Lily Panther 01 Kisah Seorang Call Girl - 6

0 comments

Temukan kami di Facebook
Kupaksakan tersenyum melihat senyum kepuasan mengembang di wajah Pak Sam, kucium keningnya dan dia menarikku dalam pelukannya, masih bisa kurasakan detak jantungnya yang masih kencang, beliau mengelus punggungku mesra, kembali kami terdiam sambil pelukan.

"Kamu udah keluar sayang?" Tanya Pak Sam, entah pura pura atau memang tidak tahu
"Udah, bapak hebat deh aku teller dibuatnya" jawabku berbohong menyenangkan beliau.
"Kalo begitu ntar kita main lagi, bapak masih kuat kok" lanjutnya
"Cilaka, kalau terus terusan tidak tuntas seperti ini aku bisa darah tinggi" pikirku tapi aku diam saja, hanya tersenyum melihat senyum bangga diwajah Pak Sam.
"Oke tapi kasih aku istirahat dulu, habis bapak bikin aku kewalahan sih" jawabku kembali berbohong sambil turun dari tubuhnya dan menuju kamar mandi membersihkan sperma dari vaginaku.
Ketika aku keluar kamar mandi, Pak Sam sudah duduk di sofa, aku duduk disampingnya, kami berdua masih telanjang.
"Bagaimana hari pertamamu, cukup menyenangkan?"Tanya Pak Sam cukup mengagetkanku, rupanya Om Lok memang sedang mempromosikanku.
"Ya namanya juga masih baru, jadi harap dimengerti kalau belum terlalu pintar" jawabku sambil bergelayut manja di lengannya, seperti anak kecil yang sedang merajuk bapaknya.
"Tapi kamu cukup bagus untuk ukuran pemula, apa lagi ini hari pertamamu"
"Terima kasih Pak"

Singkat kata akhirnya kami bercinta lagi, kali ini atas permintaan Pak Sam kami lakukan di sofa. Aku duduk di sofa panjang sementara Pak Sam sudah berlutut di selangkanganku, aku heran beliau senang sekali menjilati vagina, aku sih senang senang saja karena aku memang mulai menikmati jilatan di vaginaku, apalagi aku merasa bisa membuat laki laki apalagi seorang Jendral berlutut di antara kaki dan bahkan bisa menginjak kepala laki laki bahkan Jendral sekalipun, sungguh kejadian yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.

Pak Sam bisa bertahan lama menjulurkan lidahnya di sekitar vaginaku, kuberanikan memegang kepala botaknya dan kutekan ke vaginaku supaya dia bisa menjilat lebih ke dalam, dia diam saja sambil tetap memainkan lidahnya, aku lebih berani lagi, dengan kedua tanganku, kupegang kepalanya dan kuusap usapkan di vaginaku, tak kuhiraukan lagi bahwa pada kenyataannya dia jendral, tapi sekarang dia sedang berlutut di selangkanganku.

Lidah Pak Sam menari nari di sekitar vaginaku, mulai dari klitoris, vagina, hingga lubang anus, aku mendesah sambil mengelus elus kepala botak Pak Sam, kurasakan sensasi tersendiri ketika mengelus kepala botaknya, aku tahu ketidak sopanan ini, tapi selama beliau tidak keberatan maka aku makin berani "Kurang ajar" padanya, apalagi permainan lidah Pak Sam benar benar nikmat. Pak Sam menyudahi permainan lidahnya, kini berlutut dan menyapukan penisnya di vaginaku, dengan sekali dorong melesaklah kejantanannya ke dalam diiringi teriakan kenikmatan dari mulutku.

Tidak seperti sebelumnya, kini Pak Sam langsung mengocokku dengan cepat dan sesekali diselingi hentakan keras ke vaginaku, membuat aku mendesah dan menjerit kenikmatan, tangan Pak Sam sudah berada di dadaku, memainkan putingku, kakiku sudah melingkar di pinggangnya, lidah Pak Sam mulai menjilati leherku, terus turun hingga buah dadaku dan beliau mengulum putingku, aku makin kelojotan dibuatnya. Kocokannya semakin liar kurasakan, iramanya jadi kacau, tapi aku makin menyukainya, membawaku melayang lebih tinggi ke awan kenikmatan.

Pak Sam mengatur posisi duduknya, aku tak tahu apa yang akan dia lakukan, dia memegang tanganku dan menariknya ke pangkuannya. Ini posisi baru bagiku, bercinta dipangkuannya, mulanya agak susah aku mengatur gerakan, karena dengan posisi seperti ini Pak Sam tidak bisa bergerak, hanya mengandalkan gerakanku. Dengan agak kikuk aku menggerakkan pinggulku, ternyata ada kenikmatan yang lain, aku semakin berani menggerakkan pantatku lebih cepat, semakin nikmat rasanya hingga aku sudah bisa menguasai gerakanku, buah dadaku yang tepat di depan mulut Pak Sam langsung mendapat kuluman penuh gairah dari satu puting ke puting lainnya sambil tangannya tak henti meremas dengan gemas, sesekali dia memainkan putingku.

Kudorong Pak Sam, kini dia telentang di karpet, kembali aku menggoyangkan pantatku di atas beliau. Tidak seperti sebelumnya, kali ini Pak Sam bisa bertahan lebih lama, dia memintaku nungging di kursi, Pak Sam kini mengocokku dari belakang langsung cepat dan keras, hentakannya membuatku menjerit nikmat, sebenarnya ini adalah posisi favoritku dulu, dan kini aku merasa ini adalah posisi yang paling nyaman karena aku tak perlu melihat wajah tamuku yang belum tentu membangkitkan seleraku, aku bisa lebih bebas berfantasi dengan siapa aku bercinta, apalagi dari pengalaman hari ini semua tamuku tidak ada yang memenuhi seleraku.

Dengan berpegang pada pinggulku Pak Sam mengocokku dengan cepatnya, lalu beliau memelukku dari belakang, diremasnya buah dadaku yang menggantung bebas, diciuminya tengkukku, aku kegelian bercampur nikmat, semakin keras dia menghentakku semakin aku melambung tinggi, dan terus tinggi hingga kugapai puncak kenikmatan.

Aku menjerit histeris, vaginaku berdenyut keras seakan meremas penis Pak Sam, ternyata beliau makin kesetanan mengocokku, teriakanku makin histeris dibuatnya, kuremas sandaran kursi, tak tahan aku menerima kocokannya saat orgasme, hanya menjerit dan menjerit yang bisa kulakukan, Pak Sam meremas buah dadaku makin keras. Untunglah tak lama kemudian beliau mengikutiku ke puncak kenikmatan beberapa detik setelah aku, kurasakan penisnya membesar sebelum berdenyut, beliau berteriak histeris dalam kenikmatan, genggamannya di buah dadaku makin kencang hingga melemah seiring dengan berakhirnya denyutan itu. Beliau lalu ambruk di atas punggungku, perlahan lahan penisnya melemas dan keluar dengan sendirinya, kubersihkan dengan tissue.

Kami berdua beristirahat duduk di sofa, napas kami masih memburu dari sisa sisa kenikmatan yang baru kami alami.
"Kamu sungguh luar biasa, hebat mau melayaniku tiga kali berturut turut, belum pernah aku bercinta sebanyak ini" puji Pak Sam.
"Bapak juga hebat bisa bercinta sebanyak itu"
"Ini karena kamu yang terlalu sexy, aku selalu terangsang melihatmu telanjang, terlalu hot"
"Ah bapak bisa saja"
"Ingin aku bercinta sepanjang malam"
"Ya udah nginap saja, ntar kita habisin malam ini" rayuku, dengan menginap berarti hitungan rupiahnya lebih banyak.
"Sayang aku nggak bisa, besok ada tamu dari Mabes" jawabnya, agak kecewa aku karena tidak bisa mendapat tambahan rupiah lebih banyak, aku tak pernah berpikir bagaimana seorang tentara semacam dia bisa membayarku sebanyak itu.
"Ya kapan dong kesini lagi, jangan lama lama ya" rayuku
"Kalau aku nggak bisa ntar aku kenalin sama komandanku"
"Yang mana?" tanyaku penasaran
"Ntar kamu tahu sendiri"
Akhirnya aku tak bisa menahan dia lebih lama lagi, hampir pukul sebelas malam ketika dia meninggalkan kamarku, Pak Sam meninggalkan tip ratusan ribu di meja rias.

Belakangan setelah era reformasi aku mengetahui bahwa Pak Sam bertugas di Jakarta, sebagai Kepala Dinas Penerangan lalu menjadi orang nomer satu di lembaga pendidikan angkatan darat, entah sekarang jabatannya apa. Selamat untuk beliau.

Aku kini sendirian di kamar, baru sekarang kurasakan hampa hidup ini. Kemarin aku masih bisa memandang dunia dengan dada membusung, kini aku harus melihat dunia dengan pandangan lain, mungkin orang akan memandangku sebagai sampah, penggoda. Apa peduliku dengan mereka, toh kalau aku susah mereka tak akan membantuku. Yang penting aku tak menggoda mereka, suami mereka, keluarga mereka, anak mereka, justru merekalah yang datang ke tempatku karena membutuhkan pelayanan dariku, membutuhkan kehangatan dariku, membutuhkan petualangan denganku, membutuhkan pelampiasan padaku, membutuhkan variasi bercinta denganku, bahkan membutuhkan apa yang tidak mereka dapatkan di rumah, sekali lagi bukan aku yang menggoda mereka tapi mereka yang mendatangiku. Kucoba memberikan apa yang mereka harapkan, sebaliknya mereka juga memberikan apa yang aku harapkan, yaitu uang sebagai balas jasa atas pelayananku memuaskan dan memenuhi harapan mereka.

Hari ini telah kutulis lembaran sejarah baru bagi perjalanan hidupku, aku sudah menikmati 3 macam penis dari tiga orang yang berbeda, baik gaya bercinta maupun bentuk dan ukuran penis. Bahkan aku sudah berani mempermainkan seorang jendral, membuat sang jendral berlutut diantara kakiku, ada sedikit kebanggaan di hatiku.

Akhirnya dengan keadaan masih telanjang dan sisa sperma Pak Sam di vaginaku aku tertidur untuk menyongsong hari esok yang aku sendiri tidak tahu akan seperti apa, berapa orang lagi yang akan menikmati tubuhku, siapa lagi yang akan membayarku, dan dengan siapa aku akan tidur besok malam.

"I don't care who you are, where you from, what you do, as long as you love me"
lagu Backstreet Boys yang selalu menyemangati hidupku, menunggu datangnya seorang pangeran yang siap mencium seekor katak untuk menjadi seorang Putri.

*****

Kisah lainnya akan aku kirimkan secara bertahap tapi bukan merupakan cerita bersambung, masing masing mempunyai kisah pengalaman tersendiri.

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Lily Panther 01 Kisah Seorang Call Girl - 6"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald