Sebuah cerita tentang Lucy

0 comments

Temukan kami di Facebook
Pembaca Rumah Seks semua, sudah mulai sejak 1999 aku mengikuti cerita-cerita di situs ini. Ada beberapa penulis yang hebat dan hampir sebagian besar masih pemula, seperti aku. Ada yang dengan bangganya menuliskan seolah-olah dia begitu perkasa, dengan senjata kelaki-lakiannya yang besar dan panjang dan ada yang dengan jujur menceritakan apa adanya dia. Maaf, bukan berarti aku tidak percaya dengan penulis yang membanggakan kelaki-lakiannya. Tetapi.. Setidaknya aku sering bertanya-tanya, apakah benar ukuran penis yang panjang dan besarlah yang bisa memuaskan wanita?

Pertanyaanku makin membuatku penasaran. Dan aku mulai ingin mencari tahu dengan caraku sendiri. Mulai cerita pertama ini.. Aku ingin membagikan pengalamanku dengan para wanita. Boleh percaya boleh tidak.. Aku menemukan bahwa sebagian besar wanita justru tidak mempermasalahkan ukuran penis. Ceritaku pada akhirnya akan berisi pengalamanku tenatnag apakah aspek sex yang terutama bagi wanita?

Selamat membaca. Jika ada saran dan kritik, aku dengan senang hati menerimanya. Atau jika ingin berkenalan, aku suka berteman dengan siapa saja.

*****

Sebut saja aku Fire Maker. Aku adalah pria keturunan Chinese & Canada. Usiaku masih muda, sekitar 20 tahunan. Aku dilahirkan dengan postur yang tinggi atletis, tetapi tidak begitu kekar. Sekitar 180 cm/75 kg. Aku dikaruniai otak cemerlang. IQ-ku 151. Itu salah satu faktor penyebab aku punya banyak teman wanita sejak aku masih SD. Selain otak cemerlang, kehidupan yang keras yang kualami sejak kecil membuatku sabar dan gigih. Aku terbiasa menjadi 'tempat sampah' bagi teman-temanku yang ingin bercerita membuang kesedihannya. Terkadang, kesedihan itu tak akan pernah hilang. Tetapi setidaknya terasa lebih ringan saat aku ikut menanggungnya.

Aku sudah menyelesaikan gelar sarjanaku di usia 21 tahun. Dan gelar S2-ku satu setengah tahun kemudian. Kemudian aku bekerja di perusahan swasta sampai kemudian aku memutuskan berhenti karena proyek pribadi yang kuterima cukup banyak dan hasilnya sudah lebih dari gaji bulananku.

Oke.. Aku tidak akan terlalu panjang menceritakan diriku. Selanjutnya aku akan bercerita tentang pengalaman sex-ku.

*****

Dini adalah pacar pertamaku. Dengan dia aku mengenal kissing dan necking. Kissing yang menggelora. Pernah kami mulai berciuman saat film di bioskop mulai diputar dan kami kissing sampai 30 menit. Minum sebentar, kissing lagi.. 30 menit.. Begitu seterusnya. Entah mengapa kissing waktu itu terasa begitu mahal.. Begitu berharga.

Sedangkan wanita yang akan kuceritakan kali ini, Lucy adalah TTH (Teman Tapi Hot) dan STS (Sex Tanpa Status) pertamaku. Dia berumur 25 tahun. Sexy, dengan payudara terbesar yang aku tahu, 40D. Aku kenal Lusi melalui chatting di IRC. Setelah janjian bertemu dengannya, sorenya aku ke tempat kost Lusi yang ramai. Untungnya di kost Lucy cowok bebas masuk kamar. Aku pun dengan sukses masuk kamarnya. Kami mengobrol panjang lebar sampai kemudian Lucy bercerita tentang pacar pertamanya yang ternyata sudah beristri.

"Tapi untungnya kamu belum pernah ML ama dia kan? Jadi setidaknya kamu tidak rugi secara fisik.." tanyaku untuk memancing dia.
"Salah! Justru aku telah menyerahkan keperawananku dengan dia!"
"Hmm.." kataku waktu itu. Dalam hati aku senang sekali karena berarti kesempatanku terbuka lebar.
"Lucy.. Kok bisa payudaramu 40D ya..? Ada turunan dari Mama?"
"Gak.. Semua saudaraku paling besar 36C. Aku aja yang super gini.."

Setengah memberanikan diri.. Aku dengan nekat mengajukan pertanyaan mendebarkan.

"Boleh lihat payudaramu ga?"

Di luar dugaanku, Lucy membuka kaosnya. Dan tampaklah sepasang payudara yang menyembul menggairahkan di balik bra-nya yang tak mampu menutupi seluruh payudara super itu. Aku menelan ludah dan tiba-tiba merasa haus.. Aku mulai nekat karena merasa mendapatkan kesempatan. Perlahan aku mendekatinya dan aku menjamah payudaranya dengan tangan kananku. Lucy diam saja.. Dia cuma menatap mataku seakan berkata.., "Cuma itu yang berani kamu lakukan?"

Aku semakin berani. Bagiku informasi sudah lebih dari cukup. Tidak mungkin ada penolakan. Aku maju dan memeluk Lucy. Bibirku setengah keras memagut bibir Lucy. Dia melenguh.. dan kami berciuman dengan hangat. Tanganku dengan cepat melepas bra Lucy. Pengalaman necking dengan Dini membuatku terbiasa melepas ikatan bra.

Wuhh.. Tanganku tidak cukup untuk menutupi payudara Lucy yang segera menyembul bebas begitu aku melepas bra-nya. Begitu besar dan sexy. Dengan puting coklat kemerahan yang ujungnya agak terbelah dua. Kenyal. Lembut dan ada bau yang khas. (Wah.. Jangan-jangan lucy belum mandi!). Tapi siapa yang peduli dengan bau?

Jemariku mulai meraba lembut payudaranya. Aku percaya, meremas payudara dengan cepat dan kuat tidak akan membuat wanita terangsang untuk tahap sedini itu. Saraf darahnya belum menyebar merata. Remasan keras dan kuat hanya akan membuatnya sakit dan tidak nyaman. Aku memilih merabanya dengan lembut. Memainkan jemariku berputar-putar menelusuri payudaranya yang luas. Dengan sabar dan penuh kelembutan. Sesekali jemariku merambat naik mendaki gunung dan begitu hendak tiba di puncaknya, aku kembali menurunkan jemariku.

"Uh..", kudengar suara lenguhan Lucy.

Dia menginginkanku menjamah puncak payudaranya. Aku tidak terburu-buru. Aku cukup sabar karena aku tahu aku punya waktu untuk merangsangnya. Jemariku pun taat. Dia mungkin juga sudah ingin merasakan sensasi menyentuh puting Lucy.. Tapi aku menahannya. Aku mulai mencium telinga Lucy. Memasukkan lidahku ke telinganya. Lucy menggelinjang keenakan.

"You are a good kisser, boy.." rintihnya.

Aku turun ke lehernya, menyapu bibirnya sekali lagi dengan lidahku. Menekan bibirku dan menghisap bibirnya dengan penuh kehangatan. Aku sudah sangat berpengalaman dengan teknik kissing. Lucy kembali merintih. Tubuhnya tiba-tiba seperti melonjak kaget saat jemariku menemukan putingnya yang muncul dengan berani. Aku memilin dengan sangat hati-hati putingnya. Bagian puting sangat sensitif dan aku tahu cara membuatnya keenakan. Tak lama, lidahku mulai turun dan akhirnya menyapu payudaranya. Lucy kembali menegangkan tubuhnya. Tangannya mulai meraba paha dan meremas penisku dari luar. Tiba-tiba aku ingat aku tidak membawa kondom. Ini pengalaman pertamaku dan aku merasa tidak aman tanpa kondom. Tidak ada maksud apa-apa kecuali berjaga-jaga.

Cukup lama kami berciuman dan akhirnya Lucy berhasil membuka celanaku. Tanpa kuminta dia menundukkan kepalanya dan mulai menciumi penisku yang mulai tegak perkasa. Penisku ukurannya sekitar 15.5 cm dengan diameter 4,2 cm. Ukuran standar orang Asia. Ini adalah pengalaman pertamaku di oral! Aku tak akan melupakannya. Tubuhku bergetar menahan geli dan nikmat.

Dari caranya mengoralku yang mirip sekali dengan blue film, aku tahu Lucy sudah mahir mengoral. Tak sekali pun aku merasakan giginya. Hanya kelembutan lidah dan bibir yang aku terima. Luar biasa.. Sampai sekitar 30 menit Lucy mengoralku, mengocok dengan tangan, mengoral lagi dan akhirnya Lucy kelelahan karena aku belum bisa mencapai orgasme dengan dioral. Aku juga heran. Menurut perkiraanku semula, karena ini oral pertamaku, aku akan orgasme dengan cepat. Ternyata penisku cukup tangguh untuk pengalaman pertama.

Lucy kemudian melepas celana pendek dan celana dalamnya. Aku baru sadar kalau Lucy ternyata agak gemuk. Dengan posturnya yang 158 cm, mungkin beratnya yang 55 kg banyak tersedot ke pantat dan perutnya.

"Sory Lucy.. Aku nggak bawa kondom. Aku nggak bisa ML sekarang" kataku. Padahal itu adalah kesempatan ML pertamaku. Aku memilih melepasnya dari pada ML tanpa kondom. Kulihat raut muka kecewa dari Lucy.
"Aku bantu pakai tangan aja ya.. Sory lucy.." kataku.

Lucy tampaknya bisa menerima. Tak lama aku mulai meraba-raba vaginanya dan vagina yang sudah sangat basah itu agak sedikit membengkak. Perlahan kumasukkan 2 buah jariku ke dalam vaginanya.

"Uughh.." lucy melenguh.

Dan aku mulai memompa jemariku. Terkadang aku berhenti, memutar-mutar, menekan, dan memompa lagi. Kulihat pantat Lucy mengikuti irama jariku. Aduhh.. Ingin sekali aku memasukkan penisku. Vagina merah merangsang di depan mata tetapi aku tidak berani melakukannya.

"Ugh.. Terus.. Terus.. Aghh.." lucy mulai menaikkan tempo goyangan pantatnya. Aku mengikuti saja sambil tangan kiriku mulai meremas payudaranya agak lebih kuat dari yang tadi.
"Aghh.. Enak.." Lucy memagut bibirku.

Kami pun bersilat lidah kembali. Sungguh pengalaman yang menggairahkan. Mendebarkan.. Mengasyikkan.. Aku membantu Lucy dengan jariku cukup lama, sekitar 20 menit sampai kemudian kurasakan tubuh Lucy bergetar cukup hebat. Aku tak tahu apakah dia orgasme. Yang jelas setelah itu, Lucy menghentikan goyangannya dan tersenyum.

"Sudah.." katanya.

Setelah itu aku memeluknya cukup lama, sekitar 1-2 menit. Merasakan nafasnya di leherku dan mengelus pundaknya dengan lembut. Lucy kemudian bercerita tentang banyak cowok yang ditemuinya. Rata-rata suka kissing dengan cepat dan bernafsu, langsung meremas payudara dan penetrasi dengan cepat. Cowok-cowok itu, rata-rata selesai dengan cepat pula.

Segera kupelajari pribadi Lucy. Ceplas-ceplos. Suka tertawa dan menggodaku. Dia menantangku untuk segera membeli kondom dan datang minggu besok. Aku cuma tersenyum. Pertanyaanku kembali muncul. Apakah Lucy benar-benar membutuhkan sex? Rasanya itu pertanyaan bodoh. Pasti membutuhkan. Tapi apakah sex adalah yang terutama buat Lucy?

"Lucy.. Kalau kamu disuruh memilih cowok yang sexnya hebat, tetapi kasar, tidak perhatian, egois, tidak sabaran. Atau cowok yang sexnya biasa, monoton, tapi lembut, perhatian, sabar dan mengerti kamu, kamu pilih yang mana?"
"Aku pilih yang sex-nya hebat, sekaligus perhatian, lembut dan sabar.." kata Lucy sambil tertawa.

Pilihannya mungkin pilihan sebagian besar wanita di dunia.

"Seandainya kamu tidak bisa idealis?"
"Bull shit! Kan kamu cuma berandai-andai. Aku jawabnya sesukaku juga dong! Haha! Jangan dianggap serius, boy!" Lucy mulai sering memanggilku 'boy'.
"Hehe, iya. Kalau ukuran penis yang terkecil yang pernah ML denganmu berapa Lucy?"
"Gak pernah ngukur sih, tapi kira-kira 9 cm. Imut, tapi pemiliknya jago tuh. Jadi enak juga."
"Terpanjang?" Tanyaku.

Aku ingin tahu kategoriku. Menurut Dr. Boyke, penis orang Asia rata-rata 10-14 cm.

"Ada yang 17 cm." kata Lucy mengingat-ingat.
"Tapi punyamu udah panjang buatku, boy.."
"Gak salah? Punyaku Cuma 15.5. Menengah aja kok."
"Oh ya? Udah diatas rata-rata tuh. Aku banyak ketemu yang 13 cm."
"Emang panjang pendek pengaruh ya?"
"Gak lah. Asal jangan terlalu kecil dan terlalu besar. Yang sedang-sedang saja sudah pas kok buat aku. Yang penting cara pakainya"
"Bukannya panjang dan besar paling enak?"
"Ah.. Ya nggak juga. Kadang-kadang malah sakit kalo tuh cowok nggak sabaran. Main tembak aja. Kenapa sih Boy? Lagi penelitian ya kok nanya detail begitu.."

Aku kemudian menceritakan rasa penasaranku. Apakah sex menjadi yang terutama bagi wanita.

"Oh.. Aku belum tahu. Jujur, aku maniak sex. Aku hampir tiap hari ingin dan hampir selalu ML. Tapi kadang saat malam tiba, aku seperti kelelahan. Tidak tahu mau sampai kapan begini.. Mungkin tubuhku bilang aku butuh sex tiap hari. Tapi perasaanku bilang aku tidak butuh sex tiap hari. Ya, begitulah.."

Lalu akhirnya aku pulang dengan bingung.

*****

Pembaca.., ini adalah cerita nyata pertamaku mulai mengenal oral sex. Aku tunggu saran dan kritik dari pembaca, supaya dalam penulisan kisahku selanjutnya dapat lebih bermutu lagi. Kisah-kisah berikutnya akan menceritakan pengalaman sex-ku lainnya (tidak sekedar oral sex). Terima kasih.


Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Sebuah cerita tentang Lucy"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald