Siti pembantuku yang manis - 1

0 comments

Temukan kami di Facebook
Awal kisah ini terjadi lebih kurang hampir 20 tahun yang lampau pada saat isteriku baru melahirkan anak kami yang semata wayang. Pada saat itu seisi rumah termasuk kedua mertuaku amat berbahagia karena isteriku adalah anak perempuan mereka yang tertua dan perkawinan kami dianggap amat terlambat mengingat usiaku sudah lewat 30 tahun. Untuk itu mereka berusaha agar kami mempunyai pembantu rumah tangga yang dapat melakukan pekerjaan dapur sementara isteriku dapat konsentrasi dengan bayinya. Begitulah latar belakang kehidupanku sampai datangnya seorang gadis pembantu rumah tangga berasal dari Ciamis. Namanya Siti, umurnya 17 tahun, orangnya lumayan manis, berkulit putih bersih seperti layaknya gadis desa, susunya pertama kali kulihat sedang-sedang saja dibalut baju yang agak longgar dan yang membuatku tertarik adalah bibirnya. Bentuk bibirnya sensual sekali untuk orang Indonesia yaitu agak merekah seperti bibirnya Estella Warren atau Cameron Diaz yang bintang film itu.

Setelah lebih kurang 40 hari dari hari melahirkan, seperti biasa aku mulai menggoda isteriku untuk melakukan hubungan seksual yang sudah lama kutahan-tahan karena kita berdua harus 'puasa' dulu selama 40 hari dari sejak isteriku melahirkan. Beberapa kali kami melakukan hubungan seksual yang kurasakan agak kurang hot dari biasanya. Aku jadi uring-uringan dan sepertinya gairah libidoku semakin memuncak setiap kali aku melihat pembantuku yang baru itu ditambah lagi setelah beberapa kali aku pulang dari kantor aku menemui isteriku tidak ada bersama anakku dan biasanya dia pergi mengunjungi adik-adiknya atau saudaranya yang lain.

Lebih kurang 1 bulan Siti bekerja di rumahku, dia mulai mengalami perubahan baik fisiknya, cara berpakaiannya dan juga cara memandangku dan juga cara melayaniku setiap aku pulang kerja. Dia mulai memberi perhatian lebih dengan cara mengambil tasku dan menyediakan teh, kopi atau minuman dingin lainnya. Dan aku juga mulai terpengaruh dengan cara-caranya tersebut. Sampai satu hari aku pulang malam kira-kira jam 23:00, isteriku sudah tidur di kamar tengah bersama bayinya.

"Ibu tadi pulang jam berapa, Ti?" tanyaku kepada Siti yang belum tidur masih menonton acara TV.
"Jam 9 Pak," jawabnya.
"Bapak sudah makan?, kalau belum nanti saya sediakan," katanya lagi sambil tersenyum manis kepadaku.
Aku jadi penasaran dan aku melihat kepadanya dengan pandangan yang mulai bernafsu.
"Aku sudah makan Ti, kamu sendiri kok belum tidur?" jawabku sambil pandanganku tidak lepas dari dadanya yang terlihat makin montok karena dia memakai daster pemberian isteriku.
"Belum, karena saya tunggu Bapak pulang seperti pesan Ibu," jawabnya lagi.

Aku mulai nekad, sambil mundur pelan-pelan aku mengintip ke kamar tidur isteriku yang ternyata sudah terlena dengan pulas bersama anakku yang masih bayi berumur hampir 3 bulan. Kembali aku mendekati Siti yang masih berdiri dekat meja makan sambil mempermainkan kancing dasternya bagian atas, dia sepertinya menunggu apa yang akan kukatakan kepadanya.
"Siti, ke sini Neng." Aku memanggilnya sambil mendekatinya.
Dia bergerak perlahan mendekatiku. Baru aku menyadari bahwa lumayan juga pembantuku ini, tingginya hampir setinggi isteriku dan itu bibirnya yang sensual bergerak-gerak perlahan.
"Ada apa Pak?" katanya lagi.
"Kamu sudah punya pacar di kampung?" kataku memancing.
"Ah Bapak bisa saja, nggak ada yang mau sama saya lagi karena saya dicerai sama suami saya gara-gara dituduh main sama lelaki lain," jawabnya lirih.
Aku terkejut mendengar pengakuannya yang terus terang bahwa dia adalah seorang janda muda baru cerai, Nah ini dia kesempatan baikku untuk dapat mendekati Siti selanjutnya.

"Sudah berapa lama kamu cerai, Ti?" tanyaku penasaran.
"Baru dua bulan Pak, memangnya kenapa Bapak nanya begitu?" dia balik bertanya.
"Ah, nggak pa-pa, pasti kamu masih kangen sama bekas suamimu kan, ingin meladeni seperti yang kamu lakukan kepada saya seperti mengambilkan air minum atau yang lain?" jawabku lagi.
"Ah Bapak bisa aja." jawabnya agak manja.

Aku makin berani, sekarang kupegang tangannya dan menariknya duduk di kursi makan dan aku duduk di kursi yang kuhadapkan kepadanya, dia diam saja dan dia mulai melihat ke arahku. Aku pun makin berani mengusap tangannya sambil berkata, "Ti, kamu tahu nggak bahwa kamu itu manis dan lembut."
Kugoda dia dengan perlahan, tanganku mengelus-elus sampai di pundaknya. Terasa olehku dia gemetar oleh sentuhanku. Aku mersakan kejantananku mulai memberontak perlahan di balik celanaku.

"Ti, kalau aku menyayangimu, kamu mau nggak?" tanyaku makin berani sambil mengelus pipinya.
"Ah Bapak, ssaya nggak berani, nnanti.. ketahuan ibu, Pak.." suaranya sayu agak gemetar sementara tanganku yang lain mengusap pahanya yang gempal.
"Ibu sudah tidur jadi kamu jangan takut ya, gimana kalau kamu mau meladeniku lebih dari sekedar yang kamu kerjakan sekarang." Kataku lagi sambil mengusap kupingnya terus turun ke arah bibirnya yang seksi itu sementara tanganku yang lain mulai mengusap pahanya terus sampai dekat selangkangannya. Ternyata dia diam saja bahkan terdengan nafasnya mulai tidak teratur. Aku sudah dapat menduga bahwa Siti mulai menikmati sentuhanku yang juga membuat isteriku dan beberapa gadis-gadis yang pernah kupacari terlena. Dia sendiri mulai menggeser pantatnya mendekatiku.

"Gimana Ti, kamu mau kan?" wajahku mendekati wajahnya dan terasa nafasnya yang khas berbau perempuan kampung dan aku sangat terangsang jadinya.
"Terserah ..Pak.. ssaya.. umm.." belum sempat dia selesai bicara kucium bibirnya yang sensual dengan lembut sambil menarik tubuhnya untuk berdiri. Untuk beberapa saat kukulum bibirnya dengan lembut dan reaksinya terdiam sejenak dan dia mulai membalas, tapi dasar pembantu dan dari kampung dia belum bisa membalas ciumanku dengan benar dan nikmat seperti perempuan kota.Kulepaskan ciumanku dan aku memandangnya dan pandangannya sayu seolah-olah tidak percaya apa yang baru terjadi. Aku terus membelai punggungnya dan ternyata dia tidak memakai BH. Tangannya kulingkarkan ke atas leherku dan kukecup lagi bibirnya dan kali ini lidahku mulai bekerja dengan lembut ke dalam mulutnya, dia membalas sehingga kemaluanku bertambah tegang di balik celanaku. Kugeser-geserkan ke perutnya yang terasa rata dan empuk.
Dia melepaskan diri sambil berkata berbisik, "Paak.. nanti Ibu bangun.."
"Jangan takut Ti.. nggak pa-pa, ibu sudah nyenyak tidurnya," jawabku pasti.

Tiba-tiba kedengaran anakku menangis dan secepat kilat aku melepaskan Siti dan berlari ke kamar melihat keadaan dan ternyata anakku hanya menagis sejenak dan kembali tidur, isteriku juga tidak terbangun. Aku keluar lagi dan ternyata Siti sudah tidak ada. Aku menuju kamarnya yang berada di bagian belakang ruang makan. Kuintip kamarnya dan ternyata Siti sedang duduk di samping tempat tidur sambil memegangi bibirnya yang baru kukecup tadi, mungkin dia surprise dengan apa yang baru terjadi.

"Stt.." aku berbisik dan dia menoleh sambil tersenyum. Aku masuk ke kamarnya, kututup pintunya dan langsung kupeluk Siti dengan lembut dan kali ini dia membalas dengan sigap, ternyata dia terangsang dengan sikapku tadi dan mungkin dia membayangkan bagaimana kalau itu berlangsung dahulu di kampungnya.

Kami berciuman dan tanganku menjalar ke arah dadanya, ternyata susunya yang tidak tertutup BH lumayan besar dan padat serta kenyal. Dia mulai merintih tanda nafsunya bangkit mungkin benar apa yang aku katakan padanya bahwa dia kangen untuk mendapatkan rabaan dari laki-laki, apalagi dariku yang lebih pengalaman soal itu bahkan lebih. Kuambil tangannya dan kugeser ke arah kejantananku, dia menurut dan kuremaskan tangannya ke kejantananku yang masih terbungkus celana, sementara tanganku menjalar di atas dadanya dan kubuka kancing dasternya dan kususupkan tanganku sampai menyentuh susunya dan memainkan putingnya yang lumayan mulai membesar dan keras. Sementara kami berpagut dan suara erangannya makin keras merasakan nikmatnya permainan tanganku di payudara dan putingnya.

Aku tidak tahan lagi, segera kubuka reitsleting celanaku dan kubiarkan tangannya menggenggam batang kejantananku yang tegang, sementara aku mulai menciumi susunya dari atas sampai ke putingnya yang kuintip berwarna coklat kemerah-merahan. Kujilat lembut putingnya dan kuisap perlahan dan aku semakin bernafsu. Kuakui bahwa aku paling suka mengisap susu perempuan, tidak peduli besar atau kecil apalagi yang montok seperti punya isteriku dan juga yang sekarang ada di hadapanku.

Siti mulai terengah-engah dengan perbuatanku dan tangannya mulai mengocok batang kejantananku yang makin tegang, sementara mulutku dengan rakus tapi lembut mengisap susunya kekiri dan kekanan, tanganku yang lain turun menuju pangkal pahanya dan kususupkan ke dalam celana dalamnya yang agak mini dan tipis itu.

Dia menggelinjang dan menahan erangannya, "Paakk.. jjangaann.." bisiknya.
"Nggak pa-pa Ti, aku.. aku akan pelan-pelan.." kataku membujuk dan kembali kucium bibirnya lembut terus turun ke arah susunya dan kuhisap putingnya dengan halus. Tangannya kembali kugenggamkan ke batang kejantananku dan aku berhasil memasuki liang senggamanya yang mulai basah. Kuusap bibir kemaluannya dengan jariku secara lembut dan aku mencapai klitorisnya, terdengar erangannya halus serta nafasnya yang makin tidak teratur.

"Ti.. buka ya dasternya?" Dia menggangguk pelan, pasrah dan mulai terangsang. Kubuka dasternya dan terlihat bodinya yang putih mulus dengan susunya yang lumayan besar serta putingnya yang tegak dan keras berwarna coklat kemerah-merahan. Kubaringkan dia dan aku membuka bajuku lalu aku berbaring di sampingnya, kulihat matanya yang sayu.

"Siti, kamu mau kan membuatku puas malam ini? dan aku akan membuatmu puas juga, OK..?" Dia hanya mengangguk pasrah. Kubuka celanaku sekalian celana dalamku. Batang kejantananku sudah tegang sekali, tapi aku ingin membuat nafsuku tercapai dengan foreplay bersama Siti yang kuyakin belum pernah mengalaminya. Kami berciuman lagi dan sekarang aku mulai menciuminya dari bibir terus ke lehernya, turun ke dadanya. Di sana aku bermain-main sejenak sambil menikmati kekenyalan susunya serta erangan halusnya. Kemudian kuciumi perut, pusar sampai di atas liang senggamanya yang agak membusung. Kubuka celana dalamnya dan tampaklah liang senggama miliknya yang dihiasi bulu-bulu yang tidak begitu lebat. Terdengar erangannya, "Pak.. aughh.."

Pelan namun pasti, kujilati bibir kemaluannya dan bau khasnya tercium yang membuatku bertambah nafsu dan terasa Siti membuka lebih besar selangkangannya sambil meremas rambutku. Terasa cairan meleleh keluar dari liang senggamanya dan kujilati, terasa agak asin tapi nikmat. Tiba-tiba tangan Siti menjambak rambutku dan menekan kepalaku sambil membuka lebar pahanya untuk memberikan keleluasaan wajahku menjilati liang senggamanya disertai erangan kepuasan. Aku tahu dia telah mencapai klimaks orgasme. Kuhisap dan kujilati cairan yang keluar dari liang senggamanya sampai tidak tersisa di situ. Beberapa saat dia menekan kepalaku di antara pahanya yang tegang dan juga putih mulus itu disertai terangkat sedikit pinggulnya. Kemudian terasa mengendur pegangan tangannya di kepalaku. Kuangkat wajahku sambi melihat kepadanya.
"Gimana Ti.. enak, Ti?" kataku.
"Ooohh.. Paak, saya belum pernah rasa seperti tadi selama ini," jawabnya sambil tersenyum sayu.

Dia menarikku untuk berbaring di sampingnya sambil memegang batang kejantananku yang semakin tegang.
"Suami saya kalau minta, cuma sebentar aja.. terus udah gitu dia tidur," jawabnya lagi tanpa malu-malu.
"Aku juga ingin menikmati kamu Ti, gimana? Sekarang boleh nggak..?" aku mulai tidak tahan atas remasan tangannya di batang kejantananku.
Dia tersenyum dan bangun tanpa melepaskan batang kejantananku dari genggamannya, aku mengikuti gerakannya dan tanpa ragu-ragu batang kejantananku diciumnya dengan bibirnya yang sensual, mungkin karena tidak pernah mengisap kemaluan laki-laki, Siti hanya bisa menciumi saja. Serta merta aku bilang, "Dikulum Ti, terus dikenyot jangan dicium saja.." Dia melakukan apa yang kukatakan dan nikmat sekali rasanya, sambil melihat batang kejantananku yang berada diantara bibir sensual itu.

Aku tidak tahan lagi, kuremas susunya yang kenyal sambil menarik kakinya dan kami membentuk "posisi 69" dan sepertinya Siti pasrah dengan perlakuanku. Sementara batang kejantananku berada di dalam mulutnya, terasa lidahnya yang sebentar-sebentar dipermainkan (maklum dia tidak punya pengalaman Blow Job). Aku merasa semakin tegang dan nafsu ditambah dengan posisi 69 terlihat liang senggama Siti yang kemerah-merahan dikelilingi bulu-bulu yang tidak terlalu lebat. Kujilati bibir serta klitorisnya yang terasa agak mengeras dan beberapa saat kemudian terasa cairan membasahi lidah dan mulutku disertai kedua pahanya menjepit kepalaku, terdengar erangan Siti. Dia mengalami orgasme lagi. Kutelan habis-habisan cairan liang senggamanya. Dan pada saat hampir bersamaan aku juga merasa kenikmatan yang luar biasa, dan tanpa bisa dibendung lagi kurasakan batang kejantananku berdenyut-denyut, spermaku mendesak dan menyemprot keluar di dalam mulut pembantuku itu. Kurasakan dia tidak melepaskan batang kejantananku dari mulutnya pada saat spermaku keluar. Ah.. luar biasa si Siti ini. Kugeser badannya dan kami berdua tergeletak lemas di tempat tidur pembantuku, Siti sambil berpelukan.

"Terima kasih yaa.. Ti, kamu mau melayaniku seperti tadi," aku berkata sambil membelai pipinya.
"Saya juga Pak, saya belum pernah seperti tadi, suami saya maunya enak sendiri, habis main terus tidur." balas Siti manja.
Terdengar lonceng 12 kali, aku tersadar dan segera bangkit memakai celanaku. Sambil mengecup bibir dan susuya yang montok itu aku berkata, "Siti, ini rahasia kita berdua yaa.. jangan sampai orang lain tahu apalagi ibu, besok kita ketemu lagi." Siti tersenyum sayu sambil kembali memakai pakaiannya dan aku keluar menuju kamar mandi.

Bersambung .....




Komentar

0 Komentar untuk "Siti pembantuku yang manis - 1"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald