Pertama bersama Wulan - 2

0 comments

Temukan kami di Facebook
Dengan mata terpejam, Wulan menjilati kepala adikku. Perlahan dia memasukkan kembali ke mulutnya. Terasa hangat sekali. Aku merasakan keringatku mengalir keluar. Dengan ahlinya Wulan memaju-mundurkan kepalanya, memutar lidah di dalamnya, menggelitik kemaluanku. Setengah lebih saja yang dapat masuk ke mulutnya. Kejantananku dikeluarkannya, lalu dikecupnya perlahan-lahan. Aku merintih. Luar biasa. Tanganku pun bermain ke payudaranya. Meremasnya, memilin putingnya satu persatu. Tubuh Wulan meregang. Dia mendesis. Tanganku pun bermain ke payudaranya yang satu lagi. Meremasnya, memilin putingnya satu persatu juga. Tubuh Wulan meregang. Dia mendesis.
"Lan udah, ntar lagi..!" kataku sambil kucium bibirnya, "Enak banget Wulan, makasih yah..!"
Wulan menggangguk dengan tersenyum manis.

Kami berdua berdiri, tanganku kulingkarkan ke pinggangnya, merengkuhnya, membelit tubuh mungilnya. Kuangkat tubuhnya. Kakinya menapak sofa. Kepalaku langsung berhadapan dengan buah dadanya. Kembali kuciumi dengan lembut, kujilati belahan dadanya. Lalu hidungku kutekankan di situ. Kuhisap dan usap tubuhnya. Sementara tanganku meremas-remas bukit pantatnya, jari tengahku iseng mengesek lubang pantatnya. Kucucup puting susunya yang mengeras berdiri tegak mengacung. Dengan lidahku kusentil-sentil benda elastis itu. Wulan semakin meronta. Kelihatan sekali kalau Wulan keenakan. Kuku tangannya mencakar punggungku. Tangan kiriku beralih dari pantatnya menuju kerimbunan rambut di pangkal kedua kakinya. Wulan menggelinjang ketika jariku menyentuh sebentuk daging kecil di situ untuk kesekian kali. Daerah kewanitaannya telah basah.

Aku terus menggosok-gosok klitorisnya, terkadang memilinnya dengan telunjuk dan ibu jari. Sementara payudara kanannya kugigit-gigit.
Wulan menjerit penuh nafsu, "Ah, Ans.. nikmatnya.. Auugh..!"
Tangannya menggapai-gapai meraih kejantananku, mengusapnya, mengocoknya. Aku pun merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika jempolnya mengusap kepala kejantananku dengan lembut. Jari tengahku yang berada di daerah rahasianya mulai merasuk, menuju ke dalam lubang kenikmatannya. Wulan menjerit, lalu ditahannya dengan menggigit bahuku.
"Sakit Ans..!" katanya.
Lalu kuperhalus gerakannya sehingga Wulan mulai nikmati jariku yang maju mundur di situ.

Lubang sempit itu bertambah basah. Jari tengahku berputar-putar di dalamnya. Wulan menegang. Badannya mengejang. Sepertinya dia sudah orgasme lagi.
"Ans.. Wulan sudah nggak tahan nih..!"
"Shh, tenang Lan. Nikmatin aja. Lu kepingin diginiin kan..?"
"Iya, iya.. Ans. Cumbuiin gue dong..!"
Kuremas-remas pantatnya, dan Wulan pun terkulai lemas.
"Masukin punya lu, Ans..!" bisiknya meminta.
"Elu mau..?"
Anggukkannya menjadi jawaban, "Iyah.., lakuin aja Ans. Gue percaya sama lu.."

Lalu kupegang batang kejantananku untuk mengarahkannya ke selangkangannya. Jantungku berdebar-debar juga, soalnya ini akan menjadi yang pertama juga buatku, jadi aku berusaha selembut mungkin, takut menyakiti Wulanku. Maka lebih baik kubuat Wulan rileks dulu. Terus Wulan menjerit kembali saat kepala kejantananku menyentuh vaginanya. Kugesek-gesekkan sesaat di klitorisnya, memberinya rangsangan sebanyak mungkin agar kemaluannya banjir lagi. Dia meronta.
"Masukkin Ans..! Masukkin.., please..!" teriaknya serak.

Kedua tangan Wulan memegang sofa. Aku meraih pinggangnya. Lalu dengan perlahan, kuturuni tubuhnya. Aku menahan nafas saat batang kejantananku masuk ke lubang senggamanya.
"Slepp..! Aahh..!" cengkeraman pada kepala kemaluanku membuatku serasa naik ke surga.
Kejantananku merasakan kehangatan liang senggama wanita untuk pertama kali. Wulan mendesah, lantas melenguh ketika badannya yang ringan itu kugerakkan naik turun. Kakinya yang tadi terkangkang lebar, saat ini telah melingkar, mencengkeram pinggangku. Terus kumainkan kelelakianku di dalam vaginanya yang sempit dan halus. Lalu mulai ada rasa memijat yang dirasakan oleh batangku.

"Oooh.. Oah, kamu luar biasa Lan. Oooh. Ugh..!" desahku.
Wulan pun mengeracau, menikmati keperkasaan yang menerobos lubang kenikmatannya.
"Lan.., sakit nggak..?"
"Mmmhh.., aahhsshh..!" Wulan mendesis akibat nikmat dan sakit yang dirasakannya.
Kucoba mencari variasi dengan memutarkan pantatku saat memompa liangnya sehingga pantat Wulan ikut bergoyang-goyang akibat gerakanku.
"Ans, nikmat.. terusshh.. akhh.. Ans.., lagi..! Jangan berhenti..!"
Lalu pantatnya kini bergerak naik turun sambil berputar-putar, aku jadi ingin keluar karena melihat betapa seksinya Wulanku ini memutarkan pantatnya di atas kejantananku. Apalagi wajahnya memperlihatkan nafsu sekali.

Sampai akhirnya kurasakan tekanan kakinya menjadi lebih bertenaga, membuatku tidak dapat lagi menaik turunkan tubuhnya. Wulan telah mencapai langit kenikmatan, pikirku. Kubiarkan tubuhnya terkulai. Istirahat sambil menikmati gelombang kenikmatan yang menerpanya. Kutarik Wulan hingga berbaring di dadaku. Wulan menatapku sambil tersenyum.
"Nikmat banget Ans.., makasih yah.."
"Harusnya aku yang bilang gitu Wulan sayang.." lalu kucium dia dengan lembut.
"Ayo Ans.. lagi..!" katanya.
"Elo belom cape..?" Wulan hanya menggeleng dan tersenyum.
"Lan sayang, elo nungging deh..!"
Dengan nurutnya dia langsung nungging, lalu aku langsung memasukkan lagi batang kemaluanku ke liang keperawanannya yang baru saja kuraih. Masih sempit dan susah sekali.

Kuhujamkan batang kemaluanku berulang-ulang, kadang cepat kadang lambat. Aku suka sekali melihat buah dadanya yang goyang-goyang setiap kusodok liangnya. Sambil kusodok, kuremas buah dadanya. Wulan mendesis-desis sambil memanggil namaku. Nikmatnya membuat kakiku lemas, nikmat sekali. Kucoba menghayati setiap tusukan dan tarikan, kunikmati erangannya, kunikmati denyut demi denyut yang datang silih berganti, kenikamatan dari pijatan dinding kewanitaannya yang meremas-remas kemaluanku, benar-benar luar biasa.

Sampai ketika aku mencoba mempercepat tusukannya sambil meremas bongkahan pantatnya yang membulat, Wulan mulai mengejang-ngejang lagi, bibirnya mendesis sambil sesekali memanggil namaku. Kupelankan tusukanku, mencoba membuat Wulan semakin menikmati gesekan batang kejantananku pelan-pelan, sehingga tidak lama Wulan mulai orgasme lagi. Tangannya menarik tanganku dan membimbingnya untuk meremas payudaranya. Kuremas buah dadanya pelan-pelan dengan kedua tanganku sambil badanku telungkup di atas badannya. Kemudian kuciumi punggungnya, sementara tusukanku kuhentikan, lalu Wulan ambruk.

Tangannya sudah tidak kuat menyangga, terus tanpa mencabut batang kejantananku, aku membalikkan badannya sehingga kami berdua berhadap-hadapan, terus dia memelukku.
"Gimana Sayang..?" tanyaku, tapi Wulan diam saja, hanya mempererat pelukannya sambil sesekali mencium dada dan pipiku.
"Sayang..? Enak nggak..?"
Lalu dia mengangguk, "Enak banget, suer.. Makasih yah Ans.., gue seneng banget beginian sama lu.."
"Tapi Lan.., gue belom nyampe nih..!"
"Jadi mo diapain..?"
"Ehmm.., gimana kalo lu nyepongin gue sampe gue keluar..?"
"Ayo..!" katanya sambil melepaskan pelukannya dan mulai mengambil posisi di depan selangkanganku.

Setelah aku membenarkan posisiku, aku bersandar ke dinding, membuka pahaku sambil ditekuk, sehingga batang kejantananku berdiri tegak tepat di depan wajah Wulan. Sambil kubelai rambutnya, dia mulai mengulum batang kemaluanku, tetapi kali ini Wulan sudah lebih pandai mengulumnya, setidaknya lebih enak deh. Bibirnya yang mungil mencium kepala keperkasaanku seluruhnya dari atas sampai biji. Diciuminya sambil dijilat-jilat, tidak lupa bulu kemaluanku dirapihkan dengan lidahnya juga. Rasanya nyaman sekali, apalagi waktu tangannya dengan halus mengocok batang kejantananku. Enak sekali rasanya, geli terus dingin.

Setelah semua bagian selangkanganku sudah basah oleh lidahnya, dia mulai memasukkan batang kejantananku ke mulutnya.
"Slebb.. Hubb.. ehhmmff.. shh.." itu yang keluar dari mulutnya, sementara aku sendiri mulai mendesah tidak jelas.
Waktu itu aku setengah tidak percaya, karena ada cewek cakep, manis, putih, mancung, bibirnya seksi lagi mengulum kemaluanku, sementara buah dadanya bergoyang-goyang karena gerakan kepalanya sendiri. Pemandangan itu membuatku gemetaran saking enaknya. Aku sendiri dengan sedikit memaksa menekan kepalanya, sehingga batang keperkasaanku keluar masuk di mulutnya sampai Wulan batuk-batuk, karena batang kejantananku menusuk tenggorokannya dalam sekali, padahal belum masuk semuanya.

"Sayang, masukin semuanya dong please..!"
"Mmmpphh.. nggak bisa Ans.., udah pol nih..!" katanya sambil senyum.
Sesekali batangku membentuk pipinya dari dalam, sehingga pipinya terlihat menyembul. Agaknya karena terangsang sekali oleh wajahnya yang imut dan seksi waktu mengulum batang kemaluanku dan karena hisapannya memang keras dan nikmat, membuatku serasa terbang ke langit ketujuh. Aku dapat merasakan batang kejantananku mulai berdenyut-denyut nikmat, tanda mau memuncratkan spermaku.
"Aaahh.., Wu.. Wulan, isep yang keras Laann.. kocokin cepet.. cepet.. aakkh.. Wulann..!" teriakku melepaskan kenikmatan yang sepertinya tidak berhenti-henti.

Setelah memuncratkan sperma berkali-kali ke mulut Wulan, baru kumulai sedikit lega dan mulai bernafas tersengal-sengal.
"Aaahh.. Sayang, makasih yahh..!"
Lalu tanpa kuduga, spermaku ditelan semuanya. Dan karena belum puas, dia juga menjilati lagi batang kemaluanku.
"Sayang.., enak yah rasanya..? Sampe ditelen semuanya.."
"Abiss bingung mo diapain, mo dibuang sayang, soalnya ini sperma kamu, mo didiemin di mulut terus agak bau, yah udah Wulan telen aja semuanya.."
"Tapi enak nggak..?"
"Ntar juga kebiasaan.." katanya.
"Deehh.., seneng yah nyepongin punya Ans..!"
"Nggak juga sih, cuman rasanya asik aja ngisepin punyamu sambil liatin kamu yang keenakan, ngerangsang banget..!"
"Kalo gitu ntar-ntar Ans minta disepongin lagi yah..?"
"Boleh. Kapan aja juga boleh..!"
"Bener nih..? Awas yah kalo bohong..!"
"Iyah.. janji.. asal Ans juga mau ngisepin punya Wulan lagi yahh.., abis tadi enak banget sih..!" katanya sambil berbaring di sampingku.
"Iyah deh..!"

Lalu setelah istirahat sambil berpelukan, kami berdua mandi bersama sambil tidak lupa main lagi sekali. Setelah itu kami masak nasi goreng bersama. Ternyata ketika aku sedang memasak nasi goreng, Wulan iseng dan mengulum kemaluanku lagi sambil aku tetap berdiri. Akhirnya aku mengalami ejakulasi lagi setelah dikulum Wulan setengah jam. Lemas sekali rasanya hari itu. Terus kami makan sambil saling bersuapan, pokoknya mesra sekali.

Jam setengah sebelas aku pamit pulang. Setelah janjian bertemu lagi di sekolah besok Senin, kami berciuman lama sekali, soalnya aku merasa sayang sekali sama Wulan. Sebelum aku keluar pagar, dia kembali meminta mengulum kemaluanku sekali lagi, buat besok katanya. Sayangnya batang kejantananku sudah lelah dan enggan berdiri lagi, jadinya tidak bisa tegak, padahal aku masih nafsu. Akhirnya kubantu dengan meremasremas buah dadanya sambil berdiri, Wulan juga menjepitkan batangku di belahan dadanya, terus digesek-gesek. Karena hanya itu, spermaku tidak keluarkeluar, tetapi setelah dipaksakan dengan mengocok yang keras dan menghisapnya juga keras sekali sambil digigit-gigit kecil, spermaku memuncrat juga. Karena keluarnya dipaksa, jadinya agak sakit tapi nikmat sekali. Dan sama seperti tadi, semua spermaku ditelen Wulan, walaupun tidak banyak, paling empat tetes. Setelah itu baru aku pamit pulang.

Setelah kunaik ke motor, kami berciuman manis sekali.
Sampai di rumah, aku langsung menelpon dia dan bilang, "Wulan, Ans sayaang deh.. sama Wulan.."

Yah, sepertinya hanya sampai disitu pengalaman pertamaku making love, itu termasuk pengalaman seksualku yang paling indah lho..! O yah, sejak saat itu, aku sering sekali bercinta dengan Wulan, atau paling tidak dikuluminya saja batang kemaluanku. Kadang di sekolah, di kamar kecil Maal, di ruang kelas, di wartel, di warnet, di kursi belakang mobilku, di pos hansip, sampai yang paling gila di depan teman-teman ceweknya yang hanya untuk memperlihatkan cara mengulum kepunyaan cowok. Kami memperlihatkan seperti apa waktu cowok memuncratkan sperma.

TAMAT




Komentar

0 Komentar untuk "Pertama bersama Wulan - 2"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald