Sherrie baby - 1

0 comments

Temukan kami di Facebook
Menginap di rumah Danny sahabat karibku merupakan hal yang menyenangkan. Kami biasa nonton film sampai orang tuanya terdengar mendengkur di kamarnya dilantai atas. Kami kemudian bermain kartu sambil kaman popcorn. Setiap kali aku tidak melewatkan kesempatan untuk menggoda adiknya yang cantik Sherrie. Sherrie berusia 15 tahun sedang aku dan Danny 17 tahun.

Kami sering mengoloknya dengan memanggilnya Sherrie Baby, karena wajah Sherrie memang baby face, tubuhnya juga relatif kecil dibandingkan dengan usianya. Matanya biru, rambut pirang dan wajah imut-imut. Sehingga orang akan mengira Sherrie masih berusia 11 atau 12 tahun. Sherrie akan marah dengan wajah bersungut-sungut kalau kami sedang mengoloknya.

Malam itu Sherrie memakai kaus ketat dan rok mini ketat pula, sehingga tubuh mungilnya semakin tambak jelas. Memang tubuh Sherrie serba mungil. Pada usia yang ke 15 dadanya baru berkembang seperti anak usia 12-13 tahun, pinggulnya juga kecil pula. Tapi justru aku sangat menyukai kemungilannya itu.

Sepertinya Sherrie tahu kalau aku tertarik kepadanya. Sherrie sering memergoki ketika mataku yang nakal sedang menjelajahi bubuhnya bagian bawah, ataupun ketika mataku sedang melototi bukit mungil didadanya. Kadang-kadang seperti tidak disengaja dia angkat roknya sehingga aku dapat melihat jelas kemulusan pahanya. Tentunya aku juga sangat senang memperoleh kesempatan seperti itu.

"Kamu belum pernah melihat penis laki-laki ya?" tanya Danny kepada adiknya ditengah percakapan kami malam itu. Pertanyaan Danny membuat hatiku berdebar-debar.
"Sudah, sering," jawab Sherrie ketus, rona merah wajahnya membuat hatiku semakin berdebar-debar.
"OK, sebutkan nama pemuda yang pernah kau lihat penisnya," desak Danny penasaran.

Sherrie melirik kepadaku sepintas. Sepertinya bibirnya bergerak mau mengucapkan sesuatu tapi akhirnya hanya tersenyum manis dan berkata,

"Ah, lupakan saja," katanya, kemudian dia pergi meninggalkan kami berdua yang tertawa senang karena berhasil menggodanya. Sesaat kemudian Sherrie balik lagi.
"Aku lupa mengambil CD booklet-ku," katanya.

Dia melangkah disampingku dan membungkukkan badannya mengambil buku kecil di meja. Mataku menatap lekukan pinggulnya, dan tiba-tiba ide nakalku timbul. Kucolek pahanya yang mulus itu, dimana Posisi Danny yang ada diseberang Sherrie tidak akan bisa melihat gerakannku. Sherrie melirik ke arahku sambil tersenyum, kemudian meninggalkan ruangan.

Senyuman itu mengingatkanku kejadian rahasia antara aku dan Sherrie yang terjadi beberapa bulan yang lalu. Ketika aku menginap seperti biasanya setelah begadangan dengan Danny. Malam itu kami bercanda sehingga kepalaku disiram coca-cola, kemudian akupun mandi, ternyata tidak ada handuk disana, sehingga segera lari menuju masuk kamar Danny yang terletak di seberang kamar mandi untuk mencari handuk. Begitu masuk kamar, langsung kututup pintunya dan ketika aku memutar badan, ternyata ada Sherrie sedang tiduran di atas ranjang Danny, matanya yang biru melotot memandang tubuhku yang telanjang bulat dihadapannya. Beberapa saat kami saling pandang tanpa berkata-kata, akhirnya Sherrie membuang muka sambil tersenyum genit.

Tadinya aku berniat untuk segera menutup tubuhku, tapi kemudian aku berubah pikiran. Aku jadi ingin menggoda perawan cilik ini habis-habisan dan aku juga ingin melihat reaksinya menghadapi keadaan ini. Maka aku tetap berdiri dihadapannya dengan penisku terbuka bebas dan kembali Sherrie menatap tubuh telanjangku, kemudian kembali membuang muka, aku harapkan dia akan malu, tapi ternyata Sherrie tetap tidak bergerak dari tempatnya.

Aku jadi semakin penasaran untuk melihat sampai dimana keberaniannya. Aku segera membangunkan penisku, kemudian duduk disampingnya. Sherrie membalikkan tubuh kembali melihat ke arah penisku yang sekarang sudah tegang sepenuhnya. Wajahnya jadi merah padam, kemudia segera membalikkan tubuhnya meraih bantal dan menutupi kepalanya dengan bantal. Aku jadi lebih berani, kuraba-raba pahanya yang mulus sambil menunggu reaksinya lebih lanjut. Kali ini dia bereaksi benar-benar diluar dugaanku. Sherrie membalikkan tubuhnya, dengan berani menatap langsung ke batang penisku yang berdiri tegang itu dalam jarak beberapa inci dari wajahnya dan kemudian dengan punggung tangannya diusapnya batang penisku.

"OK, aku baru saja memberimu pekerjaan tangan," katanya, dan kemudian segera bangkit keluar kamar.

Semenjak kejadian itu Sherrie secara diam-diam lebih memperhatikan aku. Kejadian itu juga kami tutup rapat-rapat hanya untuk kami berdua. Aku juga tidak pernah bercerita kepada Danny tentang hubungan kami berdua. Aku tahu Danny sangat teliti menjaga adiknya, sehingga aku khawatir Danny akan marah kepadaku. Sehingga akupun mengikuti kebiasaannya menganggap Sherrie sebagai seorang gadis cilik, meskipun dalam hatiku aku semakin bergairah setiap kali melihatnya.

Kembali ke cerita awal, setelah Sherrie meninggalkan kami berdua, tidak lama kemudia kamipun tidur. Paginya kami berlatih sepak bola seharian, dan Danny sepertinya kecapean sehingga tidur lebih awal di kamarnya, sedang aku seperti biasanya tidur kamar lantai bawah. Kumatikan semua lampunya sehingga kamar dalam keadaan gelap gulita. Aku memang biasa tidur dalam keadaan gelap dan hanya memakai celana dalam.

Aku terbangun beberapa saat kemudian ketika kurasakan penisku dihisap sebuah mulut. Mulanya kupikir aku sedang mimpi. Sementara dua tangan kecil beraksi disekitar pahaku, satu tangan memegang batang penisku yang lainnya memeluk pahaku. Kurasakan pula kehangatan dan kelembutan tubuh seorang wanita disana, yang membuatku yakin bahwa ini bukannya mimpi. Sesaat kemudian tangan-tangan mungil itu menurunkan celanaku dan melepaskannya sama sekali. Kembali tangan-tangan mungil itu menggenggam batang penisku dan kemudian mengocoknya pelan-pelan.

Bibir mungil yang basah itu kemudian menyusuri daerah pangkal pahaku, naik keperutku, bahkan putingku juga diciuminya. Sensasi ini benar-benar telah membuatku sadar sepenuhnya, penisku juga semakin mengeras dan tegang bagaikan tongkat tongkat polisi.

"Nikmat sekali," bisikku kepada sosok bayangan hitam itu.

Sesaat aku masih menduga-duga siapa dia? Tapi kemudian aku yakin sepenuhnya bahwa itu pasti Sherrie. Kudengar desah nafasnya yang berat serta suara kecapan mulutnya yang menghisap-hisap penisku. Dia kemudian menghentikan hisapannya dan berkata,

"Aku sakit hati dan bosan digoda. Akan kutunjukan kepadamu bahwa aku bukan anak-anak lagi. Aku seorang wanita.."

Aku tersenyum di dalam gelap ketika tangan mungilnya menggenggam batang penisku dan mengocoknya naik-turun. Sangat nikmat sekali. Ujung penisku kembali merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa ketika mulut mungil itu kembali mengulumnya. Sekujur tubuhku sampai gemetaran merasakan getaran sensasi yang luar biasa.

Tanganku kuturunkan ke bawah, kuusap-usap kepala kecil itu dengan penuh kasih sayang. Hisapan mulut Sherrie tidak terlalu kuat ataupun cepat, gerakan tangannya juga tidak beraturan, dia bukanlah seorang yang pandai melakukan itu, tapi kemampuannya itu sudah lebih dari cukup untuk pemuda sepertiku. Sebenarnya ini adalah 'blowjob'ku yang yang pertama kali yang kuterima dari orang lain. Tidak seperti bualanku di depan Danny, sebenarnya aku masih perjaka. Pengalamanku tentang sex hanya dari membaca majalah dan juga pengalaman memergoki kakak keponakanku yang sedang kencan dengan pacarnya di kamar orang tuaku beberapa tahun lalu ketika dia dimintai tolong untuk mengasuhku.

Sekarang secara tiba-tiba aku menerima 'blowjob'ku yang pertama, yang begitu manis! Bibir mungil dan basah Sherrie mengulum penisku serta menghisapnya dengan lembut, sementara tangannya yang mungil mengocok dengan gerakan naik turun, dan tangan lainnya mengusap-usap bolaku. Aku tak mampu lagi menahan mulutku untuk tidak mengeluarkan desahan dan erangan, juga pinggulku sampai terangkat-angkat. Sherrie meneruskan aktivitasnya sampai tiba-tiba puncak orgasmeku tercapai.

Seluruh otot dan saraf ditubuhku terasa menegang dan berkontraksi ketika semburan spermaku meledak di mulut Sherrie.

"Aaahh.."

Tanpa kusadari kepeluk kepala Sherrie erat-erat dengan tangan menggigil. Sherrie jadi kelabakan ketika semburan dasyat meledak dimulutnya, dia tidak bisa menghindar karena kepalanya kukunci erat-erat. Akhirnya diapun berhasil melepaskan diri sambil terbatuk-batuk menumpahkan cairan spermaku yang kental itu. Sementara semburan spermaku masih terus berlangsung beberapa saat lagi, berhamburan menimpa wajah dan tubuhnya.

Aku benar-benar kagum juga sangat terharu dengan semangat dan tekadnya untuk memuaskanku, meskipun sempat terbatuk-batuk dan tersedak cairan spermaku, kocokan tangannya tidak berhenti sampai penisku tidak mampu lagi mengeluarkan cairan sperma.

Tubuhku terasa limbung seolah olah melayang diudara.. Aku benar-benar sulit untuk menggambarkan sensasi kenikmatan yang sedang kualami..

"Kau baik-baik saja?" bisikku beberapa saat kemudia setelah aku kembali sadar. Kuusap-usap rambutnya dengan penuh kasih sayang yang mendalam. Sherrie cuma bisa mengangguk sambil menyandarkan kepalanya kedadaku. Dengan napas masih memburu.

"Bagaimana tadi?" bisik Sherrie kemudian.
"Luar biasa, nikmat sekali." kataku, "Kau pernah melakukan sebelumnya?"

Sherrie menghapus sisa-sisa cairan sperma di bibirnya dan kembali merebahkan kepalanya didadaku.

"Tidak," jawabnya dengan suara merdu, "Itu sebabnya aku ingin tahu apakah aku cukup baik?"
"Kau telah melakukan dengan baik sekali," bisikku.
Kuraih tangannya dan kuletakkan di batang penisku yang sudah bangkit lagi.
"Rasakan ini," bisikku, "Lihat, apa yang telah kau lakukan kepadaku. Kau membuatnya begitu riang dan bersemangat."

Sambil berbincang-bincang Sherrie mengusap-usap penisku dengan lembut.
"Kau tidak pernah tahu, berapa lama aku berusaha keras merencanakan ini semua," bisiknya.
"Oh, ya?" kataku tidak paham.
"Sejak pertama kali kau menginap disini," katanya, "Aku telah mengawasimu ketika kau sedang tidur, aku membayangkan bahwa suatu saat aku akan menghisap anumu dan ML denganmu, seperti yang sering diperbincangkan teman-teman sekolah dibelakang pintu.
"Wow!" seruku terkejut. Kubayangkan ketika malam itu untuk pertama kali aku menggodanya di kamar Danny.
"Suatu saat aku menyelinyap masuk kamar ketika kamu sedang tidur," katanya, "Setelah itu aku selalu mencari kesempatan. Minggu berikutnya aku merancang suatu cara untuk bisa melihatmu telanjang. Akhirnya malam itu aku berhasil menumpahkan 'coca-cola' dikepalamu, sehingga kamu pasti perlu mandi. Aku segera mengambil semua handuk di kamar mandi dan menunggumu di kamar Danny karena kamu pasti akan masuk kesana mencari handuk. Sementara itu aku telah menyuruh Danny ke toko untuk membeli coca-cola, sehingga untuk beberapa saat hanya tinggal kita berdua dirumah. Itu benar-benar perencanaan yang sempurna dan berhasil."

"Terus apa yang seharusnya kau inginkan," tanyaku penasaran.
"Aku sebenarnya ingin melakukan ML denganmu, tapi aku takut. Kau tahu? Sebenarnya waktu itu, aku sudah tidak memakai apa-apa lagi dibalik pakaian tidurku!"
"Holy shit!" seruku terkejut.
"Tapi melihatmu telanjang malam itu dan tidak sempat melakukan apa-apa menbuatku sangat menyesal. Sejak itu aku semakin tergila-gila kepadamu. Setiap hari cuman kau yang ada dalam pikiranku dan aku tak bisa menghilangkan bayangan keindahan tubuhmu yang menakjubkan dari pikiranku. Aku telah merancang beberapa cara untuk bisa ML denganmu. Dan aku sudah minum pill setiap hari agar setiap saat siap untuk melakukannya. Kemudian aku mulai melaksanakan rencanaku agar kau bisa sendirian di kamar ini."
"Benar?" seruku semakin heran.

Aku membiarkan Sherrie melanjutkan ceritanya karena Sherrie terus mengelus-elus batang penisku sambil bercerita, keadaan itu benar-benar sangat mesra sekali. Juga ceritanya tentang minum pill setiap hari membuatku semakin mantap untuk melakukan percintaan kami lebih jauh lagi karena aku tidak mempersiapkan kondom. Sepertinya gadis cilik yang imut dan sangat aduhai ini telah melakukan perencanaan secara teliti dan matang sekali. Aku semakin kagum dan terpesona kepada 'my Sherrie baby'.

"Well, aku yang mengatakan kepada Mama agar kau bisa tidur disini, tidak di kamar Danny. Aku katakan ke Danny bahwa kalian berdua yang sering begadang sampai jauh malam membuat tidurku sering terganggu. Kemudian bulan lalu kami menyiapkan kamar khusus ini yang jauh terpisah dengan kamar lainnya untukmu kalau kau menginap disini. Disini aku merasa aman dan tidak khawatir akan ada yang memergoki kalau kita ML."
"Sejak itu, setiap akhir minggu aku tidak sabar lagi untuk menerkammu di kamar ini, tapi aku ragu-ragu. Aku tidak yakin akan reaksimu. Aku tidak ingin kau mentertawakan aku dan menceritakan kepada Danny ketololanku. Akhirnya setiap akhir minggu aku cuman bisa turun kesini mengintipmu sambil mengkhayalkan tentang itu."

"Sampai malam ini?" bisikku, "Apa yang akhirnya merubah pikiranku?"
"Aku telah membaca buku yang memberiku ide. Aku ingin memberikan kejutan kepadamu saat kamu tidur agar kau tak menggodaku lagi."
"Itu sudah, sayang," kataku sambil mencium keningnya dengan mesra sekali. Aku tidak bisa lagi mengungkapkan isi hatiku setelah mendengar ceritanya.
"Terimakasih." Bisik Sherrie.
"Tunggu dulu. Kau katakan bahwa kau datang kesini untuk melihatku, tapi disini gelap gulita."

Sherrie melepaskan batang penisku, kemudian mengambil sesuatu dari kantong baju tidurnya dan mengeluarkan korek api. Kemudian dinyalakannya korek tersebut dan cahaya lembut menerangi kami berdua.

"Kamu tampak menakjubkan sekali dibawah sinar ini," katanya sambil tersenyum manis.
"Kamu juga." Bisikku.
"Kau mau ML sekarang?" tanya Sherrie.
"Tentu, my Sherrie Baby."

Cahaya dimatikan dan aku segera melepas baju tidurnya melewati kepalanya. Aku tidak merasa dia melepas celana dalamnya. Sherrie telah merencanakan sebelumnya. Kurasakan buah dadanya yang telanjang menekan dadaku, kuraih wajahnya dan kucium bibirnya. Kurasakan bibirnya agak asin dan aku sadar bahwa aku baru saja menjilat spermaku sendiri. Yuck! Aku lupa tentang itu. Tapi, Sherrie memberikan ciuman yang sangat hot.

Bersambung . . . .




Komentar

0 Komentar untuk "Sherrie baby - 1"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald