House 121 - 3

0 comments

Temukan kami di Facebook
Noni bukannya meronta justru membalas cumbuanku, ternyata perempuan ini menyukainya, dia pasti bosan dengan Pak Arnan yang sudah tua itu, kontolnya mungkin sudah lembek, impoten sehingga Noni tidak puas dengan nya. Sebentar lagi akan kau rasakan kontol Abang, sayang ucapku dalam hati.

Aku terus mencumbui bibir Noni, aku menjilati lidahnya, Noni membalas dengan mengeluarkan lidahnya, dan sesaat lidah kami saling bersentuhan, akhh.. Nikmatnya, aku menarik bibir bagian bawah perempuan tersebut, aku membetotnya dan lama baru aku lepaskan. Sementara tanganku meremas-remas tetknya, ku raskan teteknya begitu padat dan kencang. Kutarik kaos Noni ke atas dan langsung teteknya ku telan, ku isap-isap berhgantian. Permainan ku membuat Noni mendesah keenakan, aku semakin bersemangat, ku jilati puting payudara Noni, ku isap lagi, ku tarik dengan bibirku.

"Akhh.. Akhh.. Enak Bang, Geli.. Geli.." desah Noni.

Aku membuka koas Noni, rok, dan sekaligus celana dalamnya. Hingga Noni telanjang bulat dihadapanku. Melihat tumpukan memeknya yang tebal, putih dengan jembut-jembutnya yang habis dicukur rapi, membuat aku semakin terangsang dan bersemangat. Aku menekan vagina Noni dengan tanganku.

"Akhh.. Akhh.." desah noni lagi menggelinjing, keenakan.

Tanganku terus menekan-nekan slepetnya, sambil terus mengisap-isap teteknya bergantian. Aku membuka handuk yang melilit di pinggangku, kontolku semakin besar dan panjang, kulit atas kontolku sudah terbuka, kepala kontolku yang besar dan merah sudah menantang.

Aku membimbing tangan Noni ke kontolku, perempuan tersebut langsung memegangnya dan sesekali mengocok-ngocoknya. Aku jilati lehernya, kuciumi dari atas leher, dagu, bibir, hidungnya yang mancung dan telinganya. Noni mendesah lagi.

"Isap kontol Abang," bisikku.

Noni menggeleng, aku tidak memaksanya, dan terus mencumbui perempuan tersebut, seluruh tubuhnya kujilati, suatu saat kau akan menuruti keinginanku, pikirku. Aku menelentangkan Noni, dan langsung kutindih, cumbuan-cumbuan ku terus mendarat dibibirnya, dagunya, pipinya dan hidungnya. Tanganku memegang kontolku, dan perlahan aku memasukan kontolku ke lubang slepetnya.

"Akhh.. Akhh, Bang," desah Noni lagi.
"Enak, sayang," bisiku, Noni mengangguk.

Kutekan pantatku, sehngga kontolku masuk lebih dalam ke slepetnya, hingga ku tekan lagi, akh, kontolku dijepit kuat di dalam slepet perempuan ini. Aku mulai menggoyang-goyangkan pantatku perlahan. Desahan-desahan Noni terus keluar, memacu semangatku untuk mengentotnya. Sesekali aku sodok slepet noni dengan kencang, desahannya semakin kuat terdengar, aku menghentikannya menarik nafas,

"Enak, sayang, enak, nikmat ah," bisiku lagi.

Aku terus melanjutkan permaianan nafsuku, akupun merasakan kenikmatan bersetubuh dengan perempuan ini. Aku terus berkosentrasi dengan tubuh Noni yang selama ini membuatku terangsang. Posisi demi posisi ku atur dan Noni mengetahui posisi yang aku inginkan untuk mengentotnya. Dugaanku semakin yakin, bahwa Noni juga menginginkan ku, karena perempuan ini tidak menolak saat aku minta dia untuk melakukan posisi yang aku minta, bahkan Noni dengan cepat melakukannya. Dan yang pasti dia juga sudah berpengalaman untuk melakukannya.

Sudah 2 kali aku melepaskan maniku ke dalam slepetnya, namun aku tidak mau menyianyiakan kesempatan yang mungkin tidak datang esok hari, pokoknya malam ini Noni menjadi milikku seutuhnya, akan kunikmati tubuhnya ichi demi inci, akan ku keluarkan maniku sebanyak-banyaknya, akan kubuat engkau menikmati permainanku, sayang, ucapku. Aku terus memeluk Noni, dari arah samping pantatku ku tekan, ku sodok-sodok memeknya dengan batang kontolku yang besar, dengan cepat aku lakukan, membuat desahan Noni tak henti-hentinya terdengar.

Dengan tiba-tiba suara mobil memasuki halaman garasi, membuat Noni bangkit dari pelukanku, aku pun melepas pelukanku dengan sedikit kecewa, karena permainanku sedikit menggantung, namun aku sudah mencapai puncak kenikmatan sampai 3 kali. Noni cepat-cepat mengambil pakaiannya dan pakaian kotorku.

"Sial," teriakku.

Noni keluar dalam keadaan telanjang bulat, namun kolornya yang berwarna pink tertinggal, dan aku memuaskan nafsuku yang tanggung tersebut dengan mengocok-ngocok kontolku dengan memakai celada dalamnya tersebut. Sampai puncak kenikmatanku muncul, maniku menyemprot ke atas, crot.. crot...

Aku menciumi celada dalam Noni yang harum tersebut. Jam 12 malam ternyata sudah, tak terasa aku mengentot Noni sampai 2 jam lebih, itupun belum puas kurasakan. Gila, perempuan tersebut ternyata benar-benar memuaskanku dan paling lama.

"Kau pemecah record, Noni ku.. Sayang?" teriakku sekuatnya karena aku tahu bahwa tidak ada yang mendengarkanku.

Entah kapan aku mulai tidak merasakan apa-apa lagi, dan saat aku bangun ternyata sudah siang.

"Wah gawat, sudah jam 9 lebih 10 menit," ucapku, bergegas masuk ke kamar mandi.

Aku langsung keluar kamarku, berlari sampai aku melompati pagar rumah karena terlalu lama untuk membuka kunci pagar tersebut pikirku. Aku melihat becak mesin Bang Nainggolan ternyata terpakir di samping pohon cemara. Tanpa berfikir lama lagi, aku terus berlari kecil, meninggalkan rumah tersebut, aku tahu aku telah terlambat, terpaksa hadir pada jam mata kuliah ke 3. Akh, padahal aku tidak pernah bolos sebelumnya, ini akibat Noni, perempuan tersebut memang luar biasa.

"Wah, dasar untung kau, Ton, sangat beruntung, mimpi apa kau sebelumnya?" tanya Robert saat aku menceritaan kejadian yang luar biasa tadi malam bersama Noni.
"Kapan-kapan, ajak akulah Ton, kita entot perempuan itu sama-sama, kita mengentotnya dengan posisi Humberger. Dia di tengah, kau di bawahnya sementara aku di atasnya menyodomi lubang pantatnya. Lubang pantatnya pasti masih perawan, masih kecil, akh.. Enak.. Enak," ucap Robert menghayal.
"Dia itu mana mau ngentot dengan kau".
"Kenapa memangnya Ton?"
"Kontol kau terlalu pendek baginya," jawabku.
"Ala.. Hanya beda beberapa senti dengan kontol kau, kontol kau hanya menang di bengkoknya saja," ucap Robert, temanku itu memang tidak mau kalah.
"Yang pasti dia maunya dengan laki-laki ganteng, seperti aku," ucapku sambil tersenyum.
"Ah, kalau itu kita beda tipis, kau hanya menang di alis tebal dan rambut kau yang plontos itu, tapi mana tahu dia suka rambut lurus seperti aku ini, rambut Tommy F4," jawab Robert lagi tak mau kalah.
"Yang penting Ton, kalau kita mengetotnya berdua, biar dia tahu kehebatan laki-laki dari utara, ah.. Ah.." tawa Robert. Aku juga merasa lucu dan tertawa bersama, dan kami megadu tangan Tost (high five).
"Tapi kita harus hati-hati juga, Ton, jangan sampai ketahuan, kita mau untung jadi buntung. Yang penting aku ingin kontolku ingin mencicipi lubang pantat perempuan itu dulu, lubang pantatnya aku booking lebih dulu Ton, oke," ucap Robert.

Aku tersenyum, burit.. burit... pikirku, kenapa tadi malam aku tidak sempat memikirkannya, padahal aku juga mau merasakan lubang pantat si Noni. Selama ini aku belum merasakan lubang satu itu, kalau oral, lonte-lonte di losmen sering kusuruh untuk mengisap-isap kontolku, apalagi si Mira.

Dengan sengaja aku mampir ke kontrakan Robert untuk menunggu jam 9.30, dan saat aku pulang dan tiba sampai rumah nanti jam 10, jam dimana keberuntungan hari keduaku saat Noni mengantarkan pakaian yang telah dicuci dan disetrika dengan rapi, aku pun baru selesai mandi, duduk di atas ranjang dengan handuk melilit pinggangku, dan Noni masuk membawa pakaianku, lalu aku mengajaknya ke kamar mandi, mengentot di kamar mandi.

"Wah, mikirin jorok nanti malam yah?" tanya Robert, membuyarkan lamunanku.
"Jangan lupa ajak aku yah Ton?".
"Bereslah itu," ucapku.

Dan seperti malam yang sudah kupikirkan sama seperti malam sebelumnya, mobil kijang Pak Arnan tidak ada di Garasi, tapi becak mesin Bang Nainggolan masih terpakir di tempatnya semula, saat sejak pagi aku lihat. Aku mendorong pintu besi, namun tiba-tiba tanganku ditarik dengan tenaga kuat dan langsung diplintir, tubuhku didorong ke tembok hingga bibirku mencium tembok tersebut.

"Bawa dia masuk," kudengar suara yang tidak asing ditelingaku.

Itu suara Pak Arnan. Tubuhku dihempaskan ke atas ranjang oleh Bang Nainggolan. Laki-laki tersebut berdiri, badannya yang besar dan kekar tidak dibalut oleh elembar kainpu, dia hanya memakai kolor saja. Sementara Pak arnan memakai celana pendek dan tubuhnya telanjang. Laki-laki tersebut, duduk di bangku sambil menghisap rokoknya.

"Kau membuat kesalahan besar Dik Tony," ucap Pak Arnan dengan suara yang pelan namun mantap terdengar.
"Maaf Pak, Maafkan saya," ucapku, meminta ampun mendekati Pak Arnan memegang tangannya.
"Saya khilaf Pak, saya tak sadar, Maafkan Saya," ucapku lagi.
"Sayang sekali Dik Tony, hukum akan Bapak jalankan, Bapak tidak akan mengadukan perbuatan Dik Tony ke Polisi".
"Jangan.. Jangan Pak, saya mohon, jangan penjarakan saya," ucapku ketakutan
"Tidak.. Tidak, Dik Tony masih muda, jika Bapak adukan ke Polisi dan mengkopy kaset hasil perbuatan Dik Tony semalam, Bapak akan untung besar,"

Aku terdiam berfikir kata-kata terakhir dari Pak Arnan.

"Maksud Bapak, Bapak memfilmkan perbuatan saya bersama dengan Noni?" tanyaku.

Pak Arnan mengangguk. Aku berfikir, dan jika memang benar apa yang terjadi, berarti aku tidak bisa diadili, karena kejadian semalam adalah perbuatan karena sama-sama suka.

"Baiklah Pak, jika Bapak adukan ke polisi, saya bisa membuktikan bahwa perbuatan saya karena sama-sama suka, saya dan Noni sama-sama menginginkannya," ucapku lantang.
"Dik Tony bisa membuktikannya?" tanya Pak arnan dengan suaranya yang lembut dan terdengar jelas.
"Dari kaset yang katakan tadi," ucapku lagi.
"Putar kaset itu Bang Nainggolan"

Bersambung . . . .




Komentar

0 Komentar untuk "House 121 - 3"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald