Salam perpisahan

0 comments

Temukan kami di Facebook
Suatu hari, aku berkenalan dengan seorang wanita, bernama Emilia yang sering dipanggil dengan nama Lia, satu angkatan tetapi lain jurusan. Lia juga dari Indonesia, karyawan sebuah bank yang berkantor pusat di Jakarta, menikah dan sudah punya anak satu. Di akhir bulan Mei 1999 usia Lia 33 tahun. Lia memiliki tubuh yang menurut ukuranku ideal. Dengan kulit yang kuning langsat, tidak terlalu tinggi sekitar 157 cm dengan berat 47 kg, pinggang sekitar 61 cm dan lingkar dada sekitar 64 cm dengan buah dada yang tidak terlalu besar. Hampir 2 tahun ini aku mengenal dia, dan selama 9 bulan terakhir ini aku dapat dibilang dekat dengan dia. Dekat dengan Lia bukan berarti aku berpacaran dengan Lia, tetapi karena aku sering diminta mengantar ke mana dia pergi. Teman lain yang dari Indonesia juga senang kepada Lia, dan beberapa dari mereka senang menggoda Lia dan berusaha untuk menyentuhnya, tetapi Lia lebih senang menghindar, entah karena apa mungkin karena Lia sudah berkeluarga.

Peristiwa ini terjadi beberapa bulan yang lalu, ketika hubunganku dengan Lia mulai merenggang. Aku berpikiran mungkin karena sudah dekat dengan waktu wisuda dan Lia sudah tidak membutuhkanku lagi untuk mengantar. Biasa kan wanita baik dan dekat kalau sedang perlu saja. Akhirnya kami berdua sempat bertengkar, karena aku sebagai laki-laki tidak menerima begitu saja perlakuan Lia terhadapku. Kami ribut di apartemen Lia dan aku mengatakan bahwa Lia hanya memanfaatkanku saja, tetapi dia tidak senang denganku. Aku merasa dibohongi oleh Lia, padahal selama ini aku membantu dia karena aku sayang kepadanya. Akhirnya aku kembali ke apartemenku karena selain sudah malam, aku juga masih harus membereskan barang-barang yang akan kukirim ke Indonesia.

Setengah jam kemudian, ada yang mengetuk pintu kamarku, dan aku terkejut karena yang mengetuk pintu ternyata Lia.
"Ech.., Lia ada apa, kok sendiri, nggak dengan anakmu? Ayo masuk, jangan di luar dingin".
Sambil masuk ke kamar, Lia menjawab, "Sendiri aja, anakku sudah tidur ditungguin ama tante apartemen sebelah, aku titipkan dia, aku bilang mau ke ruang komputer dulu."
Lia masuk dan langsung duduk di tempat tidurku, karena memang hanya ada satu kursi di kamarku yang kecil. Kemudian aku tawarkan Lia minuman hangat karena kulihat Lia agak menggigil kedinginan. Akupun ikut duduk di tempat tidur sambil memberikan minuman hangat kepada Lia.
"Masih dingin..", kataku sambil kupegang tangannya.
"Iya nich..", sahut Lia.
"To.., Lia menyesal tadi sempat berantem sama kamu, bukan maksud Lia selama ini memanfaatkan kamu. Kamu kan tahu Lia sudah bersuami dan itu nggak mungkin dong Lia bisa sayang juga ke kamu".
Sambil terus meremas jari tangannya aku berkata, "Ya sudahlah, kalo memang itu sudah nasibku, tidak bisa merasakan disayang oleh kamu, Lia".

Aku terus meremas jarinya, karena Lia diam saja, aku beranikan diri mengusap-usap lengan bagian atasnya, dan secara tidak sengaja aku menyentuh bagian sisi luar dari buah dadanya. Tampak Lia kaget dan kemudian merenggangkan tangannya.
"Ech maaf", kataku.
"Kamu ini To.., ada-ada aja, jangan begitu ach", kata Lia.
Walaupun ada penolakan dari Lia, saya tetap mengusap-usap lengan atasnya dan akupun nekat mencium pipinya. Ternyata Lia tidak menolak ciumanku di pipinya. Akhirnya aku memberanikan diri mencium bibirya. Oh, betapa lembutnya bibir Lia buatku karena akupun sudah lama tidak berciuman, rupanya demikian juga dengan Lia.
Emilia menghentikan ciumannya dan berkata, "To, sudah lama saya tidak bersentuhan dengan suamiku, karena suaminya berada di Jakarta".
Dalam hati aku berkata, nach, ini dia yang aku tunggu-tunggu, ada kesempatan nih untuk bercinta dengan Lia sekarang. Aku memang sering mengbayangkan bagaimana nikmatnya bercinta dengan Lia, bahkan kadang-kadang aku onani dengan membayangkan tubuh Lia yang bugil.
Aku teruskan ciumanku di bibirnya dan terus merambat turun ke leher, kemudian naik lagi ke telingannya, dan aku bisikkan kata-kata mesra kepada Lia.
"Lia.., aku sayang kamu, aku ingin terus dekat denganmu.., aku cinta kamu".
"Ach.., To, jangan begitu..", nafas Lia mulai tidak teratur.
"Ach.., ngh.., jangan di situ geli", kata Lia ketika saya menciumi belakang telinganya. Lia menggeliatkan badannya karena geli.

Aku terus menciumi dan tanganku tidak tinggal diam, merambat ke buah dadanya. Aku usap-usap buah dadanya dari luar, dan aku dapat merasakan tonjolan putingnya yang telah mengeras walaupun Lia masih memakai pakaian lengkap.
"Ach.., ach..", Lia rupanya menikmati rabaan tanganku di dadanya. Aku lihat Lia betul-betul menikmati apa yang aku lakukan, dan karena penisku sudah menegang, kutarik tangan Lia untuk memegangnya.
"To.., jangan.., nggak boleh".
"Nggak apa-apa dong Lia", kataku.
"Aku tahu kamu juga kan kepingin megang, ayolah pegang".

Dengan malu-malu kemudian Lia mulai memegang dan bahkan Lia mulai berani meremas penisku yang sudah tegang, akupun mencoba untuk mengangkat baju kaos Lia dan tampak buah dadanya yang tidak terlalu besar yang masih ditutupi dengan BH-nya yang berenda. Aku teruskan ciumanku dan terus turun ke bagian tengah dadanya, tanganku terus mengusap dan sekali-kali meremas buah dadanya dan memilin-milin putingnya yang sudah mengeras. "Ach.., ach.., ach.., nikmat To.., terus.., ach", demikian erangan Lia.
Tanpa terasa ternyata Lia telah menurunkan restsleting celanaku dan mengeluarkan penisku dari dalam celanaku. Sementara itu, Lia terus meremas penisku dan sekali-kali mengocok penisku. "Och.., Lia nikmat sekali, terus Lia jangan berhenti ach.., nikmat.", sahutku.
Akupun berusaha untuk melepaskan kancing BH-nya dan berhasil.
"Lia.., Buah dadamu bagus dan kencang sekali..", bisikku di telinganya.
Tanpa menunggu waktu lagi aku langsung mengisap putingnya dan kugigit-gigit kecil putingnya dan hampir seluruh buah dadanya aku gigit-gigit sehingga menimbulkan tanda merah. Kudengar suara desahan Lia sudah tidak teratur. Rupanya disitulah salah satu daerah Lia yang sensitif. Karena aku sendiri sudah tidak tahan maka kuteruskan tanganku turun ke bagian selangkangannya dan aku buka ritsluiting celana panjangnya.

"Ach.., ngh.., ngh..", Lia mendesah ketika tanganku sudah sampai di vaginanya yang masih tertutup CD dan sudah agak lembab. Aku lalu menurunkan celana Lia sekaligus dengan CD-nya dan tampaklah belahan vaginanya dengan bibir vagina yang indah dengan ditumbuhi rambut yang tercukur rapi. Rupanya Lia merawat vagina dan sekitarnya ini dengan teratur. Aku mulai menggosok-gosok bibir vaginanya, dan akupun membuka celana dan bajuku sehingga kami berdua sudah dalam keadaan bugil.
"To.., kamu ngapain nich", Lia berkata sambil diselingi dengan desahan nafasnya yang semakin memburu. Aku diam saja tidak menjawab pertanyaan Lia dan terus menggosok-gosokkan dan sesekali memasukkan jari tengahku ke lubang vaginanya yang sudah basah. Dan Lia pun ternyata sama agresifnya dengan aku, Lia terus mengocok dan meremas penisku yang terus menegang.
"Lia.., kamu isap dong penisku".
"To.., aku nggak pernah kayak begitu.., nggak ach..", dengan setengah memaksa dan aku sodorkan penisku ke depan mulutnya, akhirnya Lia mau juga mengisap penisku dan ternyata isapannya hebat sekali. Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Akhirnya kami berdua melakukan posisi 69, dan betapa kagumnya saya melihat vagina Lia yang benar-benar indah. Dengan warna merah mudanya aku mulai menjilat dan mengisap belahan vaginanya.

Desahan Lia semakin keras saja, "Ach.., To.., nikmat.., geli.., ach.., terus.., jangan berhenti ach..", demikian Lia terus mengerang keenakan vaginanya kujilati dan sekali-sekali kumasukkan lidahku ke dalam belahan vaginanya. Akupun terus berusaha mencari clitorisnya, begitu kudapat aku isap kuat-kuat clitorisnya dan badan Lia langsung bergetar begitu aku isap clitorisnya.
"To.., ach.., geli sekali.., ach.., nikmat", erang Lia. Hal ini berlangsung selama lebih kurang 15 menit, dan Liapun kemudian berkata, "To.., aku capek, berhenti dulu". Karena aku khawatir penisku akan lemas, maka aku meminta ijin kepada Lia untuk memasukkan penisku ke vaginanya.
"Lia.., boleh aku masukkan".
"To.., Jangan nggak boleh, Lia sudah bersuami.., jangan, kita nggak boleh kayak begini". Tapi dengan sedikit memaksa akhirnya aku bisa memasukkan penisku ke lubang vaginanya.
"Bless.., ach.., Lia nikmat sekali, lubang vaginamu sempit", terasa sekali penisku seperti di pijat-pijat oleh dinding vaginanya yang sudah basah. Mulailah aku menggoyang dan memaju-mundurkan penisku di dalam vagina Lia.
"Ngh.., ach.., ach", Lia terus mendesah dan akupun juga semakin bersemangat untuk menggoyang pinggulku. Liapun tak mau kalah, dia mulai memutar pantatnya dan kedua kakinya mulai melingkar dipinggangku.
"Lia.., nikmat sekali vaginamu, ach.., sempit, ach.., ach".
"Ach.., To.., ach.., terus.., Terusin yang dalem ach", Lia terus mengerang sambil menikmati tusukan penisku di vaginanya.

Sekitar 20 menit kami melakukan posisi normal, kemudian aku meminta Lia untuk melakukan doggy-style.
"Lia.., kamu nungging dong", kataku.
"Jangan To.., jangan aku nggak mau anal seks".
Sambil terus aku maju mundurkan penisku di lubang vaginanya, aku bilang ke Lia, "Nggak.., Aku nggak akan anal seks, tapi aku ingin memasukkan penisku ke vaginamu dari belakang".

Akhirnya Lia pun mau, dan dengan lancarnya penisku masuk ke lubang vaginanya yang sudah sangat basah. Sekitar 10 menit kami lakukan doggy-style, akhirnya saya tidak tahan dan ternyata Lia pun sudah hampir orgasme.
"To.., Aku sudah mau sampai.., terus.., Terus.., ach.., ach.., yang dalem lagi".
Akupun terus memaju-mundurkan penisku dan akhirnya jebollah pertahananku.
"Lia.., och.., Lia.., aku keluar Lia". Lia pun sama, "To och.., Aku juga sampai.., ach nikmat sekali.. Ach".

Akhirnya kami berdua lemas dan terus tiduran di tempat tidurku.
Sambil tiduran Lia berkata, "To.., kenapa kita lakukan ini".
"Ya karena aku sayang dan cinta sama Lia".
"Tapi kan mestinya nggak boleh", kata Lia.
"Lia nggak bisa mencintai kamu.., To, bagaimanapun juga Lia tetap nggak bisa".
Ya mau gimana lagi, tapi dengan sedikit memaksa akhirnya kami mengulangi bersenggama sekali lagi dan aku keluarkan air maniku sebanyak-banyaknya di dalam vagina Lia sebagai tanda cintaku terhadap Lia.

Saat ini aku sudah tidak pernah bertemu lagi, dan menurut kabar dari temanku yang kebetulan bekerja di satu instansi dengan Emilia, dia sedang hamil. Aku yakin itu adalah anakku, dan aku terus mencoba untuk mengontaknya, tetapi selalu tidak pernah berhasil. Mungkinkah aku bisa bertemu dan hidup bersama dengan Emilia. Aku sangat mencintai Emilia dan aku ingin sekali menikahinya. Tapi mungkinkah?, apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan Lia seutuhnya? Sampai saat ini aku masih menyimpan BH dan CD-nya yang digunakan oleh Lia pada saat kami bersenggama.

TAMAT




Komentar

0 Komentar untuk "Salam perpisahan"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald