Autumn Diary - 3

0 comments

Temukan kami di Facebook
Malam ini aku ingin kembali merasakan kehangatan bersama Lee karena semenjak kejadian malam itu kami tidak ada kesempatan lagi untuk bercinta. Begitu sampai aku langsung membuka soju [arak korea] yang kubawa. Sambil menghisap rokok aku hidupkan TV sementara Lee sedang mandi. Segera ku matikan rokokku saat Lee keluar dari kamar mandi dengan berlilitkan handuk. Aku menghampirinya dan kucium lehernya. Baru satu kecupan saja, dia mendorongku menjauh.
"Kamu bau rokok dan soju". Tolaknya dengan mimik kurang suka.
"Ok. Aku mandi dulu".
Aku bergegas mandi dengan bersih dan menggosok gigiku bersih-bersih agar tak tersisa bau rokok. Aku lupa kalau Lee tak merokok dan tidak pernah mau minum arak. [Aku sekarangpun sudah 3 tahun berhenti merokok dan minum]
Aku sudah selesai mandi dan kulihat Lee duduk di lantai yang bertilam, sudah berkimono dan sedang melihat TV. Aku dekap dari belakang. Kutarik kimononya kebawah sehingga bahunya terbuka. Kuhembuskan nafas hidungku menyapu lehernya. Malam ini aku mau mencumbunya habis-habisan. Lee menggeliatkan lehernya lalu menyandarkan tubuhnya di badanku. Ternyata anak ini sangat suka di manjakan. Cocok dengan aku yang suka memanjakan orang yang ku sayangi. Kudekap erat tubuhnya. Mengalir kehangatan yang mendamaikan. Mata Lee terpejam. Kuusap rambutnya yang masih basah. Kuciumi telinganya, leher putihnya, matanya, pipinya yang kemerahan sambil ku permainkan puting dadanya. Penisku mendadak tegang. Kubawa tangan Lee masuk ke CDku dan kugenggamkan pada penisku.
Tanpa di komando dia meremas-remas penisku dengan lembut. Kubaringkan kepala Lee di atas tangan kiriku dan tangan kananku membelai rambutnya. Dia membuka sedikit matanya. Tampak dia juga terangsang. Matanya menyorotkan kepasrahan. Seperti mata seorang wanita yang tak berdaya dalam pelukan laki-laki. Kuturunkan wajahku dan ku kecup lembut bibirnya. Dia buka mata saat aku hentikan kecupanku. Dan mata itu terpejam kembali ketika aku gigit bibir bawahnya, merambah ke pipinya, hidungnya dan kembali kulumat bibirnya seperti melumat gula-gula yang dapat mencair. Dilepaskannya tangannya dari penisku dan kedua tangannya memelukku. Didorongnya aku hingga telentang dan kini tubuhnya menindihku. Penis kamipun bergesekan. Aku terbaring pasrah. Kubiarkan saja Lee melakukan keinginannya.
Di ciuminya wajah dan dilumatnya bibirku. Sangat bernafsu. Aku merasa agak sakit saat dia mengigit bibir bawahku. Kumainkan lidahku dan ganti kuhisap lidahnya sebagai balasan. Dia kelimpungan tidak berkutik. Air liurnya bercucuran, tak henti-hentinya aku telan. Tangankupun tidak tinggal diam, meremas-remas kedua pantatnya dan memutarnya sambil kutekan kebawah sehingga gesekan penis kami makin terasa nikmat. Kini mulutnya sudah sampai ke leherku, kurasakan dia menghisap sangat kuat. Pasti nanti ada bekasnya. Tapi tidak apa. Aku bisa beralasan habis melacur kalau ada teman yang bertanya. Dan akupun akan melakukan hal yang sama terhadap Lee.
"Auch. Lee". Lenguhku saat dia mulai mengigiti leherku.
Kupejamkan mata menikmati setiap apa yang dilakukannya. Dia menjilati telingaku serta mempermainkan lidah di belakangnya. Tubuhku mengigil. Kali ini aku mendapat balasan kenikmatan darinya. Memang lain rasanya bermain cinta karena nafsu saja dan bermain cinta dengan kasih sayang.
"Lee, Lee, ough". Desisku parau sambil kuremas rambutnya.
Lidahnya merayap di seluruh permukaan tubuhku. Dadaku, bahuku di gigitinya, putingku kiri kanan diputarinya dengan lidah. Tak ketinggalan juga pinggang dan perutku di gelitiki dengan kenakalan lidahnya. Aku betul-betul tidak berdaya. Hanya bisa melenguh, menggelinjang, sambil ku jambak rambutnya. Kini dia bangkit dan duduk menatapku. Handuk yang kulilitkan sudah tersingkap. Tangannya mulai merambah pahaku. Mengusapnya naik turun. Matanya menatapku tajam. Kini aku merasa berada di bawah kekuasaannya. Kupejamkan mata ketika dia menurunkan wajahnya ke pahaku. Kurasakan hembusan nafasnya menelusuri pahaku. Tubuhku mengejang ketika lidahnya menjilati dari lutut dan terus naik keatas sampai ke pangkal pahaku. Lalu disapunya area itu dengan lidahnya. Aku menggelinjang. Kakiku mengejang.
"Ough, ough". Aku mengerang. Lee mengulangi perbuatannya lagi.
Dan itu di ulangi lagi beberapa kali sampai aku tanpa sadar mengangkangkan kakiku hingga penisku yang masih terbungkus CD tampak seperti makanan yang siap di hidangkan.
Aku pasrah saja ketika Lee menelusupkan tangannya kedalam CDku. Buah pelirku di genggamnya sambil perlahan diremasnya. Terasa kehangatan mengaliri seluruh penisku, membuatnya makin berdenyut. Kemudian ditariknya telurku kebawah, maka mencuatlah penisku yang telah keras membengkak. Ditariknya CDku kebawah oleh Lee. Sementara tangan kirinya menggengam pelirku, tangan kanannya mengurut batangku dari bawah keatas, sesekali diremasnya kepala rudalku.
Urat-urat yang makin bermunculan membuat penisku semakin kelihatan gagah. Lee tampak seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. Di mainkannya penisku sampai aku meringis sakit. Puas bermain dengan penisku, Lee memulai aksinya menjilati batangku. Seperti menjilati ice cream, dibuatnya penisku basah berkilat. Dihisapnya juga kepala penisku sambil diselingi gigitan. Tapi terus terang aku lebih merasa kesakitan daripada merasa nikmat.
"Masukkan saja Lee". Suruhku untuk menyudahi permainannya atas penisku.
Lee lalu memasukkan batangku yang telah basah oleh liur kedalam mulutnya. Tanganku segera meraih rambutnya, ikut memegang kemudi atas aksinya. Tak lama kemudian penisku sudah keluar masuk dengan lancar dalam mulutnya. Lee pun sudah pandai menyedot dan menjilat. Tapi kadang gigitannya masih terlalu kuat. Bagaimanapun juga aku menikmatinya sampai terpejam-pejam. Beberapa menit kemudian kurasakan klimaksku hampir tiba. Cepat-cepat kutarik penisku dari mulutnya. Lee terkejut. Wajahnya menatapku, menunjukan mimik tak suka. Sengaja aku tidak mau keluar dulu sebelum dia, karena biasanya nafsuku mendadak hilang kalau sudah mencapai puncak. Sedangkan tujuanku ingin memuaskan dia.
Sebelum dia mengeluarkan protes, aku sumbat mulutnya dengan ciuman dan belaian lembut di rambutnya. Kubelai juga punggungnya dengan penuh sayang. Kutelentangkan tubuhnya dan kutindih tanpa melepaskan ciumanku dari bibirnya. Kaki kananku kuletakkan di antara pahanya sehingga pahaku menekan penisnya dan penisku menekan pahanya. Kalau mengikuti kata hati, ingin cepat-cepat kumuntahkan cairan di buah zakarku ini. Tetapi aku dapat menguasai diriku agar supaya Lee bisa mendapat kepuasan. Selama 10 menit kubuat Lee merintih, mengejang dan kelojotan menahan kenikmatan permainan lidah dan tanganku di tubuhnya. Kuhiasi leher putihnya dengan tanda merah bekas sedotanku. Lee masih terengah-engah kala kulepaskan CDnya. Kedua pahanya kurentangkan, kutekuk lututnya, dan kutahan dengan kedua tanganku.
"Aach, ouch!" Lee mengerang setengah berteriak kala kukulum buah pelirnya.
Kepalanya mendongak, matanya terpejam rapat, pantatnya naik keatas. Tangannya menjambak kuat-kuat rambutku. Bergantian kiri kanan kukulum pelirnya, sebelum kumasukkan batangnya yang berdenyut-denyut kedalam mulutku. Aku takut nanti dia keburu keluar sebelum aku puas menikmati batangnya yang masih fresh.
Dengan keahlianku, penisnya dapat masuk sepenuhnya dalam mulutku. Bahkan ku paksakan masuk lebih dalam lagi agar kehangatan mulut dan gerakan menelan yang kulakukan dapat memberikan kenikmatan yang tak akan pernah dilupakannya. Tak sampai 2 menit Lee kubuat melayang diantara hidup dan mati, dia mengejang. Pantatnya terangkat naik turun. Kedua tangannya menaik turunkan kepalaku. Kutahan sakit di tenggorokanku saat penisnya menghujam-hujam dengan cepat, malah semakin aku kuatkan sedotanku.
"Aaach.. Aaach". Teriaknya beberapa kali sambil menyemburkan cairan kental dari kepala penisnya ke dalam mulutku.
Kali ini tidak langsung kutelan. Kusimpan di mulutku. Dan ketika penisnya sudah kukeluarkan dari mulutku, kutelan sedikit-sedikit sperma hangat dari pemuda yang kusayangi ini. Terasa gurih dan wangi dalam mulutku. Kulihat ada sisa sperma lagi di penisnya. Kuraih penis Lee yang masih keras dan kujilati sampai bersih. Lee menggelinjang karena geli. Dia kelihatan sangat puas. Tapi hasratku yang belum tersalurkan meronta minta pelepasan.
Kutindih Lee yang masih terbaring kelelahan. Penisku yang berdenyut kugesek-gesekkan ke penisnya yang telah lemas. Badannya kudekap erat-erat dan kujilati wajahnya disertai lumatan dan gigitan di bibir dan lehernya. Sementara itu aku beraksi diatas tubuhnya seperti pria menyetubuhi wanita. Tak lama ku nikmati tubuh Lee. Kurasakan desakan dari penisku tak tertahankan lagi. Aku cepat-cepat bangkit dan berlutut di depan wajah Lee sambil penisku yang membengkak maksimal ku arahkan ke mulutnya. Dan anak pandai ini membuka mulutnya tanpa disuruh. Ku kocok sebentar batangku sebelum ku masukkan kedalam mulut Lee sudah menanti.
Belum sempat Lee menghisap batangku, aku tekan penisku kedalam mulutnya dan sambil mengejang kutembakkan cairan kentalku. 4 semburan memenuhi rongga mulut jantung hatiku. Dia sampai tersedak. Tetapi di telan habis juga spermaku oleh dia. Kami terbaring lemas. Sama-sama kelelahan. Kulingkarkan tanganku memeluknya. Kami berciuman panjang. Tanpa nafsu, hanya kasih sayang. Lee memejamkan mata. Mungkin terlalau capek dan mengantuk. Dia terus tertidur pulas. Sedangkan aku tetap terjaga sambil kupandangi wajahnya yang innocent.
Masih terbayang kemanisan yang kami lewati malam itu. Juga saat pagi harinya sebelum mandi, kembali kami ulangi kemesraan semalam. Namun semua kenangan itu kini menjadi sembilu yang menghiris hati setiap kali aku mengenangnya. Kutuliskan kisah ini dari buku harianku yang ku tulis sejak perpisahan kami. Buku itu masih terjaga rapi meski banyak tulisannya yang pudar karena tetesan air mata.
*****
Baru 2 botol bir yang kuhabiskan, Lee yang duduk di sebelahku menatap dengan pandangan tidak suka.
"Kenapa? Kamu mau minum juga?" Tanyaku pura-pura tidak mengerti kalau dia marah.
Kuakui kadang-kadang egoku membuatku mengacuhkannya. Sekarang sering aku tidak menghiraukannya kalau sedang bersenang-senang dengan teman-teman yang lain. Memang aku sangat menyayanginya, tapi saat itu aku masih sering menurutkan keinginanku sendiri. Hari ini Jin Won, teman sekamar yang suka tidur sambil memelukku sedang merayakan ulang tahun. Dia bawa teman seasrama minum sambil makan bulgogi [daging bakar] di sebuah kedai. Dan aku rencana mau mabuk malam ini. Tapi baru 2 botol bir kuminum, Lee sudah marah. Anak ini memang pandai menjaga kesehatan. Badannya yang tegap selalu di latihnya dengan bermain basket. Sedangkan aku lebih suka berenang atau main badminton kalau lagi mood.
"Banyak minum tidak baik". Jawabnya singkat.
Kutatap muka jengkelnya. Tiba-tiba nafsuku muncul. Saat ini di asrama tidak ada orang dan teman-teman pasti tidak akan pulang kalau belum mabuk.
"Ayo ikut aku". Bisikku pada Lee dan aku terus bangkit menuju pintu keluar.
Bersambung . . . . .





Komentar

0 Komentar untuk "Autumn Diary - 3"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald