Mbok Inemku yang pemalu - 1

0 comments

Temukan kami di Facebook
Nama saya Tiyo, umur 34 tahun dan saya bertempat tinggal dekat kampus sebuah PTS di Jogja. Saya mengirim cerita ini untuk membagi pengalaman saya, sehingga mudah-mudahan bisa menjadi referensi dalam mengarungi kehidupan para pembaca.

*****

Para pembaca yang setia, aku mau menyambung ceritaku yang dulu, dimana akhirnya keperjakaanku, aku serahkan ke gadis kecilku Tika. Setelah mengalami ML yang benar-benar berkesan itu, aku dan tikaku akhirnya tertidur pulas sampai pagi. Walaupun pada malam harinya, aku sempat terbangun dan ingin mengulanginya lagi, namun setelah aku lihat tikaku tidur dengan nyenyaknya, aku jadi kasihan untuk membangunkannya.

Pagi nan cerah di hari itu, aku bangun dan langsung ke kamar mandi untuk buang hajat. Sambil menikmati sebatang rokok putih kesukaanku, aku nikmati tubuh polos tikaku yang masih tergolek di ranjangku. Tikaku masih tertidur pulas, terkadang dia menguap dan mengeliat. Disaat aku sudah selesai dan mau berdiri, tiba-tiba saja tikaku bangun dari tidurnya dan lari ke arahku.

"Ndoro.., Tika mau pipiis..".
Kemudian tikaku yang telanjang itu langsung jongkok dan "Suur..".
Eh.. baru sedikit keluar pipisnya, Tika ini memelukku dan akhirnya menangis.
"Kenapa menangis nduk.., dan pipisnya kok nggak jadi..!
"Tika nggak mau pipis.., memek Tika perih Ndoro..".

Aku sempat berpikir, mungkin rasa perih di memeknya itu disebabkan luka ataupun lecet di selaput daranya yang semalem baru saja aku perawanin.
"Ayo nduk pipis lagi.., nanti perut Tika bisa sakit lho kalau nahan pipis..".
"Pokoknya Tika nggak mau pipis lagi.., Tika takuut..".

Aku sendiri bingung, kalau terlalu lama pipisnya ditahan, pasti perut tikaku akan sakit. Karena aku lihat wajah tikaku gelisah menahan pipisnya dan juga kedua tanganya memegangi memeknya agar pipisnya nggak menerobos keluar. Kadang-kadang Tika jongkok, terkadang berdiri, dan aku pikir air seninya pasti sudah di ambang saluran vaginanya sehingga tikaku gelisah sekali. Sesekali badannya mengeliat dan wajahnya meringis.

"Ayo nduuk.., pipisnya dikeluarin lagi ya..".
"Nggak mau.., Tika nggak mau pipis lagi..!' Setelah itu tikaku nangis lagi sambil kedua tangannya masih berusaha memegangi memeknya agar pipisnya nggak keluar.
Kemudian Tika aku suruh duduk bersandar di klosetku.
"Ya sudah.., sini nduuk.., Tika duduk disini yaa..".
"Iya Ndoro.., tapi Tika nggak mau pipis lagi lho Ndoro..".
"Nggak nduk.., coba tangannya dibuka jangan nutupin memeknya Tika..". Setelah memeknya terbuka, aku jongkok diantara kakinya dan aku lihat disekitar pahanya masih ada bekas darah keperawanannya yang sudah mulai kering. Akupun mulai menjilati bibir memeknya. Sesekali aku masukkan lidahku dan juga jari tengahku ke lubang memeknya.

"Ndoro.., memeknya Tika geli.. ndooroo..".
Aku senang sekali akhirnya tikaku bisa melupakan rasa perih di memeknya dan sekarang sudah berubah menjadi rasa geli-geli nikmat. Untuk menambah sensasinya, kedua tanganku meremas-remas kedua payudara mungilnya. Dalam hitungan menit saja, Tika sudah mulai mengeliat dan agak sedikit kejang-kejang. Badannya bersandar di sandaran klosetku dan kepalanya menengadah keatas.

"Ndoro.., tii.. kaa.. mau pii.. piis..".
Tikaku akhirnya berkelejotan, badannya kedepan dan kebelakang bergantian, dan "Suur.. suur..".
Aku sendiri masih sibuk menjilati dan sesekali aku sedot air seninya. Setelah agak reda, badan Tika melemah dan kepalanya jatuh di punggungku.

"Gimana nduk.., tadi pipisnya sakit nggak..".
"Nggak kok Ndoro.., tadi diapain sih Ndoro.., kok memek Tika nggak sakit lagi..".
"Nggak diapa-apain kok nduk.., sekarang Tika mandi yaa..".
"Eh.. Ndoro tadi kok minum pipisnya Tika.., apa biar memeknya Tika nggak sakit ya Ndoro..".
Aku sendiri binggung mau jawab apa, trus akhirnya aku jawab saja kalau aku haus. Dan nggak disangka-sangka tikaku mau minum pipisku.

"Ndoro.., Tika juga haus.., Tika mau minum pipisnya Ndoro..".
"Jangan nduuk.. nanti Tika bisa muntah lho.. Ndoro ambilkan air putih di kulkas yaa..".
"Nggak mau..! Ndoro curang.. Tika nggak boleh gantian minum pipisnya Ndoro..". Sambil bicara begitu, tikaku mulai menangis.
Dasar tikaku ini memang masih kekanak kanakan dan sedikit manja.

Akhirnya Tika aku suruh jongkok dan membuka mulutnya lebar-lebar. Aku sendiri tidak tega mengencingi mulutnya, apalagi kalau sampai air seniku tertelan olehnya. Makanya hanya sebagian kecil saja air kencingku yang aku arahkan ke mulutnya dan sebagian besar aku arahkan ke lehernya agar tidak tertelan oleh Tika.
"Gimana.., udah nggak haus lagi khan nduuk..".
"Tika nggak haus lagi Ndoro.., pipisnya Ndoro agak panas.., Tika suka banget..".

Pembaca yang setia..

Jadi aku harapkan kepada semua pembaca laki-laki, setelah pasangan anda baru saja melepaskan keperawanannya, pada saat mau pipis, berusahalah untuk menemaninya. Kasihan pasangan kita, disaat pertama kali selaput daranya sobek dia pasti kesakitan, dan disaat pipis inilah dia akan merasakan lagi perih di memeknya. Untuk itu, lakukan seperti yang aku lakukan terhadap tikaku.

Karena saat dijilati, rasa sakitnya akan berubah menjadi geli. Dan disaat gadis (istri) anda keluar pipisnya, disaat itu juga dia akan mengalami orgasme yang luar biasa. Oleh karena itu, untuk semua laki-laki (suami) berusahalah untuk membahagiakan gadis (istri) anda seperti caraku ini.

Aku lanjutin ceritanya yaa..

"Ayo nduk.., sekarang Tika mandi bareng Ndoro ya..".
Akhirnya aku sabuni seluruh badan Tika dan aku keramasi juga rambut panjangnya. Tikaku sendiri juga tidak mau ketinggalan ikut menyabuni dada, perut dan juga burungku.
"Ndoro.., kontolnya kok keras banget sih..".
Sebenarnya penisku sendiri sudah tegang sekali saat aku menjilati memeknya Tika tadi. Hanya saja untuk menyetubuhi tikaku ini, aku nggak sampai hati, takut tikaku akan kesakitan lagi. Tetapi Tikaku ini memang agak manja, sambil menyabuni kontolku, terkadang dikocok-kocok. Dan yang bikin aku gemas adalah saat burungku digoyang kekanan-kekiri, seperti mainan saja.

"Iiih.. lucu banget kontol Ndoro.. seperti ayunan..".
Aku sendiri hanya bisa senyum-senyum dan berusaha untuk tidak menggaulinya. Diberi angin begitu, tikaku semakin membuat aku tambah gemas. Ujung jarinya diusapkan di kepala penisku, dan di atasnya ditaruh busa sabun, habis itu terus ditiup lagi.
Terus penisku diguyur air, setelah bersih terus kepala penisku diliatin lamaa sekali. Bahkan kadang-kadang kepala penisku ditekan dengan Ibu jari dan jari telunjuknya sehingga lubang kontolku agak terbuka.

"Iiih.. lucu banget deh.. kontol Ndoro..".
Aku sebenarnya gemas dan juga agak marah, kontolku dijadikan mainan seperti itu. Sedangkan Tika, aku perhatikan sangat senang sekali dengan mainan barunya itu.
"Ndoro.. pipisnya Ndoro.. keluarnya dari sini ya..". sambil tangan tikaku menunjuk lubang penisku.
Aku yang akhirnya tidak tahan lagi langsung melumat dan mengunyah bibir Tika sambil kedua tanganku meremasi payudaranya. Sedangkan tikaku sendiri kaget sekali, disaat dia lagi asyik-asyiknya mainin kontolku, aku dengan gemas langsung mencumbuinya.

"Ndoro.. Tika kan mau mandi.. kok bibir Tika diciumin seperti semalem itu..".
"Iya nduk.. Ndoro sayang sama Tika.. sekarang Tika nungging yaa..".
"Memangnya.. Tika mau diapain ndoroo..".
"Sudahlah.. nungging aja nduuk.. enak kok..".
Karena aku sudah benar-benar horny, langsung saja aku tusukkan kontoku ke lubang memeknya. Aku lihat tikaku memang agak meringis, tetapi tetap saja aku pompakan kontolku keluar masuk vaginanya. Nggak sampai 15 menit, aku lihat tikaku sudah kejang-kejang sambil kepalanya digoyang-goyang sehingga rambut panjangnya berantakan nggak karuan dan aku rasakan kontolku dibasahi air mani hangatnya. Aku juga nggak lama kemudian "Croot.. croout.. cruut..!". Aku masukkan lagi pejuhku ke liang vaginanya.

Terus aku peluk dan kulumat lagi bibir mungilnya. Setelah aku mandiin Tika, terus aku gendong ke kamarku. Aku sendiri terus berpakaian dan aku pakaikan juga rok dan kaus lusuhnya. Setelah kelihatan rapi, aku masih sempat sekali melumat bibirnya sebelum aku gandeng tanganya untuk sarapan bareng Intan dan Mbok Inemku.

Udah dulu ya pembaca setia, aku ngantuk nih..

Kalau pembaca mau tahu, saat menulis ceritaku ini, diatas ranjangku tergolek tubuh Mbok Inemku yang tertidur pulas dalam keadaan telanjang bulat. Sebelum memulai menulis ceritaku ini, memang aku baru saja menyetubuhi Mbok Inemku. Tetapi ini sudah kesekian kalinya aku menidurinya. Jadi mohon maaf, aku nggak bisa ngelanjutin ceritanya: Bagaimana aku pertama kali menggauli Mbok Inemku. Aku capeek banget. Sory banget yaa.

Pembaca penasaran nggak, bagaimana pertama kalinya aku berhasil mangauli Mbok Inemku. Gimana reaksi Mbok Inemku. Apakah Mbok Inemku marah, menangis, atau memukuliku. Pembaca mau tahu nggak.., penasaran nggak..! Kalau penasaran jawab dong.
Pembaca: "Iiyaa..!
Penulis: "Kok pembaca jawab.. iya.. nya nggak keras. Yang kompak dan keras dong.."
Pembaca: "Ii yyaa..".
Penulis: "Aduh jawabnya kok kenceng banget, sampai telingaku sakit.."

To the point saja ya, terus untuk cerita lengkapnya tunggu ceritaku selanjutnya.

Bersambung . . . .




Komentar

0 Komentar untuk "Mbok Inemku yang pemalu - 1"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald