Tahun baru 2001

0 comments

Temukan kami di Facebook
Saat itu sore hari tanggal 31 desember 2000, suasana kantor kelihatan meriah menyambut malam tahun baru. Kuangkat gagang telepon dan kutekan beberapa nomor.
"Kringg.. kringg.. hallo.." suara merdu yang sudah begitu hafal menyahut dari seberang sana.
"Hi manis.. kemana kita malam ini," tanyaku.
"Tahu nih, bingung mau kemana, terserah kamu dech.."
Suasana hening sesaat hingga aku memutuskan untuk nonton saja.
"Ya udahlah, berhubung kita udah kemana-mana di Jakarta ini.. kita nonton aja dulu di TIM baru nanti pas keluar kita lihat keadaan, gimana?"

Jam sudah menunjukkan pukul 18:30 ketika kami keluar kantor menuju TIM. Setengah jam kemudian kami sudah ada di sana. "Mau nonton apa nich.." tanyaku padanya yang terlihat memandang jalanan yang mulai ramai oleh bunyi terompet dan petasan silih berganti. "Itu aja.. World Not Enough, yang jam 19:45 selesainya kan jam sepuluh terus kita lihat mau kemana nanti."

Jam sepuluh lewat kami keluar dari TIM. Jalanan sudah begitu ramai, kendaraan roda dua dan empat saling membunyikan klakson. "Kemana nich?" tanyaku memecah kebingungan di antara kami.
"Nggak tahu.. kita ke Monas aja dech.." jawabnya kemudian.
Kuberhentikan bajaj, setelah tawar-menawar sebentar kami sudah di atas bajaj menuju area Monas dan berhenti di Sabang. Saat itu jam sudah menunjukkan hampir pukul sebelas.
"Kita nyari penginapaan aja dulu baru nanti jalan-jalan, masa mau nggak tidur semalaman, nggak kuat aku," pintanya saat kami berjalan menyusuri jalanan Sabang yang ramai.
"Mau nginap di mana?" tanyaku kemudian.
"Ya udah nginap aja di hotel itu," katanya sambil menunjuk salah satu hotel disitu.
"Ya udah," jawabku sambil berjalan ke arah hotel yang ditunjukkannya.

Setelah mengurus administrasi sebentar, kami sudah di dalam kamar sekarang. Jam saat itu kulihat masih pukul sebelas seperempat. Setelah menutup pintu kamar, kulihat ia sedang di depan jendela memandang keluar. Perlahan kudekati dan kudekap dari belakang secara perlahan.
"Mau kemana sekarang Sayang," tanyaku.
Tanpa menoleh ia menjawab, "Entahlah, aku pusing kalau lihat banyak orang dan berjubel."
"Ya udah lah kita disini ajalah," jawabku sambil merapatkan pelukanku dari belakang.
Perlahan kucium tengkuknya terus merayap ke belakang telinganya. Kulihat di kaca ia memejamkanmatanya menikmati ciumanku. Perlahan kuputar badannya hingga sekarang kami saling berhadapan. Kucium bibirnya perlahan sambil menunggu reaksi darinya dan saat ia mulai bereaksi membalas, mengulum bibirku. Dalam beberapa detik lidah kamu sudah saling bergelut. "Mmhh.. mmhh.. mmhh.." hanya itu yang bisa keluar dari mulut kami yang saling berpagut dengan rapat.

Perlahan kuturunkan tanganku yang memegang kedua pipinya ke arah dadanya dan perlahan kuremasdengan lembut. "Aaahh.." erangnya mengendurkan ciuman bibirnya menikmati remasanku di dadanya. Matanya terpejam dan nafasnya terlihat cepat saat tangan kananku beralih ke arah selangkangannya dan mengelusnya dari luar celana kainnya, sementara tangan kirinya juga mengelus selangkanganku juga dari luar celana panjangku.

Sepuluh menit kami hanya saling berciuman dan saling mengelus. Kemudian perlahan kubuka kaos dan tampaklah buah dadanya yang berukuran 34C. Sambil masih mencium bibirnya perlahan kubuka kaitan BH di punggungnya dan terbebaslah kedua buah dadanya dari tempatnya dan sudah kelihatanmengeras. "Aaahh.. oohh.. " erangnya saat kedua tanganku meremas kedua buah dadanya yangtelah mengeras itu. Beberapa menit kemudian kupindahkan ciumanku dari bibirnya perlahan melewati lehernya ke arah buah dadanya. "Ooohh.. aahh.. ohh.." dessahnya semakin keras ketika kukulum dengan keras puting susunya sebelah kanan, sementara tangan kiriku masih meremas yang sebelah kiri dan tangan kananku masih mengelus kemaluannya yang masih terbungkus celana panjangnya.

Kuhentikan kulumanku dan perlahan kubuka kancing celana panjangnya dan dengan cepat kutarik ke bawah sekalian celana dalamnya, sementara ia dengan cepat juga melepas baju dan celana yang kukenakan. Dalam sekejap kami sudah sama-sama telanjang. "Kamu cantik.." kataku saat kutatap tubuh telanjangnya sambil menarik tangannya dan dalam sekejap telah ada dalam pelukanku. "Ahh.." hanya itu yang keluar dari mulutnya saat kehangatan tubuh kami menyatu dalam pelukan. Perlahan kami berjalan menuju ranjang dan dalam bebrapa detik kami sudah saling bergumul di atas ranjang. "Ooohh.. terus.. Mass.. aahh.." desahnya kembali ketika puting susunya kembali kukulum dan kemaluannya yang telah terbuka kuelus. "Ya remas terus Sayang.. ohh.. enaksekali.." kataku saat ia memegang kejantananku dan mulai mengocoknya secara perlahan.

Perlahan kuubah posisiku di atasnya dan perlahan kuarahkan batang kejantananku ke liang senggamanya tapi kutahan agar tidak masuk, hanya mengeseknya saja. "Ooohh.. Maass.." desahnya saat perlahan sekali kugesekkan batang kejantananku ke liang senggamanya yang sudah basah berdenyut-denyut. "Oohh.. enak sekali Sayang.." erangku mengikuti pinggulnya yang mulai bergoyang kenikmatan.

Hanya beberapa menit, kemudian kami memutar balik, giliran dia yang di atas, masih saling menggesekkan kemaluan masing-masing. "Masukkin Mass.. aku udah nggak tahan," katanya memelas dengan mata setengah terpejam. "Tahan dulu Sayang.. aku belum begitu panas nich," jawabku ingin lebih lama foreplay-nya, sementara ia terus-menerus mengerang nggak tahan. "Aduhh.. ohh.. jangan berhenti dong.." pintanya saat acara gesekan itu kuhentikan karena ingin ganti yang lain. "Aku haus nich.. mau minum cairan memekmu.." desahku yang mulai memanas.

Perlahan ia memutar badannya yang masih di atas tubuhku. "Hhmm.." gumanku ketika aroma dari lubang kenikmatannya segera menyergap wajahku. "Ssruupp.. mmhh.." suara mulutku yang mulai melumat bibir liang senggamanya yang sangat merangsang. "Ooohh.. teruss.. yaa.." erangku saat meyadari batang kejantananku mulai dikulum olehnya. "Oohh.. sungguh nikmat." Kulihat ia mungulum kepala kemaluanku terus menjilati batangnya.. mengulum lagi.. menjilati lagi sambil tangannya mengelus buah pelirku yang mengembung.

"Terus Sayang.. teruss.. enakk.." bisikku disela-sela mengulum bibir kemaluannya dan mengisap cairan yang meleleh di sana.
"Aahh Mmass.. terus Mass.. aku udah mau nyampe," katanya sambil menekankan pinggangnya lebih rapat ke wajahku.
"Iya terus.. Maass.. ennaakk Mass.." desahnya.
Kupercepat permainan lidahku sambil kedua tanganku mempermainkan klitorisnya.
"Aaahh.." akhirnya sampai juga dia orgasme. Kumainkan tanganku perlahan untuk memberi waktu ia menikmati orgasmenya.

Perlahan kuubah posisiku di atas tubuhnya ketika nafasnya mulai normal dan perlahan sambil kucium dan kuremas buah dadanya. Kuarahkan kepala kemaluanku ke liang senggamanya dan sedikit demi sedikit kudorong ke depan, memasukinya. "Ohh.. nikmat sekali.." batinku merasakan nikmatnya gesekan pada batang kejantananku. "Aaahh.. Mass.." erangnya lagi ketika seluruh batang kejantananku telah amblas masuk ke dalam liang senggamanya. Nafasnya mulai memburu dan matanya mulai terbuka dan tertutup ketika batang kejantananku mulai kumajumundurkan perlahan. "Oohh.. yaa.. terus Mass.. teruss.. enak Mass.." ceracaunya menikmati setiap gerakan diliang senggamanya. "Enak sekali Ma.. terus.. ya goyang terus Sayang.. enak sekali" pintaku merasakan jepitan otot liang senggamanya yang masih sempit. Keringat semakin mengucur deras di tubuh kami yang sedang berpacu menikmati kenikmatan duniawi.

Hampir setengah jam ketika kurasakan mulai ada desakan dalam batang kejantananku minta keluar. "Maa.. aku mau keluar nich.." sambil kupercepat sodokanku pada liang senggamanya. "Mass aku sudah nggak tahan.. terus Mass lebih cepat Mass.." desahnya sambil menggoyangkan kepalanya kekiri dan kekanan, sementara tangannya meremas sprei dengan kuat. "Mass.. aku keluar.. aahh.." teriaknya sambil menekankan kedua kakinya di atas pinggangku, sementara kedua tangannya menarik tubuhku. Kupercepat doronganku begitu merasakan jepitannya yang lebih kuat hingga, "Aaahh.." dengan cepat kutarik batang kejantananku dan segera kuarahkan ke mulutnya dan dengan cepat dikulumnya bersamaan dengan keluarnya spermaku ke mulutnya. "Oohh.. enak sekali sekali.. ahh.. sudah Sayang.. aku nggak kuat lagi.." kataku ketika ia masih sibuk mengulum batang kejantananku sambil menikmati cairan spermaku dan menelan semuanya.

Perlahan kugulingkan tubuhku ke samping badannya, keringat serasa membanjir di tubuh kami. Aku dan dia diam beberapa saat menikmati sisa-sisa kenikmatan yang telah tercapai hingga kami tertidur masih dalam keadaan telanjang dan berpelukan.

TAMAT




Komentar

0 Komentar untuk "Tahun baru 2001"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald