Teman baikku

0 comments

Temukan kami di Facebook
Namaku Agus (bukan nama sebenarnya). Aku kuliah di salah satu PTS di Jakarta. aku punya teman wanita, sebut saja namanya Lia. Si Lia ini teman baikku sejak SMA. Kalau aku lagi ada masalah atau aku gagal mendapatkan cewek, dia inilah yang jadi tumpahan unek-unekku. Pokoknya dia baik sekali denganku. Orangnya cantik sekali. Tapi ini bukan aku yang bilang, teman-temanku yang bilang begitu. Dulunya menurut aku sih lumayanlah. Mungkin karena aku nggak sadar barangkali, habis aku tiap hari ketemu dia dan lihat dia, jadi aku merasa sudah biasa. Teman kuliahku pernah bilang kalau si Lia itu sensual banget, apalagi dari bagian lehernya sampai dadanya. Orangnya nggak begitu tinggi, sedanglah buat perempuan. Tingginya 162 cm dan beratnya 50 kg. Langsing kan? Rambutnya panjang tergerai. Kebayang dong gimana orangnya.

Diantara aku dan dia kalau ngobrol sudah nggak ada batasnya, termasuk tentang hal yang begituan. Dia juga sudah tahu ukuran penisku. Sedangkan aku cuma tahu ukuran pinggangnya 62 cm. Yang bagian atas dan bawahnya aku nggak diberi tahu. "Belum saatnya Gus..", begitu kata Lia dengan nada genit kalau aku selalu bertanya. Tapi aku bisa lihat kok ukuran payudaranya nggak begitu besar. Sekitar 32, begitulah.

Aku sudah sering nonton dan jalan-jalan berdua sama dia. Teman-temanku menyangka kalau aku pacaran sama dia, padahal aku sama dia cuma temanan baik. Lalu kejadian yang membuat aku mengirim cerita ini terjadi beberapa bulan yang lalu, waktu kami berdua pergi nonton Ransom. Seperti biasanya aku jemput dia, terus kami pergi nonton di PH. Kali ini si Lia seksi banget. Dia pakai baju ketat putih favoritku. Aku yang suruh dia pakai itu, soalnya aku suka lihat dia pakai itu. Dan dia juga selalu setuju sama permintaanku. Terus pakai rok mini yang kalau aku bilang pendek banget dan merangsang. Sekitar 15-20 cm lah dari lutut. Sepanjang perjalanan dia duduk di sebelahku dan pahanya terlihat hampir sampai ke pangkalnya. Dalam hatiku, gila juga nih si Lia. Sepulangnya nonton kira-kira jam tujuhan, aku ajak dia ke rumahku seperti biasanya aku sama dia ngobrol-ngobrol dulu. Dia sudah sering ke rumahku dan masuk kamarku. Jadi dia maulah.

Kebetulan rumahku lagi kosong. Orang tuaku sedang ke Surabaya, menghadiri kondangan orang nikahan. Dan aku anak tunggal. Cuma tinggal pembantu saja. Aku ajak dia masuk kamarku dan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-canda. Terus aku ke WC sebentar buat pipis. Waktu pipis, aku membayangkan juga itu body Lia yang aduhai. Terus aku masuk kamarku lagi. Begitu kubuka pintu, kulihat Lia lagi di depan meja belajarku sambil nungging melihat buku-buku kuliahku. Kelihatan dong pahanya yang putih mulus itu dan sedikit CD-nya. Aku sudah nggak tahan lagi nih. Lalu kudekati dia dan kupeluk dari belakang. Si Lia kaget dan berbalik badan tapi nggak melawan, cuma sedikit berusaha menghindar. "Kenapa kamu Gus", katanya. Terus kulumat saja bibir mungilnya, dan kupepetkan dia ke dinding kamarku. Dia juga membalas ciumanku dan kukulum lidahnya sambil kuremas-remas payudaranya. Si Lia mendesah kecil. Makin lama aku semakin gila. Aku mulai turun ke bawah pahanya. Rok mininya aku turunkan sampai ke lantai sehingga dia cuma pakai CD dan baju ketat. Ternyata nggak cuma pakaian luarnya yang bikin nafsu, dia pakai CD yang bertali di bagian pinggangnya, jadi bisa di copot sebelah doang. Aku cium pahanya sambil mulai menarik tali CD sebelah kirinya. Kelihatan bulu kemaluannya yang halus terawat dan vaginanya yang berwarna merah muda. Desahan Lia semakin keras terdengar. Kumainkan kelentitnya dengan tanganku. "Ahh.. Ahh.. Gus.." vaginanya makin basah. Lalu aku jilati vaginanya dan si Lia semakin meronta-ronta kegelian. Sambil menjilati vaginanya kucopoti celana jeans-ku dan sekaligus CD-ku. Keluarlah penisku yang sudah tegang sekali. Lalu aku berdiri, aku angkat kaki kanan Lia, yang masih menempel CD-nya, setinggi pinggulku dan mulai mengarahkan penisku memasuki vaginanya.

Si Lia mendorong pinggulku. "Jangan Gus, aku kan masih perawan, nggak mau dimasukin.." Terus aku bilang bagaimana kalau cuma pura-pura doang seperti film-film Hollywood, si Lia senyum centil tanda setuju. Aku teruskan gerakanku tadi. Terus aku gesek-gesekan senjataku ke bagian luar kewanitaannya seperti wanita sedang masturbasi. "Ahh.. ahh.. terus Gus", si Lia juga ikut bergoyang keenakan. Lama-kelamaan tangan Lia mulai memegang-megang penisku, lalu tanpa kusadari dia mengarahkan penisku ke dalam vaginanya. Rupanya si Lia sudah terangsang banget dan nggak mau peduli lagi. Blesh.. penisku mulai masuk ke vaginanya. "Ahh.. sakit Gus", kata Lia. Seret banget dan sempit, walaupun ukuran penisku nggak gede-gede amat. Akhirnya masuk juga semuanya dan aku teruskan goyanganku. Enak banget rasanya, baru kali ini aku merasakan vagina perempuan. Biasanya aku merasakan gulingku. Mungkin karena baru pertama kali senggama, nggak lama, aku merasa sudah mau keluar.

Lalu croot.. croot.. spermaku keluar di dalam. Si Lia nampaknya belum orgasme. Sambil terus berpelukan aku tengok ke kiriku ada cermin dan kulihat posisiku dengan Lia horny banget. Seperti lagi nonton BF. Penisku yang sempat lemas berdiri lagi. Kucium dia sambil kugendong dan aku rebahin ke ranjangku. Kaos putihnya kulepaskan, begitu juga BH-nya. Benar dugaanku, payudaranya nggak begitu besar tapi putih kencang. Cukuplah besarnya. Lia sudah telanjang bulat, cuma sisa CD-nya yang masih menempel di kaki kanannya. Aku hisap sebelah putingnya. Lia pun mulai menggeliat lagi. Puting yang satu lagi aku mainkan sama tanganku. Terus aku merasa penisku sudah keras sekali dan aku kangkangi kakinya dan aku masukan saja lagi ke vaginanya. "Ngehh.. ah..", si Lia mendesah keras. Kali ini nggak seseret yang pertama tadi. Aku maju mundurkan penisku dan Lia mengikuti goyanganku. Aduh.. gila nggak menyangka kalau vaginanya perempuan seenak ini. Sambil kucium bibirnya kumainkan payudaranya dengan tanganku. Enggak lama kemudian vaginanya terasa menyempit tiba-tiba seperti memijat penisku dan badannya menegang. Si Lia pun berteriak "Ahh..", aku nggak tahan penisku dipijat sama vaginanya lalu aku keluar juga. Dan aku pun berbaring di sebelahnya sambil mengusap-usap rambutnya. Terus aku antarkan pulang. Selama perjalanan kita berbicara tentang tadi. Ternyata dia suka sama perlakuanku. Katanya nikmat, dan untuk lain kali aku minta dia pakai baju yang seksi-seksi dan dia cuma senyum-senyum kecil malu-malu.

Aku sama Lia makin sering begituan. Untuk yang kedua kali dan seterusnya aku pakai kondom, soalnya aku takut dia hamil. Semuanya kulakukan di rumahku karena rumahku sering kosong. Teknikku pun semakin jago. Terakhir aku bisa bikin dia orgasme 4 kali dalam sekali begituan. Waktu itu dia pakai stocking kaya film-film BF. Horny banget nggak sih. Tapi dia nggak jadi pacarku dan masih berstatus teman baik. Aku nggak tahu apakah aku sama dia masih mau meneruskan setelah kita masing-masing sudah punya suami dan istri. Yang penting sekarang dulu lah, yang itu belakangan.

TAMAT




Komentar

0 Komentar untuk "Teman baikku"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald