Cerita Ananda - 2

0 comments

Temukan kami di Facebook
Penis Rai mulai membesar begitu dia melihat temannya yang sibuk menyetubuhi Ananda dari belakang. Ananda mengocok penis Rai dengan kedua belah telapak tangannya, lalu mencoba membuka lebar lebar mulutnya agar muat menampung kepala penis Rai. James benar benar menikmati apa yang tengah dirasakannya, memukuli bongkahan pantat Ananda, mendorong pantatnya lebih ke depan lagi dan lagi agar penisnya bisa menyeruak lebih ke dalam vagina Ananda lagi.

Serangan dua orang pria dari depan dan belakang yang baru saja beberapa waktu lalu dikenalnya, tak ayal lagi menjadikan Ananda seperti sebuah Rollercoaster yang dengan kecepatan tinggi bergerak naik, naik dan naik menuju ke puncak kenikmatan persetubuhan baru dalam hidupnya. Ananda meneriakkan orgasmenya seirama dengan bunyi becek yang keluar dari vaginanya.

Tubuhnya terlihat menegang kaku dalam beberapa detik, matanya terpejam rapat, kepalanya mendongak keatas meresapi setiap ledakan orgasme yang didapatnya. Wajah dan tubuhnya yang telah basah oleh keringat menjadi semakin basah dan berkilat oleh lampu dalam ruangan ini. Adegan dan suasana ini tak terbandingkan meskipun oleh film peraih puluhan Piala Oscar!!

Kepala James mendongak ke atas dan mulai mengosongkan sperma yang memenuhi kantung bolanya ke dalam vagina Ananda. Kepala Ananda terlempar menjauh dari penis Rai begitu James untuk yang terakhir kalinya mendorong batang penisnya ke dalam vaginanya dan menghabiskan sisa spermanya. Aku meraih orgasmeku sendiri bersamaan waktu James menarik penisnya keluar dari vagina Ananda, sebuah lubang merah jambu nan basah dan dihiasi dengan rambut kemaluan yang hitam pekat.

Sperma James perlahan meleleh keluar dari vaginanya. Ananda rebah kecapaian di atas lantai, matanya terpejam, tubuhnya berguling telentang, pahanya terlihat masih bergetar perlahan menikmati sisa getaran kenikmatan yang ada. Rai mengambil bantalan sofa dan menempatkannya di bawah pantat Ananda. Mata Ananda terbuka memandangnya.

"Jangan, tak mungkin aku dapat manampungmu".

Rai tak mengacuhkannya, dia memegang kedua kaki Ananda dan menempatkannya diatas pundaknya, kemudian mulai memposisikan penisnya mengarah ke vaginanya yang sudah basah kuyup itu.

"Tidak, jangan" dia merintih begitu Rai mulai mendorong penisnya memasuki vaginanya.
"Oh Tuhan, dia merobekku".

Rai tak bergeming, tetap bergerak. Rintihan Ananda berubah menjadi racauan begitu Rai menggerakkan masuk keluar separuh batang penisnya. Penis Rai terlihat basah oleh sperma James karenanya. Mata Ananda terpejam rapat, dia gigit bibirnya kuat kuat.

Aku mendekatkan vaginaku ke wajah Ananda, memandang sperma dari vaginaku yang jatuh menetes pada pipinya dan mulai menggesekkan vaginaku pada mulut dan dagunya. Dengan bantuan James, Rai mengangkat kaki Ananda, membentangkannya lebar lebar dan mulai mengerjai vagina Ananda. Kedua buah zakarnya terayun ayun menghantam pantat Ananda. Sedangkan vaginaku melumuri wajah naifnya dengan cairanku dan sperma Rai. Segera saja aku merasakan gerakan lidahnya pada vaginaku begitu aku mengesksploitasi wajahnya. Beberapa waktu kemudian aku berhenti menggunakan lidahnya untuk memuaskanku dan duduk menyaksikan Rai memberinya persetubuhan yang selama ini didambakannya.

Suara dan baunya sungguh sangat menakjubkan saat Rai menggerakkan batangnya menembus vagina Ananda berulang kali. Akhirnya Rai berteriak kalau dia tak sanggup lagi menahan lahar spermanya yang akan keluar. Ditariknya penisnya keluar, dan mulai mengocok penisnya dengan tangannya sendiri diatas vagina Ananda. Aku segera mendekat dan meraihnya ke mulutku. Tembakan spermanya mengguyur tenggorokanku seiring denyutan demi denyutan yang mengosongkan kantung spermanya.

Aku menatap Ananda, rambut kemaluannya yang hitam pekat dan bibir kemaluannya yang kemerahan terlumuri oleh sperma Rai yang tak tertampung dalam mulutku. Kutanyakan padanya apakah dia menyukai apa yang baru saja didapatkannya, jawabannya hanya, "Oh Tuhan!".

*****

Aku mengisi kembali gelas anggur kami. Ananda bangkit dan duduk menyilangkan kakinya, cairan yang mengalir keluar dari dalam vaginanya dengan cepat membasahi karpet. James yang baru saja menyaksikan temannya yang telah memberikan pada Ananda sebuah persetubuhan terhebat dalam hidupnya, masih saja mengocok batang penisnya dengan pelan dan berkata..

"Masih ada satu hal yang kuinginkan darinya". Perlahan dia mendekati Ananda sambil terus mengocok penisnya.
"Buka mulutmu, sekarang", katanya.

Meskipun merasakan kekuatannya belum pulih benar, Ananda mulai menghisap habis batang penis James dalam mulutnya. Dengan kedua tangan James memegangi belakang kepala Ananda, James menggerakkan kepalanya berlawanan dengan gerakan pinggangnya sendiri. James menahan kepala Ananda agar tidak melepaskan penisnya saat dia menggeram orgasme. Jakunnya terlihat jelas naik turun saat dia memenuhi mulut Ananda dengan semburan spermanya hingga ada yang meleleh keluar dari samping celah mulutnya.

Untuk beberapa saat keheningan merajai ruangan ini. Hanya suara nafas yang mulai mereda saja yang terdengar lirih..

Ananda bangkit berdiri dan mulai mengenakan pakaiannya diatas kedua belah kaki yang masih gemetaran, celana dalamnya yang semula telah kering segera saja menjadi basah kembali seiring dengan warnanya yang berubah agak gelap karena cairan yang keluar dari vaginanya. Sambil mengenakan gaunnya, dia mengatakan kalau dia harus segera pulang, dia sedang menunggu telepon dari suaminya.

Para pria berbaring diatas lantai, beristirahat sejenak setelah menyirami bukit birahi Ananda yang tandus. Beberapa menit setelah Ananda berlalu dan meredakan nafas yang memburu, kualihkan perhatianku pada para pria.

"Boys, hadiah telah kalian terima, sudah puas kan?, Ayo, cepat bawa senjata kalian kemari dan urus aku!".

*****

"Kalau Aryo mengetahuinya, oh.. Mati aku!!" seru Ananda.
"Berjanjilah padaku kalau ini akan selalu menjadi rahasia antara kamu dan aku," teriaknya.
"Tentu saja Nanda, jangan gusar gitu dong" kataku sambil membelai rambutnya.
"Gusar? Kamu bilang gusar? Demi Tuhan Yanna, aku merasa seperti seorang pelacur. Aku mempunyai affair di belakang suamiku dengan bukan hanya satu, tapi dengan dua orang pria dan kamu!" katanya, menepis tanganku menjauh dari rambutnya.

Kini sudah satu minggu setengah sejak terakhir kalinya aku bertemu dan bicara dengan Ananda. Aku tahu dia pasti malu atau katakanlah merasa bersalah setelah melakukan hubungan sex untuk pertama kalinya di luar ikatan perkawinannya. Dan itu merupakan pertama kali baginya dan sangat menakjubkan!

Aku telah 'membagi' penis yang paling mengagumkan dari apa yang kumiliki setahun belakangan ini dengan nama Rai dan James. Dengan tanpa sepengetahuan Ananda dan berdasar kesetiaan mereka, itu adalah sebuah rencana yang tak mungkin diskenario lebih baik lagi. Aryo, suami Ananda sedang pergi ke luar kota beberapa hari untuk keperluan Gereja. Rai dan James mampir ke tempatku. Mereka menjumpai aku dan Ananda yang sedang berjemur di pinggir kolam renang. Ananda seperti biasanya, sangat naif saat mereka mendekat tapi sangat anggun, mempesona, tinggi dengan rambut hitam pekat, dan figur yamg mangagumkan.

Kemudian pada sore harinya mereka datang 'berkunjung'. Obrolan hanyalah seputar bagaimana caranya agar mereka dapat menikmati keindahan tubuh Ananda sepuas puasnya. Hanya dengan memikirkannya saja telah membuatku basah dan ingin segera mendapatkan penyalurannya. Sepanjang malam itu aku aku memperoleh rangkaian persetubuhan yang dahsyat dari mereka berdua. Mereka dengan bercanda menyampaikan padaku bahwa mereka akan membunuhku bilamana aku tidak membantu mereka untuk mendapatkan Ananda. Kombinasi antara penis keras mereka dan mulit orgasme yang sudah tak terhitung lagi membuatku berjanji untuk melakukan apa saja yang mereka minta.

Pada hari kepergian suamiku dalam tugas luar kota berikutnya, mereka datang lagi. Kali ini mereka membawa seorang teman baru lagi, Jay. Jay adalah seorang Ambon yang pernah mereka janjikan dulu. Aku tahu Rai dan James telah memanfaatkanku, tetapi apa yang kudapatkan dari mereka berdua benar benar dapat memuskan kebutuhan biologisku.

Rai adalah seorang pria yang sangat mencengangkan dengan penis berurat kerasnya sedangkan James tak sekeras Rai, tetapi dia mempunya kepala penis yang lebih besar. Aku menikmati mereka berdua karena ukuran tak begitu penting bagiku, yang penting mereka dapat secara rutin mengisi kehampaan vaginaku diluar percintaan dengan suamiku sendiri tentunya.

Aku tak mempunyai masalah dalam urusan ranjang dengan suamiku, kehidupan sex kami cukup panas. Tapi persetubuhan yang menyeluruh dan penuh dari mereka membuatku selalu memperoleh ledakan multi orgasme berbeda dari apa yang kudapat dari suamiku. Mereka berdua selalu bilang padaku bahwa gadis gadis seumuran mereka tidak dapat memuaskan mereka seperti yang kulakukan. Mereka sadar kalau vaginaku adalah milik mereka dan membawa seorang teman baru untukku adalah cara mereka menunjukkan hal itu. Tak perlu dikatakan lagi, aku memperoleh persetubuhan yang panas malam itu.

Jay pamit lebih dulu sedangkan dua penis kesayanganku 'menginap' sampai pagi, menyetubuhiku lagi dan lagi hingga mereka pergi berselang hanya sepuluh menit sebelum kepulangan suamiku. Sekujur tubuhku penuh dengan sperma yang mereka tumpahkan barkali-kali. Ranjang penuh noda dan basah karena sperma. Aku taruh spreinya ke mesin cuci dan segera mandi membersihkan tubuhku saat suamiku datang. Kamar tidur kami penuh dengan aroma sex dan terjadilah lagi, aku orgasme di dalam mulut suamiku dan memberinya menu cairan asin dari vaginaku.

Kembali pada Ananda..

"Aku tak percaya telah membiarkan mereka melakukan semua ini terhadapku" gumam Ananda.
"Dan aku tak sanggup menatap langsung ke matamu setelah apa yang telah terjadi antara kita" sambungnya lagi.

Aku tahu apa yang diperlukan dalam percakapan ini.. Sebotol anggur. Satu jam berlalu setelah aku menjadi seorang pendengar yang setia dan selalu mengisi gelasnya jika telah kosong. Dapat kukatakan dari arah percakapan ini setelah waktu terus berlalu, bahwa dia di sini tidak untuk mengungkapkan betapa jalangnya dirinya tetapi lebih kepada alasan yang lain lagi!!

Akhirnya dia bertanya..

"Apakah kamu sudah ketemu sama mereka lagi sejak itu?".
"Oh, belum" kataku berbohong.
"Oh Tuhan, aku sangat gelisah dalam dua hari ini," dia menambahkan, wajahnya jadi memerah.
"Aku tak pernah menyangka kalau ada yang begitu besar dan keras," katanya dengan menghindari menyebutkan 'kata' itu.
"Bisa aku tanya hal yang sangat pribadi Yanna?".

Aku mengangguk dan bilang padanya bahwa dia dapat bertanya padaku segalanya.

"Apakah kamu.. Bisexual? Apa kamu sering melakukannya dengan wanita?".

Aku tertawa kecil dan mengatakan padanya kalau aku tidak menganggap demikian, tidak dalam perasaan yang sesungguhnya, tapi, ku katakan padanya bahwa melihat dirinya dalam suasana yang menggairahkan seperti kala itu menyebabkan semua itu terjadi begitu saja.

Setelah beberapa gelas anggur lagi, aku bertanya kepadanya..

"Jujur saja, kamu menikmati sore itu bukan?".
"Maksudku, itulah kenapa kamu berada disini sekarang, benar bukan?" sebelum dia dapat menjawab, aku menambahkan..
"Kamu mendapatkan orgasme sedikitnya selusin dengan Rai dan James dan sekali saat melakukannya denganku. Sekarang katakan padaku dengan sejujur-jujurnya, itu semua adalah kegiatan sexual yang selama ini kamu impikan bukan?".

Pengaruh anggur telah bekerja. Nafasnya menjadi berat dan putingnya tercetak jelas pada atasan ketatnya. Dia menganggukkan kepalanya. Rambut hitam panjangnya tergerai menutupi payudaranya yang penuh.

Aku lebih menyudutkannya lagi dengan kembali mengingatkan dia akan bagaimana bergairahnya James kala menyetubuhinya, dan bagaimana penis keras Rai telah mengantarkannya pada orgasme yang berkepanjangan sore itu.

"Ceritakan padaku Ananda, kamu dapat menceritakan segalanya"
"Kita berbagi rahasia".
"Katakan padaku bagaimana kau menyukainya, bagaimana kau membutuhkannya," aku mendesaknya.
"Demi Tuhan.., Ya!!" akhirnya dia mengakuinya.
"Aku memang menyukainya, aku melakukan masturbasi pagi dan malam dalam minggu minggu terakhir. Semua ini begitu tabu dan penuh dosa. Aku merasa begitu menginginkannya dan sangat ingin melakukannya lagi!".


Bersambung . . . . .




Komentar

0 Komentar untuk "Cerita Ananda - 2"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald