meja rias, sementara ia berdiri di belakangku. Dilebarkannya sedikit kedua kakiku dan mulai menempelkan kemaluannya di anusku. Perlahan kurasakan kemaluan Jane memasuki anusku. Setelah semua kemaluannya terbenam dalam anusku, Jane mulai menggerakkan pinggulnya, membuat kemaluannya keluar masuk di anusku. Bayangan kami berdua di cermin rias membuatku semakin terangsang. Kulihat Jane sedang menatap mataku lewat cermin sambil tetap menggerakkan pinggulnya dengan irama konstan. Semakin lama di posisi seperti itu, membuat kakiku mulai terasa lemas. Aku hampir tidak kuat lagi berdiri.

Jane menyadari hal tersebut. Ia melepaskan kemaluannya dari anusku. Jane menarikku ke arah tempat tidur. Didorongnya aku berbaring di samping Sharon yang sudah tertidur. Diangkatnya kakiku dan disandarkan kepundaknya, sementara ia kembali memasukkan kemaluannya ke anusku. Gerakan Jane kali ini agak cepat dan kasar tanda bahwa ia segera mencapai orgasme. Beberapa menit kemudian, Jane menghentakkan kemaluannya dan menyemprotkan spermanya ke dalam anusku. Jane menunduk dan mencium bibirku perlahan. Lalu ia membaringkan tubuhnya di sebelahku lalu tertidur tidak lama kemudian. Sebelum tidur, aku menyempatkan diri mengintip ke kamar sebelah. Terlihat Nash sedang mengeluar-masukkan kemaluannya yang besar ke anus Anton. Sementara itu Anton sedang mengulum kemaluan Jim.

Kutinggalkan mereka dengan kesibukannya dan merebahkan diri di antara Sharon dan Jane. Sempat kucium pipi mereka berdua lalu kemudian aku terlelap mengikuti mereka.

Kuhabiskan dua minggu bersama Jane dan Sharon. Kuminta izin cuti seminggu lagi kepada atasanku yang ternyata langsung diberikannya tidak tahu mengapa. Kami bertiga bersama Anton, Jim dan Nash menikmati hari-hari liburan kami. Tidak hanya di Bali saja, kami sempat juga menghabiskan tiga hari di Lombok. Siang hari kami bepergian dan malam harinya tentu saja kami habiskan di tempat tidur. Pada malam terakhir, sebelum kami berpisah, Sharon tidak memakaikan gelang karet seperti biasanya. Dibiarkannya aku menikmati ejakulasiku sepuasnya sampai beberapa kali malam itu. Banyak sekali sperma yang kukeluarkan, yang kebanyakan langsung ditelan oleh Sharon dan Jane.

Terakhir, Jane dan Sharon mengajakku untuk ikut dengan mereka dan tinggal dengan mereka di Amerika. Namun mengingat keluargaku disini, aku menolaknya. Namun aku berjanji bahwa tahun depan aku akan menghabiskan liburan satu bulan bersama mereka disana.

TAMAT




Komentar

0 Komentar untuk "Nash, Jim, Sharon dan Jane - 3"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald