Dibawah bayang-bayang dewi fortuna - 2

0 comments

Temukan kami di Facebook
Beberapa menit kemudian, Ibu Sari melenguh keras, "Aahh.." Rupanya dia mengalami orgasme, berbarengan dengan penisku memuntahkan air "lahar" masuk ke dalam vagina Ibu Sari. Akhirnya dengan tubuh bermandikan keringat yang mengalir deras, terus kami membersihkan badan. Aku cepat-cepat keluar dari WC itu setelah aku memakai pakaianku, setelah itu menyusul Ibu Sari.

"Ibu, nanti nggak usah naik angkot. Kita naik mobil saya aja. Nanti ibu saya antar pulang..?"
"Lho.. kamu tadi kan berangkatnya naik angkot, kok sekarang naik mobil?"
"Tadi pagi mobil saya masuk bengkel, terus tadi saya sudah pesan sama montirnya kalau sudah selesai, saya suruh antar ke sini dan kuncinya dititipkan ke satpam. Ibu, tunggu sebentar di sini saya akan ambil mobil dulu.."
"Jangan lama-lama ya Son, nanti kulit Ibu yang putih dan mulus ini terbakar kena panas matahari."
"Sebentar kok Bu, I Swear, ok.."

Lalu, aku bergegas ke tempat parkir. Setelah itu kuantar Ibu Sari. Sesampai di rumahnya.
"Udah ya Son.. Ibu masuk dulu. Kapan-kapan kamu harus mampir dan wajib menginap di sini, soalnya Ibu sendirian sih. Nanti ada perampok terus Ibu diperkosa gimana, dan kalau Ibu kedinginan di waktu malam siapa dong bisa menghangatkan tubuh Ibu.. nggak ada kan.. jadi kapan pun kamu mau, kamu boleh tinggal di sini. Udah ya, cuupp.." katanya sambil ngecup bibirku.
"Tentu Bu, Sony kapan-kapan akan ke sini dan Ibu tidak perlu takut akan hal-hal tadi, ok.."

Setelah dia turun, aku langsung tancap gas. Waktu dalam perjalanan, aku teringat cewek yang menabrakku tadi pagi, terus kupikir bagaimana kalau aku menemuinya. Tapi dimana ya kantornya..? Terus aku ingat dengan kartu namanya, di situ tertulis namanya Dini dan alamat kantornya. Langsung aku menuju ke kantor yang tertera di kartu nama itu. Sesampainya di situ aku memarkir mobilku, dari jauh kulihat mobilnya yang menabrak mobilku tadi. Aku masuk dan menanyakan apa dia ada di tempat atau tidak. Resepsionis mengatakan bahwa dia masih berada di kantin kantor. Lalu kulihat jam tanganku, dan benar juga ini waktunya makan siang. Aku menuju ke kantin yang berada di sebelah kantor itu. Aku melihat sekeliling dan kulihat dia sedang makan dengan lahapnya. Kuhampiri dia, pada saat dia mengangkat wajahnya, dia kaget melihat kedatanganku.

"Halloo.. Mbak yang cantik dan baik hati gimana kabarnya siang ini. Tentu baik saja bukan, nah sekarang bolehkah saya yang hina ini duduk menemani Mbak makan." kataku lancang.
"Ehhmm.. kalau saya tidak salah lihat Mas ini yang tadi pagi mobilnya saya tabrak ya kan?"
"Ya.. itu betul sekali. Dan kalau Mbak bersedia, saya juga mau lho ditabrak sama Mbak.. becanda lho Mbak."

Dia kaget hingga tersendak..
"Akhh.. Mas ini bisa aja. Oh ya Mas, bagaimana mobilnya apa sudah beres?"
"Bagaimana tidak beres, lha yang ngurus aja ceweknya cantik, baik dan 'big boss' lagi."

Dia ketawa mendengar ucapanku.
"Mas ini orangnya lucu juga ya.."
"Tergantung situasinya Mbak, kalau situasinya mengharuskan saya melucu ya saya akan jadi lucu seperti anak kecil. Tapi kalau saya lagi serius, Mbak pasti takut dengan saya.. bener lho Mbak.. Oh ya, kita kan masih belum tahu nama kita masing-masing, saya Sony.."
"Saya Dini Mas.. Saya boleh nggak panggil Sony saja..?"
"Tentu boleh Mbak, soalnya saya menduga Mbak pasti lebih tua dari saya."
"Saya lebih tua dari Mas, akh masa sih. Emangnya Mas Sony umurnya berapa sih..?"
"Umur saya 22 tahun 11 bulan 11 hari 12 jam 30 menit 10 detik.. Begicu Mbak.."
"Oh my god.. jadi Sony masih kuliah atau.."
"Ya Mbak saya memang masih kuliah. Mbak sendiri umurnya berapa?"
"Umurku sekarang, akh.. jangan dech.. kamu nanti kaget lho.."
"Nggak pa-pa Mbak, saya ini orangnya sabar kok.. jadi nggak mungkin saya menghina Mbak berapapun usia Mbak.."

"Eee.. Umurku sekarang 7 tahun lebih tua dari kamu..?"
"Jadi sekarang usia Mbak sudah menginjak kepala tiga.. Ohh..?"
"Kenapa emangnya Son, kamu kecewa ya, soalnya usia Mbak sudah tua..?"
"Nggak Mbak, bukan begitu maksud saya. Saya merasa nggak percaya bila Mbak usianya sudah kepala tiga."
"Lho, emangnya kenapa Son denganku.. aku jadi nggak ngerti?"
"Kalau boleh saya tanya, apa Mbak sekarang sudah menikah.. gicu ganti.. roger.?"
"Haa.. haa.. haa.. pertanyaan kamu kok menjurus kesitu sih, tapi nggak apa-apa lah.. Saya sampai sekarang memang belum menikah.."
"Ohh.. Jadi Mbak masih 'perawan' oh my god.."
"Son, kamu nakal dech.. emangnya kalau saya masih 'perawan' mau kamu apakan aku..?"
"Akhh.. cuman becanda kok Mbak. Kenapa Mbak sampai sekarang belum menikah.. kan Mbak sudah punya segalanya.. uang ada, rumah besar, mobil Mercy, dan yang paling penting Mbak itu orangnya cantik, bodynya semok dan mulus.. maaf lho Mbak..?"

"Kamu mirip wartawan aja Son. Saya belum menikah dikarenakan ya memang jodoh saya belum datang.. that's all."
"Kalau misalnya saya ingin jadi 'pasangan' Mbak gimana, setuju nggak..?"
"Aduhh.. kamu lancang sekali ya. Udah akhh.. kamu jangan becanda terus."
"Kalau misalnya Mbak suka sama saya 'luar dalam', saya serius dengan ucapan saya tadi lho.."
"Memangnya kamu belum punya pacar?"
"Saya memang sudah punya pacar Mbak. Tapi kan seperti kata pepatah, Sebelum janur kuning melengkung, itu berarti masih ada kesempatan.. ya kan Mbak?"
"Ya itu wajar saja. Tapi apa yang membuat kamu suka sama saya, padahal pacar kamu itu kan masih muda. Ya meskipun aku dan pacar kamu itu statusnya masih 'perawan' tapi tentu punya pacar kamu jauh lebih enak dari punyaku.. ya kan?"

"Ohh. jadi benar Mbak masih perawan. ohh.. betapa bahagianya diriku. ohh.. uppss.. ee.. begini Mbak saya suka sama Mbak bukan hanya dari segi sex aja, tapi terus terang Mbak itu orangnya kalem, baik, bertanggung jawab dan romantis. Wuih selangit dech.."
"Sony, kamu memang hebat sekali, aku sangat 'tersanjung' dengan pujianmu dan aku jadi 'terpikat' dengan kamu. Sebetulnya pada waktu bertemu di perempatan jalan tadi pagi itu. Aku memang tertarik dengan kamu Son.."
"Jadi gimana Mbak, lamaran saya diterima atau Mbak tolak."
"Terus bagaimana nanti dengan pacar kamu?"
"Aduh.. gimana ya Mbak, saya jadi bingung nich?"
"Begini aja Son, dia jangan kamu putusin, ya.."
"Lho, terus bagaimana dengan hubungan kita Mbak..?"
"Hubungan kita masih terus berlanjut. Eee.. begini maksudku, kamu bilang sama dia kalau dia harus mau jadi 'isteri ke-2' setelah aku. Aku nggak mau dia kecewa karena kamu putusin.."
"Jadi maksud Mbak, saya harus kawin dengan kalian berdua?" kataku jadi pusing 1001 keliling.
"Emangnya kenapa, bukankah nanti kamu kan senang punya isteri 2, sama-sama perawan lagi.. gimana Son?"
"Tapi apa saya sanggup punya isteri 2?"
"Saya yakin kamu pasti sanggup melakukan kewajibanmu. Untuk membuktikan kata-kataku kamu sekarang ikut aku ke ruanganku.. ayo Son.." katanya sambil menarik tanganku.

Setelah aku berada di ruangannya, dia memberi pesan pada sekretarisnya kalau dia dalam 1 jam ini jangan diganggu. Setelah itu, dia langsung mencium bibirku, aku membiarkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Setelah kira-kira 5 menit bercumbu, mulai tanganku meraba dan meremas dadanya yang montok. Dia pasrah dengan apa sedang kulakukan padanya, karena mungkin dia belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini. Tanganku masuk ke dalam bajunya dan mulai memainkan puting payudaranya, lalu aku mulai menyingkapkan baju dan melepaskan roknya hingga dia tinggal mengenakan BH dan CD saja. Lalu dia membantuku membuka baju dan celanaku, sehingga aku hanya mengenakan CD saja. Tampak jelas penisku sudah tegang di balik CD-ku. Aku memegang tangannya dan menuntun tangannya ke dalam CD-ku. Setelah itu dia mulai membuka CD-ku, tampak jelas penisku yang sudah membesar dan menegang. Mungkin karena dia baru sekali itu melihat kemaluan cowok secara langsung dia kaget tapi juga geli melihat penisku. Dia terpana melihat penisku, lalu aku mulai melepas BH dan CD-nya.

Setelah itu badanku mulai menindih badannya di atas meja kerjanya dan aku mulai menjilati puting payudaranya sampai dia menggeliat keenakan, aku melihat vaginanya sudah basah kuyup, aku telah membuatnya benar-benar terangsang. Lalu tanganku mulai meraba bibir vaginanya dan mulai memainkan klitorisnya. Aku membuatnya benar-benar terangsang dan tidak bisa berbuat apa-apa selain mendesah dan menggeliat di atas meja. Cukup lama aku memainkan tanganku di vaginanya, lalu aku mulai menjilati bibir bagian bawah vaginanya dengan nafsuku yang memburu, tangan kananku masih memainkan klitorisnya.

Kira-kira 5 menit kemudian, aku melihat badannya meregang dan aku merasakan cairan hangatnya mengalir dari liang vaginanya itu, aku tanpa ragu menjilati cairan yang keluar sedikit demi sedikit itu dengan nafsunya sampai hanya air liurku membasahi vaginanya itu. Badannya terasa lemas sekali lalu aku duduk di atas pinggir meja dan memandangi wajahnya yang sudah basah bermandikan keringat.

Aku berkata padanya sambil tersenyum, "Bagaimana Mbak enak nggak?"
"Aduhh.. Son kamu sungguh hebat.. ohh.. kamu membuatku melayang sampai ke langit.. ohh.."
Lalu, dia jongkok di hadapanku dan mulai mengelus-ngelus penisku, sambil sesekali menjilati dan menciumi penisku yang semakin menegang. Aku jadi terangsang, aku meregangkan badan ke belakang sambil mengeluarkan suara-suara kenikmatan. Lalu tak berapa lama kemudian dia memegang pangkal penisku dan mulai mengarahkannya masuk ke dalam mulutnya, aku merasakan ujung penisku itu menyentuh dinding tenggorokannya ketika hampir semua bagian batang penisku masuk ke dalam mulutnya, terus dia mulai memainkan penisku di dalam mulutnya, terasa benar penisku mulai mengeluarkan cairan basah tanda kalau aku sudah benar-benar terangsang padanya. Badanku sudah basah dengan keringat itu mulai bergoyang-goyang keras sambil ia berkata, "Aaarghh.. aku udah nggak tahan lagi nih Mbak.. aku mau keluarr.." Dia tidak mendengarkan omonganku, ia masih saja terus memainkan penisku, sampai cairanku yang hangat kental putih dan asin muncrat dari lubang penisku, dia langsung mengeluarkan penisku itu dan seperti kesetanan dia malah menelan cairan spermaku terus menghisap penisku sampai cairan spermaku benar-benar habis. Dia lalu duduk sebentar di kursi, dan memperhatikan aku yang tiduran di meja kerjanya sambil mencoba memelankan irama nafasku yang terengah-engah itu.

Dia hanya tersenyum padaku, lalu aku bangun dan menghampirinya, aku tersenyum padanya. Cukup lama kami berpandangan dengan keadaan bugil dan basah berkeringat. "Mbak sungguh cantik dan baik banget pada Sony." kataku tiba-tiba. Dia hanya tertawa kecil dan mulai mencium bibirku. Aku membalas dengan nafsu sambil memasukkan tanganku ke dalam lubang vaginanya, cukup lama kami bercumbu lalu..

"Mbak.. boleh nggak Sony ehmm.. itu.. tu.. itu.."
"Itu apa Son?" tanyanya.
"Itu.. masa Mbak nggak tau sih?" balasku lagi.
Sebelum dia menjawab, aku merasakan kepala batang penisku sudah menyentuh bibir vaginanya. Lalu.. "Crestt.. creest.." terasa ada yang terobek dalam vaginanya dan sedikit darah keluar kemudian aku berkata, "Mbak benar-benar masih perawan!" Dia hanya bisa tersenyum dan mungkin merasakan sedikit perih di vaginanya yang terasa agak serat waktu setengah penisku masuk ke vaginanya. Kugerak-gerakan perlahan batang penisku yang besar tapi setelah agak lama entah mengapa dia lalu tertawa kecil, mungkin merasakan geli, enak dan nikmat ketika aku mulai menggoyangkan badanku maju mundur pelan dan sepertinya dia tak tahan lagi seraya mendesah kecil keenakan. Kemudian semakin cepat saja aku memainkan jurus 'Terjangan Dewa Cinta'-nya yang maju mundur, sesekali menggoyangkan pinggulku kekiri kekanan dan kupuntir-puntir putingnya yang berwarna pink. Aku membuatnya menggelepar-gelepar seperti ayam baru disembelih. Keringat sudah membasahi badan kita berdua, kusadari kalau saat itu tindakan kita berdua bisa saja dipergoki orang tapi kurasa kemungkinannya kecil karena dia tadi sudah berpesan kepada sekretarisnya kalau dalam 1 jam ini jangan diganggu.

"Ahh.. ahh.. ahh.." dia mendesah dengan suara kecil karena takut kedengarann orang lain. Cukup lama juga aku bermain dengannya sungguh luar biasa kekuatan Mbak Dini, biasanya aku hanya membutuhkan waktu sebentar untuk meng-KO cewek. "Ahh.. awww.. awww.." dia kegelian dalam lubang vaginanya dan kemudian tak tertahankan, tiba-tiba kurasakan sesuatu. Ya.. cairan hangat kurasakan muncrat dari dalam vaginanya dan membasahi penisku yang terus keluar masuk sarangnya. Badannya menggeliat dan mengejang. Kututup mulutnya, karena aku takut kalau dia mendesah terlalu keras. Meja kerjanya itu bergoyang-goyang karena ulah kita berdua. Aku berusaha untuk mencapai puncak organsmeku, lalu aku duduk di kursi kerjanya dan menyuruhnya untuk duduk di penisku. Dia menurut saja dan pelan-pelan dia menurunkan badannya terus duduk di penisku. Aku memegang pinggulnya dan menaik-turunkan badannya yang basah. Dia mendesah-desah dan aku semakin semangat menaik-turunkan dirinya. Lalu badanku mengejang dan berkata, "Mbak aku mau keluarr.." dia malah memacu gerakan tubuhnya naik turun agar aku bisa juga mencapai klimaksnya. Tapi lama aku mengeluarkan penisku dari vaginanya dan aku mendesah panjang, "Ahh.. Mbak.. aku keluar.. ohh.." Air maniku kececeran di lantai dan sebagian ada yang ke meja. Lalu kami berdua duduk lemas dengan saling berpandangan. Aku berkata, "Mbak nggak nyesel bukan.?" Dia menggeleng sambil berkata, "Nggak kok Son. Aku rela kok.. kan nanti kita akan menikah.. ya kan sayang.." katanya sambil mengecup bibirku lalu memeluk tubuhku. Lalu tanpa terasa kami tertidur, karena kenikmatan yang telah kita ciptakan sendiri.

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Dibawah bayang-bayang dewi fortuna - 2"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald