Aku dan teman Taiwanku - 3

0 comments

Temukan kami di Facebook
Nickylah yang terus menyemangatiku, ia berulang kali menuangkan champagne ke dalam gelasku. Berulang kali, sampai aku tak ingat lagi sudah berapa gelas champagne yang kuhabiskan, ketika itu aku sudah tidak sadar alias mabuk. Ketika aku tersadar, hari sudah pagi dan kurasakan mataku silau oleh sinar matahari yang menyelinap masuk melewati sela-sela curtain di jendela aparteman. Aku terbaring di atas sofa. Dan yang membuat aku lebih kaget lagi, pakaianku acak-acakan, yang tersisa di tubuhku hanyalah kaus singlet dan celana dalam. Aku bahkan tak sempat lagi untuk sekedar berpikir tentang siapa yang berani menelanjangiku semalam, kepalaku masih terasa berat.
Aku mencoba untuk memejamkan mata sekali lagi untuk tidur, tapi tak bisa, rasanya mataku masih berkunang-kunang. Tanganku menggapai-gapai, mencoba untuk mencari sesuatu, tapi tak kutemukan. Saat itulah baru kusadari kalau tak ada seorang pun di ruang tamu itu, aku ditinggal sendirian. Tapi kemana mereka? Aku pun mencoba mengerahkan seluruh kekuatan yang masih aku miliki untuk bangkit dan mencari dimana bajingan-bajingan tengik itu yang telah berani berbuat kurang ajar padaku.
Namun, tiba-tiba telingaku sayup-sayup menangkap suara seseorang yang sedang mengerang-erang. Lama kelamaan terdengar makin jelas. Ya ampun, mereka bertiga sedang "bermain" di atas spring bed. Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang aku lihat saat itu, mungkin aku masih mabuk. Tetapi tidak, apa yang kulihat saat itu benar-benar nyata. Suara-suara itu makin keras, terdengar bergantian, mulanya Zai-Zai, lalu Nicky, dan kemudian John Lung.
Aku masih terpaku memandangi mereka, aku tersenyum, lumayanlah untuk tontonan gratis. Namun tiba-tiba, tanpa sadar, kurasakan tangan Nicky mencengkeram bahuku. Dengan kerlingan matanya, aku langsung menangkap maksudnya, aku diajaknya bergabung. Singkat cerita, aku pun ikut dalam permainan mereka.
Nicky melumat bibirku lama sekali di atas sofa, sementara itu tangannya bergerak liar menggerayangi seputar dada, perut dan kedua puting susuku di balik singlet yang kupakai. Aku pun tak tinggal diam, karena aku pun bukan amatiran dalam permainan semacam ini. Gaya permainan orang Indonesiaku muncul. Kumain-mainkan lidahku di dalam sela-sela bibir Nicky yang seksi, kuhisap dan kulumat dengan penuh gelora nafsu, sesekali kugigit-gigit kecil belahan bibirnya. Sampai detik itu saja, saat foreplay yang aku lakukan, Nicky sudah menggelinjang-gelinjang dan mengerang, ia melenguh keenakan, "Argh.."
Kini badan kami sudah saling bertindihan, Aku mengambil posisi di atas, karena ini adalah waktuku untuk memegang kendali permainan. Aku terus melumat bibir Nicky yang segar dengan aromanya yang wangi, begitupun sebaliknya. Setelah aku cukup puas dengan bibirnya, ciuman dan jilatan lidahku perlahan turun ke bagian tubuh di bawahnya. Sementara itu, tangan Nicky sibuk bergerilya di dalam CD-ku, ia meremas-remas penisku yang sudah full ereksi kala itu.
Kemudian, ia memelorotkan CD-ku, setelah itu barulah ia memelorotkan CD-nya sendiri. Wow, pahanya sangat putih dan mulus, mungkin tak jauh beda dengan punyaku. Belum lagi aku terpana ketika sesaat kulihat penis Nicky yang masih uncut (tak bersunat), namun tak kalah perkasa dengan penisku saat itu. Aku tersenyum sesaat, air liurku mengalir ketika memandang penis sepanjang 15 cm itu tegak berdiri di depan mataku. Tak perlu menunggu waktu lama, langsung saja kumasukkan penis Nicky itu ke dalam mulutku, aku sedot dan aku hisap kuat-kuat. Kumainkan maju mundur di dalam liang mulutku, sampai air liurku membasahi seluruh penisnya sehingga tampak mengkilat-kilat terkena sinar matahari, "What a fresh penis!" gumamku.
Di tengah-tengah permainan kami, tanpa kusadari, ternyata Zai-Zai dan John Lung sudah berada di dekat kami. John Lung mengelus-elus punggungku dari belakang dan kemudian menjilatinya, sampai ke sela-sela ketiakku, membuatku makin tenggelam dalam dunia kenikmatan ini.
Sementara itu Zai-Zai mendekatkan mukanya ke mukaku, "Sisakan untukku, ok?" bisiknya bergurau. Kemudian tanpa ada komando, aku dan Zai-Zai bercumbu. Wow, aku belum pernah bermain four in one sebelumnya, bagiku ini sungguh pengalaman yang luar biasa dahsyatnya. Aku sampai ketar-ketir dibuatnya. Bagaimana tidak, Zai-Zai mencumbu bibirku, John Lung bermain-main dengan bagian belakangku dan menjilati punggung bahkan sampai ke pantatku, sementara Nicky menghisap penisku di bawah sana. Mereka begitu liar, seperti orang yang kehausan lalu menemukan mata air di tengah padang gurun Sahara.
Mereka bertiga tak bisa dipandang sebelah mata untuk urusan ini, mungkin inilah yang mereka lakukan sehari-hari di dalam kamar aparteman ini. Ah, betapa senangnya!
Kini tiba giliranku bermain dengan Zai-Zai, sementara John Lung dan Nicky mempunyai kesibukan sendiri di atas karpet. Zai-Zai memandangku sambil mencengkeram lenganku, "Tunjukkan kebolehanmu di atas ranjang, sobat!" tantangnya seraya menarikku ke atas ranjang.
Kami melanjutkan permainan ini di sana, di atas kasur spring bed berukuran besar yang lebih empuk daripada di sofa ruang tamu. Hal pertama yang kami lakukan di atas ranjang adalah bermain dalam posisi 69. Ach, tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata perasaan yang aku alami saat itu! Setiap kali aku melakukannya, terasa ada suatu kesan yang baru yang berbeda dari apa yang pernah kulakukan.
Penis Zai-Zai sama menggiurkannya dengan penis Nicky yang sudah kucicipi tadi, putih dan bersih, penis itu kini menjulang dengan keperkasaannya di depan batang hidungku dan terciumlah aroma kelelakian Zai-Zai di sana, membuatku mabuk kepayang saja! Satu yang juga menarik perhatianku dari penis yang kini menjulang di depan mataku yaitu jembut-jembutnya yang sangat sedikit bahkan nyaris plontos, mungkin saja Zai-Zai baru mencukurnya, bagiku itu bukanlah masalah, malahan aku makin horny saja melihatnya.
Kumasukkan pelan-pelan penis berukuran tak kurang dari dua genggaman tangan orang dewasa itu ke dalam mulutku, rasanya kenyal-kenyal dan empuk seperti permen karet. Kugerakkan maju mundur berirama, makin lama makin cepat seiring dengan beat nafsuku yang kian menggelora. Setelah kurasa cukup, aku selingi aksiku dengan kocokan. Tak jauh beda dengan apa yang dilakukan Zai-Zai pada penisku di bawah sana, pokoknya aku merasakan kenikmatan double saat itu.
Sampai sekarang aku rada heran, kenapa banyak orang yang tak suka dengan oral seks, padahal menurutku variasi semacam ini sangat luar biasa. Masalah rasa jijik yang seringkali dijadikan alasan, bagiku "no problem", tetapi tentu saja dengan catatan partnerku harus bersih dan sehat. Untuk Zai-Zai, aku yakin 99% kalau ia sehat alias tak berpenyakit seksual, aku belum ingin mati muda, man! Apalagi mati karena PMS (=Penyakit Menular Seksual), ojo sampai!
"Ouh..!" Zai-Zai menyedot penisku. Gerakan lidahnya makin liar, terkadang ia menyapu selangkanganku, kanan dan kiri secara bergantian. Aku tahu ia tambah horny melihat "burung"-ku bergelantungan di bawah sana dengan keperkasaannya yang cukup membuat orang ketar-ketir ketika melihatnya. Bukannya keGe-eRan, tapi aku bangga dengan rudalku yang paling kusayang dan kurawat dengan baik ini. Tak lama setelah Zai-Zai "menggarap" penisku dengan aksinya yang seganas itu, maka lava putih kental itu pun muncrat dari kantong pertahanannya, membanjiri muka Zai-Zai. Cowok bermata sipit itu tersenyum lebar, kemudian ia melanjutkan lagi pekerjaannya, menggarap penisku untuk yang kedua kalinya.
Sementara itu, aku bertarung mati-matian untuk menaklukkan bisa menaklukkan rudal Zai-Zai. Baru kusadari kalau ternyata Zai-Zai adalah lawan yang sangat tangguh, pertahanannya baru jebol sepuluh menit kemudian. Tepat ketika penisnya hendak kumasukkan ke dalam mulutku, tak ayal semprotannya yang hangat dan kuat membuat wajahku basah kuyup oleh sperma kentalnya.
Tetapi tiba-tiba aku merasa ingin sekali menjilati sperma Zai-Zai yang masih melekat di ujung penisnya dan di bagian wajahku sejauh yang bisa dijangkau oleh lidahku, dan akhirnya kulakukan juga tanpa dikomando. Terus terang, bagiku ini adalah pengalaman pertama minum sperma. Aku tak pernah melakukannya terhadap Denny atau pun Valent sebelumnya.
Ternyata, not bad! Lumayan juga rasanya! Setidaknya lebih nikmat daripada champagne yang semalam aku minum, malahan yang satu ini kandungan alkoholnya jauh lebih berat, mungkin sampai 90% atau lebih, pokoknya bikin kepala langsung snut-snut mabuk kepayang, tapi yang lebih dahsyat lagi efek ketagihannya itu loh, nggak ku-ku! Karena itulah, aku mengulanginya lagi pagi itu, terus dan terus, sampai Zai-Zai betul-betul lemas dan tak sanggup melayaniku lagi. Tentu saja, aku juga perlu istirahat. Malahan aku sebenarnya sudah merasa capek sekali sedari tadi. Kau tahu sendiri kan, Aku kan bukan superman yang bisa bertahan main lebih dari 10 ronde!
Begitu aku terjaga, sudah jam 12 siang. Zai-Zai, Nicky dan John Lung masih tertidur kecapaian. Tentu saja, mereka sudah main sebelum aku bangun tadi pagi. Entahlah, mulai dari jam berapa mereka memulai pesta ini, tapi yang jelas kalau mereka lebih capek dari aku, itu wajar.
Aku tak akan pernah melupakan hari itu sebagai sebagian lembaran sejarah masa laluku, karena aku sadar bahwa masa lalu tak akan pernah bisa diperbaiki atau pun diulangi, segala sesuatunya sudah terjadi dan tidak ada satu pun yang perlu disesali.
*****
Ok. Namaku Steve. Silahkan kirim komentar kalian tentang kisahku in ke ID ku di bawah. Thanks

Tamat





Komentar

0 Komentar untuk "Aku dan teman Taiwanku - 3"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald