Antara menggoda dan godaan - 1

0 comments

Temukan kami di Facebook
Aku terbangun ketika bel pintu berbunyi. Ah, aku lupa, kalau pintu masih terkunci. Disampingku Bu Ayu masih tertidur pulas. Kelelahan dia. Kuperhatikan tubuhnya yang halus dan putih. Dadanya masih kelihatan kencang dan perutnya juga tidak gendut. Aku suka keindahan yang dimiliki oleh ibu muda ini. Bel di pintu bunyi lagi. Mungkin Bang Jay pulang, kata batinku.
Aku bangun dengan malas. Aku ambil pakaian bersihku di lemari. Celana training dan kaos oblong, agak buru-buru aku memakainya. Aku tidak memakai celana dalamku. Aku juga tidak sempat untuk merapikan pakaianku yang berserakan di samping tempat tidur.
"Maaf, menunggu lama ya?" kataku pada Bang Jay yang berdiri di pintu.
Ada rasa bersalah timbul. Seharusnya pintu tidak kukunci, tapi keliaran Bu Ayu tadi membuat aku takut ketahuan.
"Baru akan ditelpon," katanya sambil mengantongi HPnya,"Baru tidur ya?"
Aku mengangguk sambil kusapu mukaku. Mungkin tampangku kacau, aku belum sempat bercermin tadi. Baru kusadar kalau tanganku belum kucuci, masih ada bau vagina tercium olehku.
Dia masuk dan membuka sepatu sendalnya. Map besar yang disandangnya ditaruh di meja makan, sedang ranselnya di taruhnya di sofa. Bau keringatnya cukup merangsang. Kancing kemejanya yang tidak dikancing, memperlihatkan dadanya yang bidang. Aku menelan liurku, kembali terbayang ketika Bang Jay mandi. Pintu kembali kututup.
Dia mengambil minuman kaleng di pojok dapur. Dia membuka kemejanya dan menaruhnya di sandaran meja makan. Bulu dada yang halus dan bulu di bawah pusarnya kulihat sangat seksi. Ah, fantasiku mulai lagi..
Kubuyarkan lamunanku. Kalau Bang Jay ke kamar, dia pasti melihat Bu Ayu. Jantungku berdebar, takut ketahuan. Masih ada rasa malu ya? batinku menggoda. Zinah yang kamu lakukan bersama Bu Ayu akan tetap jadi dosa, Yadi!
Aku menuju kamar mandi, sambil sebelumnya aku tutup pintu kamarku yang tidak tertutup rapat. Aku segera cuci tangan pake sabun. Kucuci juga mukaku. Mulut dan hidungku kusapu agak lama. Oral yang kulakukan di vagina Bu Ayu meninggalkan bau yang masih merangsangku. Kembali aku bilas mulutku dengan air yang banyak di wastafel.
"Tadi saya sudah ke Mas Narto," lapor Bang Jay dari ruang makan.
Setelah aku keringkan mukaku dengan handuk, segera aku keluar dari kamar mandi.
"Lalu asistensinya bagaimana, Bang?" tanyaku. Dia menunjuk ke map besar di meja makan. Sambil minum dia berdiri di bawah ac.
Rupanya sangat kepanasan dia setelah dari luar. Aku tahu isyaratnya. Aku buka mapnya, dan mengeluarkan isinya berupa beberapa lembar storyboard yang tampilannya seperti komik. Bagus sekali. Sudah berwarna lagi. Aku duduk di kursi makan diikuti Bang Jay. Dia meletakkan kaleng minumannya, dan membantuku membentang 5 lembar gambar storyboard yang berukuran doble folio itu. Menyusunnya di meja makan agar kami mudah mengamatinya. Bau badannya sangat dekat di hidungku. Entah kenapa, ada keinginan untuk mencium langsung tubuhnya.
"Saya cuma koreksi untuk di endingnya saja," kata Bang Jay,"Mungkin besok, Mas Narto datang bawa koreksinya."
Aku melihat halaman storyboard yang dimaksud Bang Jay. Gambar ulustrasi yang memperlihatkan wadah bedak yang terbuka di rak kamar mandi, sedangkan backgraundnya cowok sedang mandi. Ada tulisan slogan di bawahnya.
Kemudian Bang Jay menyampaikan usulannya kalau endingnya dibuat dengan menampilkan cewek masuk kamar mandi dan memeluk cowok yang sedang mandi. Tapi kusampaikan, dengan durasi 15 detik dan 30 detik, mungkin jadi sulit untuk menangkap maksud pesan terakhir produknya. Kemudian kami terus diskusi sampai ke masalah musiknya dan..
Diskusi kami terhenti, Bu Ayu keluar dari kamar yang membuat Bang Jay memandang ke arahku. Kaget dia.
"Bu Ayu? Maaf, saya tidak tahu kalau masih belum pulang," kata Bang Jay.
Aku nggak tahu mau menjelaskan apa tentang hal ini. Bang Jay meraih kemejanya dan memakainya. Ada rasa sungkan juga dia dengan bertelanjang dada di depan Bu Ayu. Adat ketimurannya masih ada pada Bang Jay. Kulihat Bu Ayu sudah berpakaian rapi, walau wajahnya sedikit kusut karena belum bermakeup.
"Tidak apa-apa. Tadi merepotkan Yadi dulu, biasa.." katanya genit dan tersenyum ke arahku.
Dia menuju dispenser dan mengambil minum disana. Mungkin Bang Jay tahu apa yang telah kami lakukan. Ada kata "biasa" yang disebut Bu Ayu. Bang Jay menoleh ke arahku dengan sorot tidak percaya. Bu ayu melangkah ke meja makan sambil membawa minumannya.
Aku mau mengatakan apa? Aku angkat bahu saja sambil sedikit senyum. Sorot matanya masih menyiratkan tidak percaya. Risi juga aku dilihat begitu oleh Bang Jay. Sulit aku mengartikan pandangannya itu, sama sulitnya aku menjelaskan kenapa aku tidak bisa menahan diri.
Akhirnya Bu Ayu ikut masuk ke diskusi kami yang terhenti tadi. Duduk di tempatku, sedang aku berdiri. Ketika tangannya tersentuh olehku, aku rasakan tangannya dingin. Rupanya dia sudah cuci tangan. Dia suka dengan storyboard yang kami buat yang tidak jauh dari gambaran deskripsi skenarionya. Rasa lapar sambil diskusi kami ganjal dengan makan kue kecil yang masih ada tadi siang.
Tanpa terasa, di luar sudah mulai gelap. Diskusi yang kami lakukan cukup lama juga. Aku usulkan sedikit animasi untuk endingnya. Bang Jay dan Bu Ayu setuju, kemudian aku segera menelpon Mas Narto untuk penggambarannya. Musiknya mungkin dapat langsung diproduksi dengan menggunakan materi storyboard ini sebagai gambaran visualnya. Bang Jay menghubungi musisi pembuat jinggle yang sudah dipesannya. Wah, besok acaranya bakal padat banget.
Bu Ayu mengingatkan item kerja yang lainnya, seperti pembuatan iklan radio, poster, iklan media cetak, baliho, selebaran dan lainnya yang berhubungan dengan acara hiburan peluncuran. Kulihat waktu kami efektif tinggal satu bulan.
Kemudian aku usulkan untuk pemotretan model dapat dilakukan segera, tanpa menunggu jadwal shooting film iklannya. Bu Ayu katakan tunggu keputusan kontraknya dulu. Kalau begini bisa selesai nggak ya? Aku kembali mengecek skedul. Rasanya masih aman, dan ada bagian kritis juga, cuma semoga dapat diatasi.
Kalau minggu ini kontrak modelnya sudah selesai, aku harapkan minggu depan sudah mulai shooting dan langsung masuk studio post pro. Kutawarkan Bu Ayu untuk mandi dulu ketika dia mau pamit pulang. Dia tidak mau, katanya mau langsung pulang dan mandi di rumahnya saja.
"Nanti ketahuan suami," katanya, "Tampil di rumah agak kusut dikit, biar kesan sibuk dan capek ada. Biar kelihatan pulang kerja," tambahnya.
"Ah, ibu ada-ada saja," kata Bang Jay sambil tertawa, "Kita kan memang kerja, bukan pura-pura."
Aku tertawa saja, walau ada rasa kaget timbul. Aku tidak tahu kalau Bu Ayu bersuami. Kupikir dia seperti Bu Poppy, wanita karir yang masih jomblo. Aku baru mengenal Bu Ayu pada saat mulai proyek ini saja, mungkin sepuluh harian yang lalu. Ada rasa bersalah timbul lagi.
Jam 8, Bu Ayu pamit pulang. Dia tidak mau diantar pulang. Takut merepotkan, katanya. Besok Bu Ayu mesti presentasi tentang progres proyeknya ini. Aku tidak ikut pada rapat besok karena rencananya Bu Poppy yang ikut.
Sebelum tidur, aku mandi dulu. Kontolku masih bau vaginanya Bu Ayu. Ada cairan yang sudah mengering di batang kontolku. Pelan kubersihkan tubuhku. Aku menyabuni tubuhku sampai dua kali. Kubiarkan air shower menyirami tubuhku agak lama. Aku telah berzina! Aku memang belum dapat konsekuen dengan prinsipku. Entah kapan aku dapat menahan godaan. Semakin aku menjauh, godaan itu makin mendekat dan mudah untuk dilanggar.
Aku jadi ingat Ran yang kunasehati untuk dapat menjaga diri, sedang aku tidak mampu. Pertahananku jebol siang tadi. Ada rasa menyesal timbul. Kalau saja aku mau untuk menahan Bu Ayu, mungkin kejadian ini tidak terjadi. Masalahnya aku membiarkan Bu Ayu menggerayangi tubuhku. Terbayang kembali ekspresi Bu Ayu ketika di atas tubuhku. Liar sekali dia. Ah, apa yang terjadi berikutnya..
Fantasi liarku kembali timbul. Kubayangkan Bu Ayu ikut mandi bersamaku dan Bang Jay! Entah kenapa bayangan 2 in 1 itu muncul. Kontolku kembali menegang. Air shower terus mengguyur tubuhku. Dengan pelan kuurut kontolku dengan memijatnya. Kuelus bahuku, pangkal lenganku, kemudian kembali ke dada. Kubayangkan itu semua sentuhan Bang Jay dan Bu Ayu yang sedang menikmati tubuhku. Kumainkan putingku yang sedikit menegang. Telapak tanganku menjalar terus ke seluruh tubuhku mengikuti aliran air dari shower. Syarafku menegang menyebar ke seluruh kulitku.
Tanganku meremas pantatku yang tidak begitu besar, tapi cukup kencang berotot. Jari-jariku masuk kebelahan pantat dari belakang. Mengelus di sana dan jari tengahku kembali ke bibir anusku yang mulai mengembang. Kurasakan kulit dalam anusku di ujung jari tengahku. Kubayangkan lidah Bang Jay bermain di sana. Sedangkan elusan tanganku di batang kontolku, kurasakan seperti emutan mulut Bu Ayu. Pelan kogosok telunjukku di anusku dan sedikit ditekan masuk.. Pelan kugerakkan jari-jariku sambil fantasi liarku mengembara.
Uff. Aku tersadar. Bang Jay mengetuk pintu kamar mandi. Mau mandi juga dia. Segera kutarik nafas panjang, kubuyarkan lamunan itu dengan menghentikan mandiku. Dan kegiatan masturbasiku. Ketika aku keluar kamar mandi dengan dengan hanya lilitan handuk di pinggangku, Bang Jay sudah menunggu di pintu. Bertelanjang dada dan berkolor!
"Mandi lagi, yuk," ajaknya.
Ditelingaku, itu hanyalah suatu gurauan saja. Walau di hati kecilku ingin juga.. Aku tertawa saja. Bang Jay masuk kamar mandi dan menunggu di pintu.
"Ayuk!" katanya lagi, "Hah? serius nih? Belum pernah mandi bareng kan?" tanyanya.
Dia masih berdiri menunggu. Sorot matanya itu yang membuat aku tidak bisa menatapnya. Aku segera menggeleng. Kulihat Bang Jay sedikit kecewa dengan keputusanku. Dia masuk dan menutup pintu kamar mandi. Aku tidak mendengar pintunya dikunci. Mungkin dia berharap aku masuk ketika dia sedang mandi, batinku.
Susah payah aku menekan keinginan menerima tawaran Bang Jay tadi. Bayangan tubuh seksinya yang penuh busa sabun terasa mengundangku untuk menerobos masuk kamar mandi. Kutarik nafas dalam beberapa kali sambil rebahan di tempat tidurku yang masuh ada wangi tubuh Bu Ayu. Akhirnya aku tertidur. Malam ini aku tidur pulas. Tanpa mimpi.
Kami mesti menyelesaikan pekerjaan yang saling berhubungan, terutama jingle. Lagu itu akan digunakan untuk iklan radio dan TV. Sedangkan soal storyboard dan naskah dialog untuk iklan radio sudah kami selesaikan sampai tadi siang. Semua materi sudah dibawa Bu Poppy ke rapat direksi. Rina dan Sisy kuingatkan soal properti untuk shooting minggu depan.
Sampai sore ini kami belum ada bayangan lagunya seperti apa. Karena itu aku dan Bang Jay seharian menunggui Bang Hotman memainkan organnya, 'memasang telinga' untuk mencari lagu yang cocok.
Akhirnya kuusulkan untuk buat lagu dengan durasi lagu normal, dengan lirik kalau perlu. Durasinya diabaikan dulu begitu juga dengan penyesuaian dengan tampilan visualnya. Kami telah dapatkan kunci nadanya. Akhirnya menjelang tengah malam kami telah dapat satu lagu dengan beberapa alternatif aransemen. Untuk durasi pendek akan gampang untuk disesuaikan dengan visual pada saat editing.
Bersambung . . . .





Komentar

0 Komentar untuk "Antara menggoda dan godaan - 1"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald